Distosia
bahu adalah keadaan darurat obstetrik dengan risiko yang signifikan akibat
buruk dari penanganan persalinan dengan distosi bahu sehingga tidak dapat di
lahirkan dengan persalinan biasa.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya persalinan dengan distosia bahu seperti diabetes melitus,
obesitas, penambahan berat badan berlebih, multiparitas,
postterm gestation,
dan riwayat sebelumnya atau obstetric.
Faktor kemungkinan
terjadinya resiko pada persalinan dengan distosia bahu bisa berdampak pada ibu
dan janinya, seperti Atonia
uterus, atau Laserasi ke vagina dan leher rahim bisa menyebabkan postpartum
pendarahan. Satu studi melaporkan
11% tingkat perdarahan postpartum ibu dan hampir 4% ruptur uterus dan Infeksi juga mungkin terjadi.
Cedera janin lazim terjadi yang paling sering cedera pleksus brakialis. Sebagian besar dari Cedera pleksus brakialis
tidak menyebabkan permanen kecacatan, dan pemulihan penuh telah dilaporkan
dalam 90- 95% kasus. Komplikasi yang paling serius adalah ensefalopati hipoksia-iskemik dan kematian. Karena itulah,
tujuan yang muncul Teknik yang dijelaskan di atas adalah mengurangi risiko
asfiksia neonatal.
Penatalaksanaan dari persalinan dengan distosia bahu
yaitu :
1.
Manuver Mc. Robert :
a.
Dengan posisi ibu
berbaring, minta ibu untuk menarik kedua lututnya sejauh mungkin ke arah
dadanya, minta dua asisten (boleh suami atau anggota kelurganya) untuk membantu
ibu
b.
Tekan kepala bayi
secara mantap dan terus-menerus ke arah bawah (kearah anus ibu) untuk
mengerakkan bahu anterior di bawah symphisis pubis. Hindari tekanan yang
berlebihan pada bagian kepala bayi karena mungkin akan melukainya
c.
Secara bersamaan minta
salah satu asisten untuk memberikan sedikit tekanan supra pubis ke arah bawah
dengan lembut. Jangan lakukan dorongan pada pubis, karena akan mempengaruhi
bahu lebih jauh dan bisa menyebabkan ruptur uteri.
2.
Manuver Woods
a.
Masukkan salah satu
tangan kedalam vagina dan lakukan penekanan pada bahu anterior, kearah sternum
bayi, untuk memutar bahu bayi dan mengurangi diameter bahu
b.
Jika perlu,
lakukan penekanan pada bahu posterior ke arah sternum
3.
Maneuver Swoods Teknik
Pelahiran Bahu Belakang
a.
Masukkan salah satu
tnagn kedalam vagina dan pegang tulang lengan atas yang berada pada posisi
posterior
b.
Fleksikan lengan bayi
bagian siku dan letakkan lengan tersebut melintang di dada bayi.
4.
Manuver Rubin
a.
Pertama dengan
menggoyang-goyang kedua bahu janin dari satu sisi ke sisi lain dengan
memberikan tekanan pada abdomen
b.
Bila tidak berhasil,
tangan yang berada di panggul meraih bahu yang paling mudah di akses, kemudian
mendorongnya ke permukaan anterior bahu. Hal ini biasanya akan menyebabkan
abduksi kedua bahu kemudian akan menghasilakn diameter antar-bahu dan pergeseran
bahu depan dari belakang simfisis pubis.
5.
Manuver Hibbard
Menekan dagu dan leher janin ke arah
rectum ibu dan seorang asisten menekan kuat fundus saat bahu depan di bebaskan.
Penekanan fundus yang dilakukan pada saat yang salah akan mengakibatkan bahu depan
semakin terjepit
6.
Posisi
Merangkak
a.
Minta ibu berganti
posisi merangkak
b.
Coba ganti kelahiran
bayi tersebut dalam posisi ini dengan cara melakukan tarikan perlahan pada bahu
anterior kearah atas dengan hati-hati
c.
Segera setelah lahir
bahu anterior lahirkan bahu posterior dengan tarikan perlahan ke arah bagian
bawah dengan hati-hati.
7.
Manuver Zavanelli
a.
Mengembalikan posisi
oksiput anterior atau posterior bila kepala janin telah berputar dari posisi
tersebut
b.
Memfelsikan kepala dan
secara perlahan mendorongnya masuk kembali ke vagina yang diikuti dengan
kelahiran secara sesar.
c.
Memberikan terbutaline
250 mg sub kutan untuk menghasilkan relaksasi uterus.
Oleh karena itu, di rekomendasikan bahwa distosia bahu adalah hal
yang biasa namun berbahaya komplikasi persalinan per vaginam. Komplikasi
Distosia bahu dikaitkan dengan risiko yang signifikan morbiditas pada ibu dan
neonatus. Atonia uterus, atau Laserasi ke vagina dan leher rahim bisa
menyebabkan postpartum pendarahan, sehingga dalam
penatalaksanaaya harus meminta bantuan suami ibu dan asisten bidan, jangan
dilakukan sendiri dan berkolaborasilah dengan dokter, sehingga jika terjadi
kegawat daruratan dan harus dilakukan penanganan diluar wewenang kita sebagai
bidan dapat langsung ditangani oleh dokter.
No comments:
Post a Comment