Thursday 16 August 2018

PREEKLAMPSIA

ANALISIS JURNAL
Penelitian oleh Garovic (2013) pada naskah volume 15 No 2 hal 1-14 diterbitkan bulan April 2013 yang dipublikasikan pertama kali secara online dalam Curr Hypertens Rep. pada tanggal 1 April 2014 dengan judul Preeclampsia and the Future Risk of Hypertension: The Pregnant Evidence, menyebutkan bahwa preeklamsia mungkin berdampak pada kesehatan perempuan di luar kehamilan mereka, dan dikaitkan dengan peningkatan risiko hipertensi dan penyakit kardiovaskular di masa depan, seperti penyakit jantung koroner dan stroke.
Preeklampsia merupakan hipertensi yang terjadi setelah 20 minggu kehamilan pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal. Hipertensi yang ditemukan dengan tekanan sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan diastolik ≥ 90 mmHg dengan pemeriksaan dua kali dengan jarak 6 jam dan terdapat proteinuria ≥0,3 gram/24 jam atau 1+ dipstick (Miller, 2007).
Pada hipertensi dalam kehamilan kehilangan daya refrakter terhadap bahan vasokonstriktor, dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan vasopresor. Artinya, daya refrakter pembuluh darah terhadap bahan vasopresor hilang sehingga pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap bahan vasopresor. Peningkatan kepekaan pada kehamilan yang akan menjadi hipertensi dalam kehamilan, sudah dapat ditemukan pada kehamilan dua puluh minggu. Fakta ini dapat dipakai sebagai prediksi akan terjadinya hipertensi dalam kehamilan (Prawirohardjo, 2009)
Diagnosa preeklampsia berdasarkan adanya hipertensi dan proteinuria, edema ataupun keduanya. Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu daripada tanda yang lain . Penyakit ini didiagnosa berdasarkan tanda-tanda disfungsi endotel maternal yang tersebar luas. Pada kehamilan normal, sebagian sel-sel sitotropoblast plasenta menghentikan aktifitas perubahan yang tidak sesuai yang menyebabkan infasi ke rahim dan pembuluh darahnya. Proses ini menyebabkan melekatnya konseptus pada dinding rahim dan memulai aliran darah ibu ke plasenta. Preeklampsia berhubungan dengan perubahan sitotropoblas abnormal, infasi dangkal dan penurunan aliran darah ke plasenta (Tarigan, 2008).
Preeklampsia ditandai dengan hilangnya keadaan normal dari volume intravaskukar, penurunan dari kadar normal volume sirkulasi darah, dan berkurangnya vasopressor pembuluh darah seperti angiotensin 2. Preeklampsia juga ditandai dengan meningkatnya cardiac output dan rendahnya tahanan vaskular sistemik (Miller, 2007).
Volume plasma pada Preeklampsia menurun dengan penyebab yang tidak diketahui. Timbulnya hipertensi karena pelepasan vaskonstriktor yang dihasilkan sebagai kompensasi terhadap hipoperfusi darah pada uterus. Oleh sebab itu tidak dianjurkan pemberian diuretik. Secara umum pada preeklampsia terjadi kenaikan cardiac output dengan peningkatan tahanan perifer yang tidak sesuai. Wanita dengan kehamilan normal resisten te rhadap angiotensin II. Wanita-wanita yang mengalami preeklampsia resistensi terhadap angiotensin II menurun beberapa minggu sebelum terjadi hipertensi.
Terjadinya hipertensi pada Preeklampsia dapat dijelaskan sebagai berikut (Tanjung, 2014):
1.    Terjadinya hipertensi disebabkan vasokonstriksi pembuluh darah yang menyebabkan resistensi vaskuler perifer meningkat.
2.    Vasokonstriksi terjadi karena hiper responsif dari pembuluh darah terhadap vasokonstriktor terutama terhadap angiotensin II.
3.    Terdapat ketidakseimbangan antara vasokonstriktor dan vasodilator dimana vasokonstriktor meningkat seperti angiotensin II, endotelin, tromboksan dan produksi vasodilator menurun seperti nitrous oksida, prostasiklin dan endothelium-derived relaxing factor (EDRF).
4.    Terjadi kerusakan/disfungsi endotel pembuluh darah sehingga produksi vasokonstriktor seperti endotelin meningkat dan vasodilator seperti prostasiklin dan EDRF menurun.
5.    Endotel menghasilkan sitokin yang menurunkan aktivitas antioksidan.
Kehamilan merupakan sesuatu yang diharapkan oleh setiap wanita yang telah menikah. Kehamilan merupakan tanda keberkahan dari Alloh SWT kepada seorang wanita wanita sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam Muslim yang artinya :
“Salah satu tanda keberkahan wanita itu ialah pernikahannya, cepat kehamilannya dan ringan pula maharnya”.(HR.Muslim)
Mengingat pentingnya kehamilan dalam pernikahan maka sudah menjadi kewajiban bagi ibu, suami dan semua anggota keluarga untuk mensyukuri kehamilan yang ada serta berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi agar terhindar dari komplikasi kehamilan seperti hipertensi dan preeklampsia.

