Thursday, 16 August 2018

HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN


ANALISIS JURNAL
A.    Definisi
Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15% penyulit kehamilan dan merupakan salah satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin.
Hipertensi dalam kehamilan didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg.
Hipertensi dalam kehamilan tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 4-6 jam pada wanita yang sebelumnya normotensi. Bila ditemukan tekanan darah tinggi (≥140/90 mmHg) pada ibu hamil, lakukan pemeriksaan kadar protein urine dengan tes celup urin atau protein urin 24 jam dan tentukan diagnosis.
B.     Klasifikasi Hipertensi Dalam Kehamilan
Berdasarkan Report of the National High Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy tahun 2000 yang digunakan sebagai acuan klasifikasi di Indonesia, hipertensi dalam kehamilan dapat diklasifikasikan menjadi:
  1. Hipertensi gestasional: Kenaikan tekanan darah yang hanya dijumpai dalam kehamilan sampai 12 minggu pasca persalinan, tidak di jumpai keluhan dan tanda-tanda preeklampsia lainnya. Diagnosa akhir ditegakkan pasca persalinan.
  2. Hipertensi Kronis: Hipertensi yang sudah dijumpai sebelum kehamilan, selama kehamilan sampai sesudah masa nifas. Tidak ditemukan keluhan dan tanda-tanda preeklampsia lainnya.
  3. Superimposed Preeklampsia: Gejala dan tanda-tanda preeklampsia muncul sesudah kehamilan 20 minggu pada wanita yang sebelumnya menderita hipertensi kronis.
  4. Preeklampsia Ringan, Preeklampsia berat dan Eklampsia: Dahulu, disebut PE jika dijumpai trias tanda klinik yaitu: tekanan darah ≥140/90 mmHg, proteinuria dan edema. Tapi sekarang odema tidak lagi dimasukkan dalam kriteria diagnostik, karena odema juga di jumpai pada kehamilan normal. Pengukuran tekanan darah harus diulang berselang 4 jam, tekanan darah diastol ≥ 90 mmHg digunakan sebagai pedoman.
  5. Preeklampsia ringan adalah jika tekanan darah ≥140/110 mmHg, tapi < 160/110 mmHg dan proteinuria +1.
  6. Preeklampsia berat adalah jika tekanan darah ≥160/110 mmHg,  proteinuria ≥ +2 dapat disertai keluhan subjektif seperti nyeri epigastrium, sakit kepala, gangguan penglihatan dan oliguria.
  7. Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil dalam persalinan atau nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang dan atau koma. Sebelumnya wanita ini menunjukkan gejala-gejala preeklampsia berat. (Kejang timbul bukan akibat kelainan neurologik).
C.    Pencegahan
Bagaimana cara mencegah hipertensi gestasional
1.      Gunakan garam secukupnya
2.      Minumlah setidaknya delapan gelas air putih setiap hari
3.      Tingkatkan jumlah protein yang Anda konsumsi dan kurangi jumlah makanan gorengan dan junk food atau makanan cepat saji.
4.      Berolahraga secara teratur dan cukup istirahat
5.      Tinggikan kaki Anda beberapa kali di siang hari
6.      Hindari minum alkohol dan minuman yang mengandung kafein
D.    Predisposisi  
  1. Mereka yang terpapar pada villi chorialis untuk pertama kalinya ( pada nulipara )
  2. Mereka yang terpapar dengan villi chorialis yang berlimpah (pada kehamilan kembar atau mola hidatidosa)
  3. Mereka yang sudah menderita penyakit vaskular sebelum kehamilan.
  4. Penderita dengan genetik hipertensi.
  5. Penderita dengan diabetes melitus.
  6. Sebelumnya preeklampsia.
  7. Obesitas sebelumnya.
E.     Hasil
Hasil jurnal  menunjukkan bahwa ada kesenjangan besar antara perawatan diri
pengetahuan dan praktik pencegahan di kalangan ibu hamil.
Kurang dari 50% wanita melakukan olahraga selama kehamilan
Sementara mereka semua tahu bahwa kurang berolahraga adalah penyebab tinggi
terjadinya hipertensi. Hanya 61,54% wanita yang mengkonsumsi makanan rendah garam di antaranya Semua wanita yang setuju bahwa diet tinggi garam merupakan penyebab utama hipertensi dalam kehamilan  tinggi
Dari penelitian menunjukkan bahwa> 50% (60,49%) dari wanita tidak menyadari tentang hipertensi. Wanita-wanita termasuk dalam kelompok usia 20-30, dan mereka juga didiagnosis dengan prehipertensi. Insiden keseluruhan Eklampsia adalah 13,58% pada populasi penelitian tentang PIH. Kurang olahraga adalah penyebab utama untuk hipertensi. Kehamilan rumit oleh gangguan hipertensi menyebabkan hasil maternal dan perinatal yang buruk.

