Thursday 28 June 2018

SUPLEMENTASI VITAMIN-VITAMIN YANG MEMPENGARUHI PERMULAAN DARI PREEKLAMPSI


SUPLEMENTASI VITAMIN-VITAMIN YANG MEMPENGARUHI PERMULAAN DARI PREEKLAMPSI
Oleh :
Zhu-mei Fu , Zhen-zhi Ma , Guo-jie Liu , Lan-ling Wang , Yong Guo
Departemen kesehatan ibu, Rumah Sakit W.F. Maternity and Child Care China dan Departemen  farmasi, Rumah Sakit Weifang People’s China
Formosan Medical Association
2017
Hasil keseluruhan menunjukkan bahwa suplemen vitamin dapat mengurangi risiko preeklamsia. Penelitian terpilih ini dilakukan dengan analisis RCT atau kohort, dengan demikian, peneliti melakukan subkelompok analisis berdasarkan desain penelitian. Peneliti menemukan vitamin itu suplementasi masih terkait dengan penurunan risiko preeklamsia dalam penelitian dengan analisis non-RCT. Namun, peneliti tidak mengamati Hasil positif pada penelitian tersebut dengan analisis RCT. Sementara itu, analisis subkelompok dengan jenis vitamin dilakukan antara studi dengan analisis RCT. Hasilnya menunjukkan suplementasi vitamin D bias secara signifikan mengurangi risiko preeklamsia. Hasil serupa juga terlihat pada studi dengan suplemen multivitamin . Namun, suplementasi bersama vitamin C dan E tidak memiliki pengaruh yang jelas terhadap risiko preeclampsia. Jadi didapatkan kesimpulan bahwa suplemen vitamin terkait dengan mengurangi risiko preeklamsia, baik vitamin D dan Suplementasi multivitamin bisa menurunkan risiko preeklampsia. Suplementasi vitamin C dan E gabungan tidak memiliki pengaruh pada terjadinya preeklamsia.
Rekomendasi
Preeklampsia merupakan penyakit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra, dan post partum. Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih. Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia, yaitu :
1.         Bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa.
2.         Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan.
3.         Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus.
4.         Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Adapun berdasarkan analisis jurnal yang telah dilakukan penulis bahwa suplemen vitamin terkait dengan mengurangi risiko preeklamsia, baik vitamin D dan Suplementasi multivitamin bisa menurunkan risiko preeklampsia. Suplementasi vitamin C dan E gabungan tidak memiliki pengaruh pada terjadinya preeklamsia. Sehingga sangat baik jika diberikan pada ibu hamil, untuk itu pada ibu hamil disetiap kunjungan harus diberikan asupan multivitamin salah satunya asam folat bias juga ditambah dengan vitamin lainnya. Namun untuk pemberian obat/multivitamin tersebut harus berdasarkan dosis dan anjuran dari dokter. Selain dengan minum multivitamin ini, ada baiknya ibu hamil untuk tetap menjaga tekanan darah. Namun jika dicurigai tanda-tanda terjadinya preeclampsia maka harus dilakukan penatalaksanaan sesuai dengan protap yang berlaku.
Preeklampsia Ringan adalah TD ≥140/≥90 mmHg setelah usia kehamilan 20 minggu, proteinuria ≥ pada pengukuran dengan dipstick urine atau kadar protein total ≥ 300 mg/24. Keadaan preeklampsi ringan sebagai berikut:
1.         Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih .Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
2.         Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau lebih per minggu.
3.         Proteinuria kuantatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 + pada urin kateter atau midstream.
Penatalaksanaan pada kehamilan < 35 minggu dan tidak terdapat tanda perbaikan, lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan.
1.         Lakukan pemantauan tekanan darah, proteinnuria, refleks dan kondisi janin.
2.         Lebih banyak istirahat
3.         Diet biasa
4.         Tidak perlu pemberian obat
5.         Jika tidak memungkinkan rawat jalan, rawat dirumah sakit:
-            Diet biasa
-            Pantau tekanan darah 2 x sehari, proteinuria, 1 x sehari
-            Tidak perlu obat-obatan
-            Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat edema paru, dekompensasi kordis atau gagal ginjal akut.
-            Jika tekanan diastolik turun sampai normal pasien dapat dipulangkan, nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda preeklampsia berat , kontrol 2 kali seminggu, jika tekanan diastoli naik lagi, rawat kembali
-            Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan, rawat kembali
-            Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi kehamilan
-            Jika proteinuria meningkat, tangani sebagai preeklampsia berat.

Penatalaksanaan pada kehamilan > 37 minggu, pertimbangkan terminasi :
1.         Jika serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5 IU dalam 500 ml dekstrose IV 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin.
2.         Jika serviks belum matang, berikan protaglandin, misoprotsol atau kateter foley, atau terminasi dengan seksio sesarea

Preeklampsia Berat adalah tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg yang disertai oleh proteinuri ≥ ++ dengan menggunakan dipstick atau 5mg/L pada penggumpalan urine 24 jam, setelah usia kehamilan 20 minggu ( wiknjosastro 2008 ). Tanda-tanda preeklampsi berat
1.         Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
2.         Proteinuria 5 gr/L
3.         Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc/ 24 jam .
4.         Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium.
5.         Terdapat edema paru dan sianosis.

Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa persalinan harus berlangsung 6 jam setelah timbulnya kejang pada eklampsia. Pengobatan kejang :
1.         Beri obat anti kejang ( anti konvulsan )
2.         Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, penghisap lendir, masker oksigen, oksigen)
3.         Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
4.         Aspirasi mulut dan tenggorokan







No comments:

Post a Comment