Thursday 16 August 2018

DISTOSIA BAHU

Distosia bahu adalah keadaan darurat obstetrik dengan risiko yang signifikan akibat buruk dari penanganan persalinan dengan distosi bahu sehingga tidak dapat di lahirkan dengan persalinan biasa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan dengan distosia bahu seperti diabetes melitus, obesitas, penambahan berat badan berlebih, multiparitas, postterm gestation, dan riwayat sebelumnya atau obstetric.
Faktor kemungkinan terjadinya resiko pada persalinan dengan distosia bahu bisa berdampak pada ibu dan janinya, seperti Atonia uterus, atau Laserasi ke vagina dan leher rahim bisa menyebabkan postpartum pendarahan. Satu studi melaporkan 11% tingkat perdarahan postpartum ibu dan hampir 4% ruptur uterus dan Infeksi juga mungkin terjadi. Cedera janin lazim terjadi yang paling sering cedera pleksus brakialis. Sebagian besar dari Cedera pleksus brakialis tidak menyebabkan permanen kecacatan, dan pemulihan penuh telah dilaporkan dalam 90- 95% kasus.  Komplikasi yang paling serius adalah ensefalopati hipoksia-iskemik dan kematian. Karena itulah, tujuan yang muncul Teknik yang dijelaskan di atas adalah mengurangi risiko asfiksia neonatal.
Penatalaksanaan dari persalinan dengan distosia bahu yaitu :
1.   Manuver Mc. Robert :
a.    Dengan posisi ibu berbaring, minta ibu untuk menarik kedua lututnya sejauh mungkin ke arah dadanya, minta dua asisten (boleh suami atau anggota kelurganya) untuk membantu ibu
b.   Tekan kepala bayi secara mantap dan terus-menerus ke arah bawah (kearah anus ibu) untuk mengerakkan bahu anterior di bawah symphisis pubis. Hindari tekanan yang berlebihan pada bagian kepala bayi karena mungkin akan melukainya
c.    Secara bersamaan minta salah satu asisten untuk memberikan sedikit tekanan supra pubis ke arah bawah dengan lembut. Jangan lakukan dorongan pada pubis, karena akan mempengaruhi bahu lebih jauh dan bisa menyebabkan ruptur uteri.
2.   Manuver Woods
a.    Masukkan salah satu tangan kedalam vagina dan lakukan penekanan pada bahu anterior, kearah sternum bayi, untuk memutar bahu bayi dan mengurangi diameter bahu
b.    Jika perlu, lakukan penekanan pada bahu posterior ke arah sternum
3.   Maneuver Swoods Teknik Pelahiran Bahu Belakang
a.    Masukkan salah satu tnagn kedalam vagina dan pegang tulang lengan atas yang berada pada posisi posterior
b.   Fleksikan lengan bayi bagian siku dan letakkan lengan tersebut melintang di dada bayi.
4.      Manuver Rubin
a.       Pertama dengan menggoyang-goyang kedua bahu janin dari satu sisi ke sisi lain dengan memberikan tekanan pada abdomen
b.      Bila tidak berhasil, tangan yang berada di panggul meraih bahu yang paling mudah di akses, kemudian mendorongnya ke permukaan anterior bahu. Hal ini biasanya akan menyebabkan abduksi kedua bahu kemudian akan menghasilakn diameter antar-bahu dan pergeseran bahu depan dari belakang simfisis pubis. 
5.       Manuver Hibbard
Menekan dagu dan leher janin ke arah rectum ibu dan seorang asisten menekan kuat fundus saat bahu depan di bebaskan. Penekanan fundus yang dilakukan pada saat yang salah akan mengakibatkan bahu depan semakin terjepit
6.        Posisi Merangkak
a.    Minta ibu berganti posisi merangkak
b.   Coba ganti kelahiran bayi tersebut dalam posisi ini dengan cara melakukan tarikan perlahan pada bahu anterior kearah atas dengan hati-hati
c.    Segera setelah lahir bahu anterior lahirkan bahu posterior dengan tarikan perlahan ke arah bagian bawah dengan hati-hati.
7.         Manuver Zavanelli
a.    Mengembalikan posisi oksiput anterior atau posterior bila kepala janin telah berputar dari posisi tersebut
b.   Memfelsikan kepala dan secara perlahan mendorongnya masuk kembali ke vagina yang diikuti dengan kelahiran secara sesar.
c.    Memberikan terbutaline 250 mg sub kutan untuk menghasilkan relaksasi uterus.
Oleh karena itu, di rekomendasikan bahwa distosia bahu adalah hal yang biasa namun berbahaya komplikasi persalinan per vaginam. Komplikasi Distosia bahu dikaitkan dengan risiko yang signifikan morbiditas pada ibu dan neonatus. Atonia uterus, atau Laserasi ke vagina dan leher rahim bisa menyebabkan postpartum pendarahan, sehingga dalam penatalaksanaaya harus meminta bantuan suami ibu dan asisten bidan, jangan dilakukan sendiri dan berkolaborasilah dengan dokter, sehingga jika terjadi kegawat daruratan dan harus dilakukan penanganan diluar wewenang kita sebagai bidan dapat langsung ditangani oleh dokter.

No comments:

Post a Comment