F.     Rekomendasi
Pencegahan
Strategi yang dilakukan guna mencegah hipertensi dalam kehamilan meliputi upaya nonfarmakologi dan farmakologi. Upaya nonfarmakologi meliputi edukasi, deteksi prenatal dini dan manipulasi diet. Sedangkan upaya farmakologi mencakup pemberian aspirin dosis rendah dan antioksidan (Cunningham G, 2013).
1.      Penyuluhan pada kehamilan
2.      Deteksi dini pada kehamilan
3.      Memberi Aspirin dosis rendah
Penelitian pada tahun 1986, melaporkan bahwa pemberian aspirin 60 mg atau placebo pada wanita primigravida mampu menurunkan kejadian preeklampsi. Hal tersebut disebabkan karena supresi selektif  sintesis  tromboksan  oleh  trombosit  serta  tidak terganggunya produksi prostasiklin (Cunningham G, 2013).
4.      Antioksidan
Terapi antioksidan secara bermakna menurunkan aktivasi sel endotel dan mengisyaratkan bahwa terapi semacam ini bermanfaat dalam pencegahan hipertensi kehamilan, terutama preeklampsi. Antioksidan tersebut dapat berupa vitamin C dan E (Cunningham G, 2013).
5.      Diet dan Berolahraga
Sudah berpuluh-puluh tahun wanita disarankan untuk membuat perubahan dalam diet dan gaya hidupnya untuk menjauhkan mereka dari risiko preeklampsia. Tetapi itu dianggap kurang efektif. Berbagai macam intervensi sudah di evaluasi pada randomized trial, termasuk aerobic, suplementasi protein, peningkatan ataupun penurunan konsumsi garam, suplementasi magnesium dan suplementasi zat besi. Pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa hasil yang ditunjukkan tidak begitu berpengaruh terhadap pencegahan preeklampsia.
Menurut Jurnal Vineeta Singh, Manushi Srivastava yang berjudul Associated risk factors with pregnancy-induced hypertension: A hospital-based KAP study menunjukan hasil dan kesimpulan: Finding dari penelitian menunjukkan bahwa> 50% (60,49%) dari wanita tidak menyadari tentang hipertensi. Wanita-wanita termasuk dalam kelompok usia 20-30, dan mereka juga didiagnosis dengan prehipertensi. Insiden keseluruhan Eklampsia adalah 13,58% pada populasi penelitian tentang PIH. Kurang olahraga adalah penyebab utama untuk hipertensi. Kehamilan rumit oleh gangguan hipertensi menyebabkan hasil maternal dan perinatal yang buruk.
G. Penatalaksanaan Hipertensi Dalam Kehamilan
 Penanganan umum, meliputi :
1.      Perawatan selama kehamila
Jika tekanan darah diastolik >110 mmHg, berikan obat antihipertensi sampai tekanan darah diastolik diantara 90-100 mmHg.   Dosis awal
2.      Perawatan persalinan
Pada preeklampsi berat,  persalinan  harus terjadi dalam 24 jam, sedang pada eklampsi dalam 12 jam sejak gejala eklampsi timbul. Jika terdapat gawat janin, atau persalinan tidak terjadi dalam 12 jam  pada  eklampsi,  lakukan  seksio  sesarea  (Mustafa  R  et  al.,2012).
3.      Perawatan postpartum
Antikonvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau kejang terakhir. Teruskan pemberian obat antihipertensi jika tekanan darah diastolik masih >110 mmHg dan pemantauan urin (Mustafa R et al., 2012).
H Pasien Safety
1.   Rawat pasien di rumah sakit dalam ruangan tersendiri, gelap, tenang, tirah baring mutlak dengan pagar pada ranjang untuk perlindungan selama kejang. Sediakan perawat khusus sepanjang waktu dan tidak boleh ada pengunjung.