PREEKLAMPSIA


ANALISIS JURNAL
Berdasarkan jurnal “New Developments In The Pathogenesis Of Preeclampsia” atau perkembangan baru dari patogenesis preeklamsi menyatakan bahwa 3-5% dari semua kehamilan preeklamsi merupakan penyebab utama ibu dan perinatal mengalami morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Gangguan ini ditandai oleh konstelasi tanda dan gejala, salah satunya adalah  hipertensi dan proteinuria selama trimester terakhir pada kehamilan.  Pada mekanisme molekuler preeklampsia dapat terjadi dengan penekanan pada peran protein anti-angiogenik yang beredar dalam patogenesis preeklampsia .
Menurut jurnal tersebut, pathogenesis pada preeklamsi yaitu pada placenta, karena plasenta merupakan pusat patogenesis preeklamsia, kelahiran plasenta adalah salah satu cara terapi untuk penanganan ibu hamil dengan preeklamsi, karena pada plaenta adalah penyebab dari preeklamsi. Pada ibu hamil Faktor yang meningkatkan risiko preeklampsia adalah riwayat sebelumnya preeklampsia, hipertensi kronis, penyakit ginjal kronis, diabetes pregestational, kehamilan multipel, obesitas, dan usia> 40 tahun. Faktor lainnya termasuk pasangan (suami), wanita yang mempunyai keturunan dari ayahnya/ keluarganya dan penyakit kardiovaskular di kemudian hari.
Dalam jurnal ini juga mengungkapkan bahwa preeklamsia sebagian dari ketidakseimbangan antara faktor pro-angiogenik dan anti-angiogenik beredar pada sirkulasi darah, Dua faktor antigen angiogenik beredar di plasenta yang disebut sebagai tirosin kinase 1 yang larut seperti fase 1 atau sFlt1) dan endoglin terlarut (sEng) yang meningkat.  Kadar protein angiogenik dalam darah (sFlt1, PlGF dan sEng) diubah pada wanita dengan preeklampsia baik sebelum tanda klinis dan gejala penyakit, konsisten dengan peran patogen untuk faktor angiogenik ini pada preeklamsia terjadi pada wanita obesitas dan hipertensi kronis dapat membuat peka endotelium pembuluh darah ibu ke efek anti-angiogenik (sFlt1 dan sEng) oleh karena itu dapat terjadi penyakit preeklamsia. ini karena wanita obesitas cenderung memiliki sirkulasi rendah sFlt1dan sEng.
Pengobatan yang dilakukan dalam penelitian adalah menggunakan dekstran sulfat apheresis  dan hormon relaxin karena mampu memperpanjang tiga kehamilan preeklampsia 2-4 minggu, mengakibatkan persalinan aman tidak  adanya kematian ibu atau bayi, karena tingkat sFlt1 terlarut menurun  sebesar 30% rata-rata dan memperbaiki vascular dalam pengaturan didalam urin. faktor anti-angiogenik plasenta berasal seperti sFlt-1 dan sEng berperan dalam perkembangan sindroma ibu terhadap preeklampsia. Identifikasi dan karakterisasi faktor anti-angiogenik beredar pada preeklampsia penyakit memungkinkan pemahaman yang lebih baik tidak hanya patogenesis, namun telah meningkat berharap bahwa daerah penelitian ini akan mengarah pada identifikasi awal dan terapi spesifik di masa depan, segera diperlukan lebih banyak pekerjaan untuk menentukan regulasi pembuluh darah plasenta pengembangan dan ekspresi faktor angiogenik ini secara normal dan preeklampsia kehamilan. Setelah kehamilan, wanita dengan preeklamsia memiliki risiko lebih tinggi mengembangkan hipertensi, penyakit ginjal.

PREEKLAMPSIA

PREGNANCY OUTCOMES IN YOUNGER AND OLDER ADOLESCENT MOTHERS WITH SEVERE PREECLAMPSIA
ANALISIS JURNAL INTERNASIONAL

Priscila E Parra et.al. (2017) dengan judul penelitian “Pregnancy outcomes in younger and older adolescent mothers with severe preeclampsia”. Jurnal ini membahas terkait remaja yang sudah menjadi ibu beresiko tinggi mengalami preeklampsi. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk menguraikan hasil ibu dan bayi baru lahir di antara kehamilan remaja tunggal dengan preeklamsia berat di rumah sakit dengan tingkat pendapatan rendah dan bandingkanhasil menurut umur. Kehamilan selama masa remaja adalah beban yang signifikan dibandingkan dengan orang dewasa karenaketidakmatangan fisik dan tumpang tindih pertumbuhan ibu, status gizi, sosial ekonomi faktor, penyalahgunaan pasangan dan kelebihan beban emosional. Prevalensi preeklamsia mungkin terjadidua kali lebih tinggi pada remaja. Pada wanita muda, preeklamsia dan eklampsia meningkatkan risiko ibu buruk (yaitu, komplikasi berat, morbiditas, ibu  kasus yang hampir meninggal dan persalinan sesar) dan hasil perinatal (yaitu kelahiran prematur, pembatasan pertumbuhan intrauterine [IUGR], berat lahir rendah dan penerimaan secara intensifunit perawatan).
Hasil sampling didapatkan ibu dan bayi dari 213 ibu remaja dengan preeklamsia berat yang mengantarkan pada Enrique C. Sotomayor Obstetrics dan Rumah Sakit Ginekologi (Guayaquil, Ekuador), kemudian dilakukan analisis dan dibandingkan sesuai usianya (16 atau kurang tahun, n = 82 vs 17-19 tahun, n = 131).
Berdasarkan sampling didapatkan hasil tingkat seksio sesar sangat tinggi pada kedua kelompok yang diteliti; Jika tidak, hasil obstetritidak berbeda dan tidak ada kematian ibu atau komplikasi berat. Hasil neonatal merugikan dalam dua kelompok yang dibuktikan dengan tingginya tingkat kelahiran prematur, kecil untuk kehamilandan bayi dengan berat lahir rendah, skor Apgar dan skor masuk pertama pada neonatalperawatan intensif; Namun, tidak berbeda secara signifikan antara kelompok yang dianalisis. SanaTidak ada kematian neonatal di kalangan ibu berusia 16 atau kurang dan 4 di kelompok berusia 17-19 tahun.
Kesimpulan dari jurnal ini bahwa tingkat preeclampsia dilihat dari segiumur meningkat pada ibu yang hamil dengan usia masih muda (remaja), dan factor resiko untuk janin yang dikandungnya antara lainya : pertumbuhan janin terganggu, bahkan memungkinkan berat badan bayi rendah, sehingga mempengaruhi tingkat kesejahteraan janin.

