Wednesday 28 February 2018

TANDA-TANDA KEHAMILAN

A.    Tanda tidak pasti (Presumptive Sign)
Menurut Sulistyawati (2012) tanda tidak pasti adalah perubahan-perubahan fisiologis yang dapat dikenali dari pengakuan atau yang dirasakan oleh wanita hamil. Tanda tidak pasti ini terdiri atas hal-hal berikut ini :
1.    Amenorea (berhentinya menstruasi)
Konsepsi dan nidasi menyebabkan terjadi pembentukan folikel de Graf dan ovulasi sehingga menstruasi tidak terjadi. lamaya amenorea dapat dikonfirmasi dengan memastikan hari pertama haid terakhir (HPHT), dan digunakan untuk memperkirakan usia kehamilan dan taksiran persalinan. Tetapi, amenorea juga dapat disebabkan oleh penyakit kronik tertentu, tumor pituitari, perubahan dan faktor lingkungan, malnutrisi, dan biasanya gangguan emosional seperti ketakutan akan kehamilan.
2.    Mual (nausea) dan muntah (emesis)
Pengaruh estrogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam lambung yang berlebihan dan menimbulkan mual muntah yang terjadi terutama pada pagi hari yang disebut dengan morning sickness. Dalam batas tertentu hal ini masih fisiologis, tetapi bila terlampau sering dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang disebut hiperemesis gravidarum.
3.    Ngidam (mengingini makanan tertentu)
Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang demikian disebut ngidam. Ngidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan dan akan menghilang dengan makin tuanya kehamilan.
4.    Syncope (pingsan)
Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan syncope atau pingsan. Hal ini sering terjadi terutama jika berada pada tempat yang ramai, biasanya akan hilang setelah 16 minggu.
5.    Kelelahan
Sering terjadi pada trimester pertama, akibat dari penurunan kecepatan basal metabolisme (basal metabolisme rate-BMR) pada kehamilan, yang akan meningkat seiring pertambahan usia kehamilan akibat aktivitas metabolisme hasil konsepsi.

6.    Payudara tegang
Estrogen meningkat perkembangan sistem duktus pada payudara, sedangkan progesteron menstimulasi perkembangan sistem perkembangan sistem alveolar payudara. Bersama somatomamotropin, hormon-hormon ini menimbulkan pembesaran payudara, menimbulkan perasaan tegang dan nyeri selama dua bulan pertama kehamilan, pelebaran puting susu, serta pengeluaran kolostrum.
7.    Sering miksi
Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi. Frekuensi miksi yang sering, terjadi pada triwulan pertama akibat desakan uterus terhadap kandung kemih. Pada triwulan kedua umumnya keluhan ini akan berkurang karena uterus yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada akhir triwulan, gejala bisa timbul karena janin mulai masuk ke rongga panggul dan menekan kembali kandung kemih.
8.    Konstipasi atau obstipasi
Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus (tonus otot menurun) sehingga kesulitan untuk BAB.
9.    Pigmentasi kulit
Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan 12 minggu. Terjadi akibat pengaruh hormon kortikosteroid plasenta yang merangsang  melanofor dan kulit.
Pigmentasi ini meliputi tempat-tempat berikut ini.
a.    Sekitar pipi: cloasma gravidarum (penghitman pada daerah dahi, hidung, pipi dan leher)
b.   Sekitar leher: tampak  lebih hitam
c.    Dinding perut: striae lividael gravidarum (terdapat pada seorang primigravida, warnanya membiru), striae nigra, linea alba menjadi lebih hitam (linea griseal nigra).
d.   Sekitar payudara: hiperpegmentasi areola mame sehingga terbentuk areola sekunder. Pigmentasi areola ini berbeda pada tiap wanita, ada yang merah muda pada wanita kulit putih, coklat tua pada wanita kulit coklat, dan hitam pada wanita kulit hitam. Selain itu, kelenjar Montgomeri menonjol dan pembuluh darah menifes sekitar payudara.
e.    Sekitar pantat dan paha atas terdapat striae akibat pembesaran bagian tersebut.

10.                        Epulis
Hipertropi papilla ginggivae/gusi, sering terjadi pada triwulan pertama.
11.                        Varises atau penampakan pembuluh darah vena
Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pelebaran pembuluh darah terutama bagi wanita yang mempunyai bakat. Varises dapat terjadi disekitar genitalia eksterna, kaki dan betis, serta payudara. Penampakan pembuluh darah ini dapat hilang setelah persalinan.