2.   Jangan ganggu pasien untuk tindakan yang tidak perlu (misal: enema, mandi). Biarkan manset pengukur tekanan darah terpasang pada lengan pasien. Baringkan pasien miring untuk mencegah sindrom vena kava inferior atau aspirasi muntahan. Selain siap dengan alat pengganjal lidah (tongue spatel) yang dibalut untuk diletakkan diantara gigi pasien selama kejang, syring bola karet dan kateter atau mesin penghisap untuk mengaspirasi mukus atau muntahan dari mulut, glotis atau trakea serta sungkup oksigen (masker dan kateter nasal menimbulkan stimulasi berlebihan).
3.   Sediakan whole blood dengan golongan darah yang sesuai dan sudah dilakukan pencocokan silang untuk pemberian segera karena pasien elampsia sering mengalami pelepasan plasenta prematur dan perdarahan. Mereka juga rentan terhadap syok.
4.   Pemeriksaan laboratorium
5.   Pasang kateter menetap untuk mengukur jumlah urin yang dikeluarkan secara akurat (diharapkan 50-100 ml/jam).
6.   Tentukan kadar protein secara kuantitatif dalam setiap spesimen urin 24 jam hingga 4-5 hari post partum.
7.   Uji klirens kreatinin dapat menunjukan adanya ancaman gagal jantung. Retensi sulfabromoftalein dan peningkatan hebat kadar enzim hati dapat menandai gagal hati. Pemeriksaan koagulasi dapat mengarah ke DIC.
I.       Pemeriksaan fisik
1.   Periksalah tekanan darah setiap jam selama fase akut dan setiap 2-4 jam setelahnya, nilailah denyut jantung janin setiap kali memeriksa tekanan darah ibu.
2.   Lakukan pemeriksaan oftalmoskop setiap hari. Periksalah adanya edema pada wajah, ekstermitas dan terutama sakrum (yang menjadi menggantung ketika pasien berbaring).
3.   Pasien yang menjalani stabilisaasi untuk proses persalinan harus tetap tidak mendapat asupan peroral (nil per os, NPO)
4.   Ukur dan catat asupan dan pengeluaran cairan setiap 24 jam. Jika pengeluaran urin melebihi 700 ml/hari, gantikan cairan yang keluar beserta IWL kehilangan cairan yang tidak terlihat (kira-kira 500 ml/hari) dengan cairan bebas garam (termasuk cairan parenteral). Berikan 200-300 ml dekstrosa 20% dalam air 2-3 kali sehari selama fase akut untuk melindungi hati, menggantikan cairan dan untuk menambah nutrisi. Jangan berikan glukosa 50% karena akan membuat vena mengeras. Gunakan cairan yang tidak mengandung natrium (misal, larutan salin fisiologis, larutan Ringer)
5.   Untuk seksio sesaria harus dilakukan anastesi epidural atau kaudal yang terkendali baik. Anastesi spinal tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan hipotensi mendadak dan berat. Setelah melahirkan, berikan anestesi tiopental selama penutupan abdomen. Jika tidak ada ahli anestesi dapat digunakan prokain 0,5 atau 1% (atau yang setara) untuk infiltrasi lokal dinding abdomen.


Sumber:
Vineeta Singh, Manushi Srivastava. Associated risk factors with pregnancy-induced hypertension. Department of Community Medicine, Institute of Medical Sciences, Banaras Hindu University, Varanasi, Uttar Pradesh, India
Elizabeth Robson, S. 2011. Patologi pada Kehamilan Manajemen & Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
Fadlun. Feryanto, Acmad. 2013. Asuhan Kebidanan Patologi. Jakarta: Salemba Medika.
Maryunani, Anik. Eka Puspita. 2013. Asuhan Kegawataruratan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Trans Info Media
Ralph C. Benson. Martin L Pernoll. 2008. Buku Saku Obstetri & Ginekologi. Jakarta: EGC


No comments:

Post a Comment