PLASENTA PREVIA


ANALISIS JURNAL
Plasenta previa adalah plasenta yang menutupi jalan lahir. Plasenta previa dikategorikan menjadi dua yaitu plasenta previa lengkap dan tidak lengkap. Plasenta previa lengkap didefinisikan sebagai plasenta yang benar-benar menutupi ostium serviks internal dengan margin plasenta > 2 cm dari ostium. Plasenta previa yang tidak lengkap terdiri dari plasenta previa parsial dan marginal. Plasenta previa parsial didefinisikan saat plasenta sebagian tertutup, namun margin plasenta terletak dalam 2 cm os internal. Plasenta previa marginal didefinisikan ketika margin plasenta terletak bersebelahan dengan os internal, dengan plasenta tidak menutupi ostium. Pada penempelan plasenta previa di uterus terdiri dari dua yaitu anterior dan posterior.
Prevalensi dari plasenta previa sekitar 0,5% dari seluruh kehamilan dan hal tersebut menambah angka kelahiran dengan seksio cesarea. Plasenta previa adalah adalah satu kegawatdaruratan yang bisa menyebabkan morbiditas dan mortalitas karena berisiko perdarahan pada persalinan dan juga kelahiran prematur sedangkan bayi prematur sangat berisiko untuk mengalami infeksi, ikterus, sianosis dan penyakit lainnya.
Dari 162 wanita yang termasuk dalam penelitian ini, 71 (43,8%) memiliki plasenta previa lengkap dan 91 (56,2%) memiliki plasenta previa yang tidak lengkap, tiga puluh satu wanita (19,1%) memiliki posisi plasenta anterior dan 131 (80,9%) memiliki posisi plasenta posterior. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam karakteristik ibu antara wanita dengan plasenta previa lengkap dan tidak lengkap, kecuali pada tingkat sesar sebelumnya, yang lebih tinggi pada wanita dengan plasenta previa lengkap dibandingkan dengan plasenta previa yang tidak lengkap.
Plasenta previa dapat berisiko untuk terjadi perdarahan antepartum dan juga terjadi persalinan prematur. Perdarahan antepartum lebih banyak terjadi pada wanita dengan plasenta previa lengkap dibandingkan dengan plasenta previa yang tidak lengkap (59,1% berbanding 17,6%). Akibatnya, kejadian kelahiran prematur lebih tinggi pada wanita dengan plasenta previa lengkap dibandingkan pada plasenta previa yang tidak lengkap (45,1% berbanding 8,8%), dengan kejadian persalinan yang lebih tinggi sebelum 34 minggu kehamilan pada plasenta previa lengkap (18,3% berbanding 1,1%). Kejadian berat lahir <2500 g dan <2000 g meningkat pada wanita dengan plasenta previa lengkap.
Dalam penelitian ini, hanya 19,1% wanita yang menunjukkan posisi plasenta anterior. Tingkat rendah ini menunjukkan bahwa jaringan plasenta lebih disukai berkembang pada dinding uterus posterior pada plasenta previa. Sebuah studi sebelumnya melaporkan bahwa kejadian migrasi plasenta lebih tinggi dan tingkat migrasi lebih cepat pada wanita dengan plasenta anterior previa. Selain itu, posisi plasenta anterior dilaporkan berkaitan dengan multiparitas dan riwayat lebih dari dua seksio sesarea. Di sisi lain, kejadian plasenta akreta secara signifikan lebih tinggi pada kelompok anterior, terlepas dari jenis plasenta previa. Delapan dari sepuluh pasien dengan plasenta akreta (80%) berada di kelompok anterior, dan enam dari delapan pasien (75%) dengan plasenta anterior plasenta memiliki seksio sesarea sebelumnya. Ini sesuai dengan laporan sebelumnya, yang menunjukkan bahwa plasenta accreta berkembang melalui implantasi plasenta akibat bekas luka sesar.
Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa usia gestasi pada perdarahan secara signifikan lebih tinggi pada kelompok anterior pada wanita dengan plasenta previa lengkap. Akibatnya, kejadian persalinan prematur dan berat lahir rendah secara signifikan lebih tinggi pada kelompok anterior. Menariknya, pada wanita dengan plasenta previa yang tidak lengkap, posisi plasenta anterior tidak secara signifikan mempengaruhi hasil perinatal seperti onset perdarahan dan kelahiran prematur. Hasil ini menunjukkan bahwa posisi plasenta anterior memberikan risiko perdarahan awal dan persalinan prematur yang luar biasa hanya pada wanita dengan plasenta previa lengkap.
Sumber:
Sekiguchi, A. 2013. Type dan Location of Plasenta Previa Affect Preterm Delivery Risk Related to Anterpartum Hemorrhage. (online). (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3804794, diakses pada tanggal 17 Oktober 2017 pukul 20.00 WIB)