B.     Tanda kemungkinan (Probability Sign)
Menurut Hani, dkk (2010) tanda kemungkinan adalah perubahan-perubahan fisiologis yang dapat diketahui oleh pemeriksa dengan melakukan pemeriksaan fisik kepada wanita hamil. Tanda kemungkinan ini terdiri atas hal-hal berikut ini menurut Prawirohardjo (2009) :
1.      Pembesaran perut
Terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada bulan keempat kehamilan.
2.      Tanda Hegar
Tanda hegar adalah pelunakan dan dapat ditekannya isthmus uteri.
3.      Tanda Goodle
Adalah pelunakan serviks. Pada wanita yang tidak hamil sserviks seperti ujung hidung, sedangkan pada wanita hamil melunak seperti bibir.
4.      Tanda Chadwicks
Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan mukosa vagina termasuk juga porsio dan serviks.
5.      Tanda Piscaseck
Merupakan pembesaran uterus yang tidak simetris. Terjadi karena ovum berimplantasi pada daerah dekat dengan kornu sehingga daerah tersebut berkembang lebih dulu.
6.      Kontraksi Braxton Hicks
Merupakan peregangan sel-sel otot uterus, akibat meningkatnya actomysin di dalam otot uterus. Kontraksi ini tidak beritmik, sporadis, tidak nyeri, biasanya timbul pada kehamilan delapan minggu, tetapi baru dapat diamati dari pemeriksaan abdominal pada trimester ketiga. Kontraksi ini akan terus meningkat frekuensinya, lamanya, dan kekuatannya sampai mendekat persalinan.
7.      Teraba Ballotement
Ketukan yang mendadak pada uterus menyebabkan janin bergerak dalam cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan pemeriksa. Hal ini harus ada pada pemeriksaan kehamilan karena perabaan bagian seperti bentuk janin saja tidak cukup karena dapat saja merupakan myoma uteri (Yulaikah, 2010).
8.      Pemeriksaan tes biologis kehamilan (planotest) positif
Pemeriksaan ini adalah untuk untuk mendeteksi adanya Human Chorionic Gonadotropin (hCG) yang diproduksi oleh sinsiotropoblastik sel selama kehamilan. Hormon ini disekresi di peredaran darah ibu (pada plasma darah), dan diekresi pada urine ibu. Hormon ini dapat mulai dideteksi pada 26 hari setelah konsepsi dan meningkat dengan cepat pada hari ke 30-60. Tingkat tertinggi pada hari 60-70 usia gestasi, kemudian menurun pada hari ke 100-130.
C.    Tanda Pasti (Positive Sign)
Menurut Kusmiyati (2010) tanda pasti adalah tanda yang menunjukkan langsung keberadaan janin, yang dapat dilihat langsung oleh pemeriksaan. Tanda pasti kehamilan terdiri atas hal-hal berikut ini :
1.    Gerakan janin dalam rahim
Gerakan janin ini harus dapat diraba dengan jelas oleh pemeriksa. Gerakan janin baru dapat dirasakan pada usia kehamilan sekitar 20 minggu.
2.    Denyut jantung janin
Dapat didengar pada usia 12 minggu dengan menggunakan alat fetal electrocardiograf (misalnya dopler). Dengan stetoskop Laenec, DJJ baru dapat didengar pada usia kehamilan 18-20 minggu.
3.    Bagian-bagian janin
Bagian-bagian janin yaitu bagian besar janin (kepala dan bokong) serta bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat diraba dengan jelas pada usia kehamilan lebih tua (trimester terakhir). Bagian janin ini dapat dilihat lebih sempurna lagi menggunaka USG.
4.    Kerangka janin
Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG.

DAFTAR PUSTAKA
Anjarwati, Listyaningrum, TH., dkk. 2016 Modul Asuhan Kebidanan I B (Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil). Yogyakarta : Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Kusmiyati,Yuni. 2010. Penuntun Praktikum Asuhan Kehamilan.Yogyakarta.Fitramaya
Hani, U., Marjati, JK., dan Yulifah, R.,. 2010. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis. Malang : Salemba Medika
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sulistyawati, Ari. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Yogyakarta : Salemba Medika
Yulaikah, Lily. 2007. Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta : EGC

DIAPER RASH (RUAM POPOK)