PENYAKIT JANTUNG SELAMA KEHAMILAN


ANALISIS JURNAL
The Heart During Pregnancy
Selama dalam masa kehamilan ada sejumlah perubahan pada fungsi kardiovaskuler yang diperlukan untuk perkembangan kehamilan, selain itu ada kondisi dimana kardiovaskuler dapat diperburuk oleh adaptasi yang terjadi pada saat kehamilan. Jumlah wanita hamil pada resiko komplikasi kardiovaskuler meningkat sangat signifikan, sehingga identifikasi faktor-faktor resiko yang memprediksi masalah kardiofaskuler seharusnya di lakukan pemeriksaan awal sehingga mengurangi angka kejadian hipertensi pada kehamilan.
Pada sejumlah wanita yang mengalami hipertensi harus menunda kehamilan sampai tekanan darah sedikit turun. Faktor yang berkaitan dengan peningkatan hipertensi pada saat kehamilan karena sebelumnya pernah mengalami hipertensi. Pada pasien yang mengalami hipertensi harus mendapatkan istirahat yang cukup dan perbaikan kondisi kesehatan. Pada saat persalinan pasien harus melakukan oprasi SC (section Cesarea) karena jika dengan persalinan normal akan mengalami kejang.Pada pasien yang mengalami hipertensi pada saat kehamilan harus dalam pemantauan dokter kandungan dan dokter spesialis jantung untuk memantau kehamilannya, guna meningkatkan kesejahteraan ibu dan janin.

PENGOBATAN ANEMIA PADA IBU HAMIL


ANALISIS JURNAL
Comparative study of oral iron and intravenous iron sucrose for the
treatment of iron deficiency anemia in pregnancy
Menurut jurnal yang saya ambil membahas tentang pemberian zat besi secara oral dan sukrosa besi secara IV untuk pengobatan anemia pada ibu hamil. Anemia merupakan salah satu maslah kesehatan utama yang di alami oleh masyarakat di dunia, dimulai dari masa kecil, masa remaja, hingga pada kehamilan.
            Anemia pada ibu hamil dimana kadar Hb di bawah 11g/dl (WHO), pada trimester ke-2 memasuki priode perubahan psikologi trimester ke-3, Hb pada ibu hamil di sarankan tidak di bawah 10,5 g/dl. Ada beberapa penyebab yang dapat menyebabkan anemia, seperti gizi buruk, kurangnya zat besi, malaria, infeksi, bahkan HIV. 4,5 anemia juga disebabkan oleh gagal jantung, preeklamsia, perdarahan antepartum, perdarahan postpartum, sepsis nifas, kegagalan laktasi, penyembuhan luka yang tertunda. Anemia merupakan salah satu penyebab utama kematian pada ibu 20% penyebab secara langsung dan 20% secara tidak langsung.
            Megingat tingginya angka anemia yang di alami pada ibu hamil sehingga merupakan hal utama yang harus di tangani. Terdapat dua cara pengobatan anemia yang di guanakan, yaitu dengan cara pemberia zar besi secara oral dan sukrosa besisecara IV. Dari dua cara pengobatan tersebut pemberian sukrosa besi secara IV lebih cepat meningkatkan kadar Hb di bandingkan dengan pemberian zat besi secara oral. Pembeian zat besi secara IV di bawah pengawasan tenaga kesehatan merupakan cara pengobatan anemia yang lebih baik, selain pemberian sukrosa besi IV aman untuk di berikan, juga merupakan carayang optimal untuk mengurangi angka anemia yang di alami oleh perempuan.

PENANGANAN PREEKLAMPSIA BERAT

ANALISIS JURNAL
USE OF SINGLE DOSE PROPHYLACTIC MAGNESIUM SULPHATE IN SEVERE PREECLAMPSIA IN PREVENTING SEIZURES
Dalam penelitian Bembalgi & Kanwal (2017) yang berjudul Penggunaan dosis tunggal magnesium sulfat profilaksis pada preeklampsia berat dalam mencegah kejang, mengatakan gangguan hipertensi menyulitkan 5 sampai 10 persen dari semua kehamilan, dan bersama-sama mereka adalah satu anggota triad mematikan bersamaan dengan perdarahan dan infeksi yang memberikan kontribusi besar terhadap morbiditas dan mortalitas ibu. Dari kelainan ini, sindrom preeklampsia, baik sendiri atau ditumpangkan pada hipertensi kronis, adalah yang paling berbahaya. 16 persen kematian ibu dilaporkan disebabkan oleh gangguan hipertensi. Gangguan hipertensi bertanggung jawab atas tidak hanya kematian ibu tetapi juga morbiditas substansial bagi ibu hamil, mereka juga berisiko melahirkan bayi. Preeklampsia adalah faktor risiko tunggal yang dapat dikaitkan dengan lahir mati.
Magnesium sulfat digunakan sebagai anticonvulsant lini pertama pada kehamilan. Dalam penelitian sebelumnya (Magie) menetapkan efektivitas MgSO4 dalam pengobatan yang parah. preeklampsia dan eklampsia. Ada penurunan yang signifikan dalam tingkat kejang jika dibandingkan dengan diazepam dan fenitoin seiring dengan hasil yang membaik untuk bayi baru lahir dibandingkan dengan fenitoin. Selanjutnya dengan uji coba terkontrol secara acak yang menunjukkan bahwa kejang dapat dikendalikan secara efektif dalam kasus eklampsia dengan hanya memberi dosis pemuatan, dapat dikemukakan bahwa ada sedikit dosis magnesium sulfat daripada rejim yang ada dalam pencegahan kejang pada pasien preeklamsia berat.
Di dalam penelitian ini, dari penggunaan dosis magnesium sulfat terendah untuk mendapatkan manfaat maksimal dengan toksisitas minimal. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mencegah atau mengurangi laju eklampsia dengan toksisitas paling rendah. Manfaat sekunder dari obat ini adalah untuk mengurangi angka kematian dan morbiditas maternal dan perinatal.
Bentuk atau design penelitian yang akan dilakukan Bembalgi & Kanwal (2010) yaitu melibatkan melibatkan 100 pasien antepartum yang memenuhi kriteria preeklamsia berat. Pasien dibagi secara acak menjadi dua kelompok yang masing-masing memiliki 50 wanita. Satu kelompok menerima 4 gm intravena MgSO4 saat masuk yang disiapkan dengan menipiskan 10 ml garam normal dan diberi waktu lebih dari 10-12 menit perlahan dengan pemantauan vital yang ketat. 50 pasien pre-eklampsia berat dengan tekanan darah 160/110 mmHg diberi dosis profilaksis dan sisanya 50 bertindak sebagai kontrol. Pemantauan tekanan darah yang ketat, keluaran urin; laju pernafasan dan FHS dilakukan. Detil sejarah, pemeriksaan klinis dan investigasi (hitung darah lengkap, analisis urin untuk proteinuria, tes fungsi hati dan ginjal, LDH serum, profil koagulasi, bukti hemolisis pada apusan darah tepi, ultrasound obstetrik dengan doppler warna). Tekanan darah harian, keluaran urin, albumin urin dan rekaman FHS dipantau secara ketat sejak masuk hingga 2 hari setelah dia melahirkan. Pasien dengan hipertensi kronis dan orang-orang dengan kompromi ginjal yang sudah ada dikeluarkan dari penelitian ini.
Hasil yang di dapatkan dalam penelitian ini, memiliki 1 kasus kejang setelah 8 jam pemberian dosis pemuatan, yang diubah menjadi rejimen Pritchards untuk penanganan lebih lanjut, sedangkan 7 pasien berada pada kelompok kontrol. Tidak ada kasus toksisitas magnesium yang terlihat. Tidak ada kasus kematian ibu dan kejang pascapersalinan.

Sumber:
Bembelgi, S, Kanwal, Preet. 2017. Use of single dose prophylactic  magnesium sulphate in severe preeclampsia in preventing seizures. International Journal of reproduction, Contraception, Obstetric and Gynecology. Volume 5 no 7. Online. http://www.ijrcog.org/index.php/ijrcog/article/view /1377 . diakses pada tanggal 10 Oktober 2017

MANAJEMEN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN


MANAGEMENT OF HYPERTENSION IN PREGNANCY
(MANAJEMEN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN)
ANALISIS JURNAL
Hipertensi dalam kehamilan harus segera ditangani dengan tepat untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin tingkat kematian.
Penyakit hipertensi dalam kehamilan adalah komplikasi yang serius trimester kedua-ketiga dengan gejala klinis seperti: odema hipertensi, proteinuria, kejang sampai koma dengan umur kehamilan di atas 20 minggu, dan dapat terjadi antepartum, intrapartum, pascapartus
Penyakit ini merupakan penyebab signifikan morbiditas dan mortalitas maternal dan janin atau neonatus. Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi sebelum kahamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan nifas
Ganguan hipertensi yang menjadi penyulit dalam kehamilan sering dijumpai dan termasuk salah satu diantara 3 trias yang mematikan bersama dengan perdarahan dan infeksi yang banyak menimbulkan mortalitas dan morbiditas ibu karena kehamilan. 
Hipertensi pada kehamilan harus ditangani dengan tepat untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin tingkat kematian, yaitu dengan mencegah perempuan mendapatkan risiko peningkatan tekanan darah, mencegah penyakit perkembangan dan mencegah perkembangan. kejang dan mempertimbangkan penghentian kehamilan dalam lifethreatening.
Hipertensi kronis apabila sistole ≥140 mmHg atau diastole ≥90 mmHg yang dapat diamati sebelum hamil atau sebelum minggu ke 20 kehamilan. Hal itu bisa ditemukan di gestasional usia > 20 minggu atau bertahan dalam 12 minggu pascapersalinan. Kejadian hipertensi kronis diperkirakan 1-5% kehamilan tergantung pada usia.
Hipertensi gestasional ini adalah hipertensi yang ditandai dengan sistol ≥140 mmHg atau diastol ≥ 90 mmHg yang berkembang untuk pertama kalinya pada usia gestasi ≥ 20 minggu, tanpa proteinuria atau tanda dan tanda gejala preeklampsia; Tekanan kembali normal dalam 42 hari post partum. Pasien dengan hipertensi gestasional beresiko memiliki hipertensi pada kehamilan berikutnya dan bisa berkembang menjadi preeklampsia.