1.      Pengertian
Diaper rash (ruam popok) adalah peradangan pada kulit bayi yang tertutup popok, seperti bokong. Ruam ini biasanya terjadi karena reaksi kulit terhadap urine dan tinja. Awalnya ditandai dengan kemunculan kulit kemerahan pada bokong bayi. Perawatan diaper rash adalah perawatan yang dilakukan pada bayi yang mengalami masalah diper rash (Suksesi dkk, 2016).
Kulit pada bayi lebih tipis dari pada orang dewasa (40-60%), kurang berambut, dan memiliki perlekatan antara epidermis dan dermis yang lemah. Bayi memiliki risiko terjadinya luka pada kulit, absorpsi perkutaneus, dan infeksi pada kulit yang lebih tinggi (Susanti, 2013).
Pada bayi baru lahir cukup bulan kulit berwarna merah dengan sedikit verniks kaseosa. Sedangkan pada bayi prematur kulit tembus pandang dan banyak verniks. Pada saat lahir verniks tidak semua dihilangkan, karena diabsorpsi kulit bayi dan hilang dalam 24 jam. Bayi baru lahir tidak memerlukan pemakaian bedak atau krim, karena zat-zat kimia dapat mempengaruhi Ph kulit bayi (Jamil dkk, 2017).
Ruam popok adalah iritasi yang terjadi pada kulit bayi, ditandai dengan warna kemerahan di daerah yang tertutup popok, dan biasanya terasa gatal. Ruam ini juga bisa terinfeksi. Tempat yang paling sering terjadi ruam adalah daerah pantat bayi, sekitar kemaluan dan paha (Susanti, 2013).
Pilihan jenis popok tergantung kepada ibu dan tentunya juga kepada kenyamanan si bayi. Popok disposable memiliki kelebihan karena lebih jarang menyebabkan ruam (asalkan cepat ganti kalau sudah penuh), sehingga lebih menyehatkan untuk kulit bayi, tingkat pH-nya juga normal karena semua air kencing bayi terserap. Tetapi kekurangannya adalah sampah popok bisa menjadi beban lingkungan. Jika ibu telaten dan segera mengganti popok kain yang sudah basah, maka popok kain juga baik digunakan untuk bayi. Dari segi lingkungan, kekurangan popok kain adalah kebutuhan air yang lebih banyak dan sabun yang juga bisa menjadi beban lingkungan (Susanti, 2013).
Gejala diaper rash, secara klinis dapat terlihat sebagai berikut (Maryunani, 2010):
a.       Gejala-gejala yang biasa ditemukan pada diaper rash oleh kontak dengan iritan yaitu kemerahan yang meluas, berkilat, kadang mirip luka bakar, timbul bintil-bintil merah, lecet atau luka bersisik, kadang basah dan bengkak pada daerah yang paling lama kontak dengan popok, seperti pada paha bagian dalam dan lipatan paha.
b.      Gejala yang terjadi akibat gesekan yang berulang pada tepi popok, yaitu bercak kemerahan yang membentuk garis di tepi batas popok pada paha dan perut.
c.       Gejala diaper rash oleh karena jamur candida albicans ditandai dengan bercak atau bintil kemerahan berwarna merah terang, basah dengan lecet-lecet pada selaput lendir anus dan kulit sekitar anus, lesi berbatas tegas dan terdapat lesi lainnya di sekitarnya.
Nilai islam :
الطهور شطر الايمان