KOMPLIKASI KEHAMILAN PLASENTA TERKAIT PADA KEHAMILAN RUMIT DENGAN PLASENTA PREVIA


ANALISIS JURNAL
Placenta associated pregnancy complications in pregnancies
complicated with placenta previa
Taiwanese Journal of Obstetrics & Gynecology 56 (2017)
Oleh
Yael Baumfeld, Reli Herskovitz, Zehavi Bar Niv, Salvatore    Andrea Mastrolia, Adi Y. Weintraub.
Placenta previa adalah secara sonografi oleh plasenta itu terletak di segmen uterus bawah dan sebagian atau seluruhnya benar-benar mengaburkan os serviks internal.
peningkatan insufisiensi plasenta yang meningkat pada wanita dengan plasenta previa. Ini adalah relevansi klinis dan menunjukkan bahwa surveilans hati-hati Bagi wanita dengan plasenta previa dapat membantu meminimalkan komplikasi maternal, janin dan neonatal.
Placentation yang sukses ditandai dengan perkembangan peredaran uteroplasenta impedansi rendah setelah invasi trofoblas Hal ini diikuti oleh transformasi maternal arteriol spiral di miometrium [1e4]. Saat proses ini terganggu, kondisi plasentasi dalam yang rusak, ditandai oleh remodeling yang salah dari arteri utero-plasenta kadang-kadang yang terkait dengan lesi arteri, dapat menyebabkan plasenta tidak mencukupi perfusi dan pelepasan faktor seperti sitokin, leukotrien dan Hormon imunomodulator ke dalam sirkulasi ibu.
Faktor-faktor yang disarankan menyebabkan disfungsi endotel [5]. Ini di giliran telah dikaitkan dengan perkembangan kehamilan komplikasi yang berhubungan dengan insufisiensi plasenta seperti hipertensi yang diinduksi kehamilan, preeklamsia dan intrauterin pembatasan pertumbuhan (IUGR).
faktor risiko, hasil buruk ibu dan perinatal yang terkait dengan plasenta previa. Selain itu, kehamilan terasa rumit dengan kondisi ini memiliki peningkatan risiko perdarahan. Maju usia ibu, paritas, merokok ibu, perawatan infertilitas, persalinan sesar sebelumnya, dan aborsi berulang telah terjadi terlibat sebagai faktor risiko plasenta previa.
Dengan Meningkatnya tingkat kehamilan pada wanita dengan ibu lanjut usia usia, perawatan kesuburan dan kelahiran sesar primer dan rekuren di seluruh dunia prevalensi plasenta previa meningkat.
Ada kemungkinan lokasi plasenta yang tidak normal, seperti di Kehamilan yang rumit dengan plasenta previa, bisa menyebabkan kerusakan plasentasi dan meningkatkan risiko insufisiensi plasenta terkait komplikasi kehamilan Memang, plasenta previa juga telah dikaitkan dengan perkembangan komplikasi kehamilan terkait dengan insufisiensi plasenta seperti hipertensi yang diinduksi kehamilan, preeklamsia, IUGR, abrupsio plasenta dan perinatal kematian.
Kesimpulan bahwa implantasi plasenta di tempat yang tidak normal (seperti serviks uterus) dapat menyebabkan plasenta tidak adekuat pengembangan. Hal ini dapat mempengaruhi hasil kehamilan yang serupa cara yang diamati pada plasentasi miskin dan iskemia berikutnya yang terlihat pada kasus insufisiensi plasenta dengan implantasi normal.
Efek pada kehamilan yang rumit dengan plasenta previa dan mereka akan mengalami tingkat komplikasi kehamilan yang lebih tinggi.
 evaluasi aliran darah sonografi dan pengukuran tekanan darah sering dan pengiriman tepat waktu mungkin membantu meminimalisasi terjadinya komplikasi maternal yang terkait dengan plasenta previa.
Rekomendasi
Penanganan plasenta previa  pada ibu adalah dengan mengurangi aktivitas fisik, dan tidak melakukan hubungan seksual yang memicu perdarahan. dan seorang dokter harus memberikan obat pematangan paru-paru janin agar janin segera dilahirkan karena tidak boleh sampai ada terjadi kontraksi, karena apabila terjadi kontraksi akan sangat berbahaya.

HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN


ANALISIS JURNAL
A.    Definisi
Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15% penyulit kehamilan dan merupakan salah satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin.
Hipertensi dalam kehamilan didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg.
Hipertensi dalam kehamilan tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 4-6 jam pada wanita yang sebelumnya normotensi. Bila ditemukan tekanan darah tinggi (≥140/90 mmHg) pada ibu hamil, lakukan pemeriksaan kadar protein urine dengan tes celup urin atau protein urin 24 jam dan tentukan diagnosis.
B.     Klasifikasi Hipertensi Dalam Kehamilan
Berdasarkan Report of the National High Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy tahun 2000 yang digunakan sebagai acuan klasifikasi di Indonesia, hipertensi dalam kehamilan dapat diklasifikasikan menjadi:
  1. Hipertensi gestasional: Kenaikan tekanan darah yang hanya dijumpai dalam kehamilan sampai 12 minggu pasca persalinan, tidak di jumpai keluhan dan tanda-tanda preeklampsia lainnya. Diagnosa akhir ditegakkan pasca persalinan.
  2. Hipertensi Kronis: Hipertensi yang sudah dijumpai sebelum kehamilan, selama kehamilan sampai sesudah masa nifas. Tidak ditemukan keluhan dan tanda-tanda preeklampsia lainnya.
  3. Superimposed Preeklampsia: Gejala dan tanda-tanda preeklampsia muncul sesudah kehamilan 20 minggu pada wanita yang sebelumnya menderita hipertensi kronis.
  4. Preeklampsia Ringan, Preeklampsia berat dan Eklampsia: Dahulu, disebut PE jika dijumpai trias tanda klinik yaitu: tekanan darah ≥140/90 mmHg, proteinuria dan edema. Tapi sekarang odema tidak lagi dimasukkan dalam kriteria diagnostik, karena odema juga di jumpai pada kehamilan normal. Pengukuran tekanan darah harus diulang berselang 4 jam, tekanan darah diastol ≥ 90 mmHg digunakan sebagai pedoman.
  5. Preeklampsia ringan adalah jika tekanan darah ≥140/110 mmHg, tapi < 160/110 mmHg dan proteinuria +1.
  6. Preeklampsia berat adalah jika tekanan darah ≥160/110 mmHg,  proteinuria ≥ +2 dapat disertai keluhan subjektif seperti nyeri epigastrium, sakit kepala, gangguan penglihatan dan oliguria.
  7. Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil dalam persalinan atau nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang dan atau koma. Sebelumnya wanita ini menunjukkan gejala-gejala preeklampsia berat. (Kejang timbul bukan akibat kelainan neurologik).
C.    Pencegahan
Bagaimana cara mencegah hipertensi gestasional
1.      Gunakan garam secukupnya
2.      Minumlah setidaknya delapan gelas air putih setiap hari
3.      Tingkatkan jumlah protein yang Anda konsumsi dan kurangi jumlah makanan gorengan dan junk food atau makanan cepat saji.
4.      Berolahraga secara teratur dan cukup istirahat
5.      Tinggikan kaki Anda beberapa kali di siang hari
6.      Hindari minum alkohol dan minuman yang mengandung kafein
D.    Predisposisi  
  1. Mereka yang terpapar pada villi chorialis untuk pertama kalinya ( pada nulipara )
  2. Mereka yang terpapar dengan villi chorialis yang berlimpah (pada kehamilan kembar atau mola hidatidosa)
  3. Mereka yang sudah menderita penyakit vaskular sebelum kehamilan.
  4. Penderita dengan genetik hipertensi.
  5. Penderita dengan diabetes melitus.
  6. Sebelumnya preeklampsia.
  7. Obesitas sebelumnya.
E.     Hasil
Hasil jurnal  menunjukkan bahwa ada kesenjangan besar antara perawatan diri
pengetahuan dan praktik pencegahan di kalangan ibu hamil.
Kurang dari 50% wanita melakukan olahraga selama kehamilan
Sementara mereka semua tahu bahwa kurang berolahraga adalah penyebab tinggi
terjadinya hipertensi. Hanya 61,54% wanita yang mengkonsumsi makanan rendah garam di antaranya Semua wanita yang setuju bahwa diet tinggi garam merupakan penyebab utama hipertensi dalam kehamilan  tinggi
Dari penelitian menunjukkan bahwa> 50% (60,49%) dari wanita tidak menyadari tentang hipertensi. Wanita-wanita termasuk dalam kelompok usia 20-30, dan mereka juga didiagnosis dengan prehipertensi. Insiden keseluruhan Eklampsia adalah 13,58% pada populasi penelitian tentang PIH. Kurang olahraga adalah penyebab utama untuk hipertensi. Kehamilan rumit oleh gangguan hipertensi menyebabkan hasil maternal dan perinatal yang buruk.