“Kesucian (kebersihan) separuh dari iman.” (HR. Muslim 223)
2.      Penyebab dan Pencegahan
Penyebab ruam popok ini bermacam-macam, diantaranya (Indivara, 2009):
a.       Kulit bayi terlalu lama terkena urin atau kotoran bayi akibat popok atau diaper yang terlalu lama dikenakan dalam kondisi kotor
b.      Terlalu lama menggunakan diaper yang terbuat dari plastik atau karet yang menyebabkan iritasi
c.       Memiliki riwayat alergi.
Penyebab utama ruam popok pada bayi adalah kelembaban atau kontak yang terlalu lama dengan zat amonia yang terkandung dalam urin atau feses. Selain itu, ruam popok bisa juga disebabkan oleh adanya riwayat alergi, terjadi gesekan berlebihan antara popok dengan kulit bayi, memakai popok yang terlalu ketat, atau memakai diaper yang terbuat dari plastik atau karet dalam jangka waktu lama sehingga mengakibatkan iritasi. Ruam popok umumnya terjadi pada bayi di bawah usia 15 bulan, di mana kulitnya masih sangat tipis dan rentan terhadap iritasi (Frilasari, 2016).
Pencegahan diaper rash (ruam popok), menjaga kulit bayi tetap bersih dan kering adalah metode paling efektif dalam menangani sekaligus mencegah ruam popok. Langkah ini dapat dilakukan dengan cara-cara sederhana, berikut ini (Suksesi dkk, 2016):
1)      Segera mengganti popok yang kotor dan lakukan sesering mungkin
2)      Bersihkan bagian kulit yang sering tertutup popok secara seksama, terutama saat mengaanti popok.
3)      Jangan biarkan bayi selalu memakai popok. Kulit juga perlu dibiarkan ‘bernapas’. Makin sering kulit bayi terbebas dari popok dan kena udara, risiko ruam popok juga makin berkurang
4)      Setelah dibasuh, seka kulit bayi perlahan-lahan sampai kering sebelum memakaikan popok baru.
5)      Hindari penggunaan bedak. Bedak dapt memicu iritasi kulit, sekaligus iritasi pada paru-paru bayi.
Bedak tabur dapat menyebabkan pneumonia pada bayi. Menurut Engram pneumonia adalah proses inflamasi pada parenkim paru. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya invasi agen infeksius atau adanya kondisi yang mengganggu tahanan saluran trakeobrokialis sehingga flora endogen yang normal berubah menjadi patogen ketika memasuki saluran jalan nafas (Jamil dkk, 2017).
6)      Sesuaikan ukuran popok dengan bayi. Jangan menggunakan popok yang terlalu ketat
7)      Hindari penggunaan sabun atau tisu basah yang mengandung alkohol serta pewangi. Kandungan alkohol dan bahan kimianya dapat memicu iritasi serta memperparah ruam.
8)      Oleskan krim atau salep pencegah ruam popok tiap mengganti popok bayi. Oles yang umumnya memliki bahan dasar zinc oxide ini juga berguna mengatasi ruam popok
9)      Gunakan popok dengan satu ukuran lebih besar selama bayi menjalani masa penyembuhan dari ruam popok
10)  Basuhlah tangan sebelum dan sesudah mengganti popok
11)  Jika menggunakan popok kain, cucilah dengan bersih dan hndari penggunaan pewangi pakaian
3.      Persiapan Perawatan Diaper Rash
Persiapan (Suksesi dkk, 2016):
1)      Persiapan diri
a.       Tindakan melakukan perawatan diaper rash pada bayi dilakukan secara individu
b.      Membaca dan mempelajari lembar kerja
c.       Mengikuti petunjuk
2)      Persiapan keselamatan kerja
a.       Letakkan semua peralatan pada tempat yang mudah dijangkau
b.      Pastikan tangan dalam keadaan bersih dan kering
c.       Bersihkan ruam popok dengan hati-hati
3)      Persiapan peralatan
a.       Korentang dalam tempatnya
b.      Handuk lembut dan lap tangan
c.       Kasa dan kapas pada tempatnya
d.      Obat diaper rash
e.       Popok dan pakaian bayi
Pelaksanaan (Suksesi dkk, 2016):
1)      Siapkan alat-alat dan bahan (alat disusun secara ergonomis)
2)      Cuci tangan dan keringkan dengan handuk: mencuci tangan sesuai standar pencegahan infeksi
3)      Lepaskan popok dan biarkan kulit bayi kena angin
4)      Ganti popok bayi dan basuh bokong bayi dengan mengeringkannya sebelum memakaikannya popok baru
5)      Bersikan bokong bayi, alirkan air ke arah bokong dan jangan menggosok bokongnya yang kemerahan
6)      Keringkan dengan handuk lembut dengan menepuk handuk ke permukaan kulit secara lembut
7)      Angin-angin bokong bayi sebentar sehingga mengering sendiri
8)      Oleskan krem khusus ruam popok yang mengandung zinc oxide seperti krem ruam popok untuk membantu menghilangkan iritasi pada kulit bayi akibat ruam popok
9)      Biarkan agak mengering terlebih dahulu sebelum ditutup dengan popok baru
10)  Ganti merk popok bayi, jika bayi alergi dengan merk popok tertentu
11)  Segera konsultasi ke dokter, bila ruam popok tidak hilang dalam waktu 3 hari atau bila kondisinya tambah parah seperti bintik merah, melepuh atau keluar nanah
12) Cuci tangan dan keringkan dengan handuk. Mencuci tangan sesuai dengan standar pencegahan infeksi


DAFTAR PUSTAKA 
Frilasari, Heni. 2016. Derajat Diaper Rash Pada Bayi Usia 0-12 Bulan di RSUD Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto. Surya 8(3): 18-20

Indivara, Nadia. 2009. 200 Tips Ibu Smart Anak Sehat. Yogyakarta: Pustaka Anggrek

Jamil, Siti Nurhasiyah., Febi, Suka., dan Hamidah. 2017. Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta

Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta: CV Trans Info Media

Rahman, Fazlur. Cetakan pertama. 2009. Hadist Rosululloh. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya

Suksesi, A., Astuti, S., dan Esyuananik. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan Praktikum Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Susanti, Fransiska Sri. 2013. 132 Jawaban Dokter untuk Perawatan dan Perkembangan Bayi (0-12 Bulan). Jakarta: Anak Kita