F.     Rekomendasi
Pencegahan
Strategi yang dilakukan guna mencegah hipertensi dalam kehamilan meliputi upaya nonfarmakologi dan farmakologi. Upaya nonfarmakologi meliputi edukasi, deteksi prenatal dini dan manipulasi diet. Sedangkan upaya farmakologi mencakup pemberian aspirin dosis rendah dan antioksidan (Cunningham G, 2013).
1.      Penyuluhan pada kehamilan
2.      Deteksi dini pada kehamilan
3.      Memberi Aspirin dosis rendah
Penelitian pada tahun 1986, melaporkan bahwa pemberian aspirin 60 mg atau placebo pada wanita primigravida mampu menurunkan kejadian preeklampsi. Hal tersebut disebabkan karena supresi selektif  sintesis  tromboksan  oleh  trombosit  serta  tidak terganggunya produksi prostasiklin (Cunningham G, 2013).
4.      Antioksidan
Terapi antioksidan secara bermakna menurunkan aktivasi sel endotel dan mengisyaratkan bahwa terapi semacam ini bermanfaat dalam pencegahan hipertensi kehamilan, terutama preeklampsi. Antioksidan tersebut dapat berupa vitamin C dan E (Cunningham G, 2013).
5.      Diet dan Berolahraga
Sudah berpuluh-puluh tahun wanita disarankan untuk membuat perubahan dalam diet dan gaya hidupnya untuk menjauhkan mereka dari risiko preeklampsia. Tetapi itu dianggap kurang efektif. Berbagai macam intervensi sudah di evaluasi pada randomized trial, termasuk aerobic, suplementasi protein, peningkatan ataupun penurunan konsumsi garam, suplementasi magnesium dan suplementasi zat besi. Pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa hasil yang ditunjukkan tidak begitu berpengaruh terhadap pencegahan preeklampsia.
Menurut Jurnal Vineeta Singh, Manushi Srivastava yang berjudul Associated risk factors with pregnancy-induced hypertension: A hospital-based KAP study menunjukan hasil dan kesimpulan: Finding dari penelitian menunjukkan bahwa> 50% (60,49%) dari wanita tidak menyadari tentang hipertensi. Wanita-wanita termasuk dalam kelompok usia 20-30, dan mereka juga didiagnosis dengan prehipertensi. Insiden keseluruhan Eklampsia adalah 13,58% pada populasi penelitian tentang PIH. Kurang olahraga adalah penyebab utama untuk hipertensi. Kehamilan rumit oleh gangguan hipertensi menyebabkan hasil maternal dan perinatal yang buruk.
G. Penatalaksanaan Hipertensi Dalam Kehamilan
 Penanganan umum, meliputi :
1.      Perawatan selama kehamila
Jika tekanan darah diastolik >110 mmHg, berikan obat antihipertensi sampai tekanan darah diastolik diantara 90-100 mmHg.   Dosis awal
2.      Perawatan persalinan
Pada preeklampsi berat,  persalinan  harus terjadi dalam 24 jam, sedang pada eklampsi dalam 12 jam sejak gejala eklampsi timbul. Jika terdapat gawat janin, atau persalinan tidak terjadi dalam 12 jam  pada  eklampsi,  lakukan  seksio  sesarea  (Mustafa  R  et  al.,2012).
3.      Perawatan postpartum
Antikonvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau kejang terakhir. Teruskan pemberian obat antihipertensi jika tekanan darah diastolik masih >110 mmHg dan pemantauan urin (Mustafa R et al., 2012).
H Pasien Safety
1.   Rawat pasien di rumah sakit dalam ruangan tersendiri, gelap, tenang, tirah baring mutlak dengan pagar pada ranjang untuk perlindungan selama kejang. Sediakan perawat khusus sepanjang waktu dan tidak boleh ada pengunjung.
2.   Jangan ganggu pasien untuk tindakan yang tidak perlu (misal: enema, mandi). Biarkan manset pengukur tekanan darah terpasang pada lengan pasien. Baringkan pasien miring untuk mencegah sindrom vena kava inferior atau aspirasi muntahan. Selain siap dengan alat pengganjal lidah (tongue spatel) yang dibalut untuk diletakkan diantara gigi pasien selama kejang, syring bola karet dan kateter atau mesin penghisap untuk mengaspirasi mukus atau muntahan dari mulut, glotis atau trakea serta sungkup oksigen (masker dan kateter nasal menimbulkan stimulasi berlebihan).
3.   Sediakan whole blood dengan golongan darah yang sesuai dan sudah dilakukan pencocokan silang untuk pemberian segera karena pasien elampsia sering mengalami pelepasan plasenta prematur dan perdarahan. Mereka juga rentan terhadap syok.
4.   Pemeriksaan laboratorium
5.   Pasang kateter menetap untuk mengukur jumlah urin yang dikeluarkan secara akurat (diharapkan 50-100 ml/jam).
6.   Tentukan kadar protein secara kuantitatif dalam setiap spesimen urin 24 jam hingga 4-5 hari post partum.
7.   Uji klirens kreatinin dapat menunjukan adanya ancaman gagal jantung. Retensi sulfabromoftalein dan peningkatan hebat kadar enzim hati dapat menandai gagal hati. Pemeriksaan koagulasi dapat mengarah ke DIC.
I.       Pemeriksaan fisik
1.   Periksalah tekanan darah setiap jam selama fase akut dan setiap 2-4 jam setelahnya, nilailah denyut jantung janin setiap kali memeriksa tekanan darah ibu.
2.   Lakukan pemeriksaan oftalmoskop setiap hari. Periksalah adanya edema pada wajah, ekstermitas dan terutama sakrum (yang menjadi menggantung ketika pasien berbaring).
3.   Pasien yang menjalani stabilisaasi untuk proses persalinan harus tetap tidak mendapat asupan peroral (nil per os, NPO)
4.   Ukur dan catat asupan dan pengeluaran cairan setiap 24 jam. Jika pengeluaran urin melebihi 700 ml/hari, gantikan cairan yang keluar beserta IWL kehilangan cairan yang tidak terlihat (kira-kira 500 ml/hari) dengan cairan bebas garam (termasuk cairan parenteral). Berikan 200-300 ml dekstrosa 20% dalam air 2-3 kali sehari selama fase akut untuk melindungi hati, menggantikan cairan dan untuk menambah nutrisi. Jangan berikan glukosa 50% karena akan membuat vena mengeras. Gunakan cairan yang tidak mengandung natrium (misal, larutan salin fisiologis, larutan Ringer)
5.   Untuk seksio sesaria harus dilakukan anastesi epidural atau kaudal yang terkendali baik. Anastesi spinal tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan hipotensi mendadak dan berat. Setelah melahirkan, berikan anestesi tiopental selama penutupan abdomen. Jika tidak ada ahli anestesi dapat digunakan prokain 0,5 atau 1% (atau yang setara) untuk infiltrasi lokal dinding abdomen.


Sumber:
Vineeta Singh, Manushi Srivastava. Associated risk factors with pregnancy-induced hypertension. Department of Community Medicine, Institute of Medical Sciences, Banaras Hindu University, Varanasi, Uttar Pradesh, India
Elizabeth Robson, S. 2011. Patologi pada Kehamilan Manajemen & Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
Fadlun. Feryanto, Acmad. 2013. Asuhan Kebidanan Patologi. Jakarta: Salemba Medika.
Maryunani, Anik. Eka Puspita. 2013. Asuhan Kegawataruratan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Trans Info Media
Ralph C. Benson. Martin L Pernoll. 2008. Buku Saku Obstetri & Ginekologi. Jakarta: EGC