Thursday, 28 June 2018

DEPRESI PERIPARTUM



Analisis Jurnal
Gangguan psikologi dapat terjadi pada ibu hamil dan pasca melahirkan, gangguan ini antara lain depresi peripartum. Depresi peripartum dapat diartikan sebagai gangguan mental pasca persalinan atau dalam empat minggu pasca persalinan dan merupakan tahap setelah post partum blues. Wanita dengan depresi peripartum harus dievaluasi untuk gangguan bipolar, psikosis pasca persalinan, dan risiko bunuh diri. Bunuh diri ibu adalah penyebab kematian peripartum yang lebih umum daripada perdarahan postpartum atau gangguan hipertensi. Tingkatan depresi lebih tinggi daripada stres.
1.      Depresi peripartum berkaitan dengan beberapa hal antara lain:
a.       Depresi peripartum dikaitkan dengan morbiditas neonatal seperti kegagalan tumbuh, kelainan perlekatan, dan keterlambatan perkembangan.
b.      Depresi peripartum juga terkait dengan morbiditas maternal termasuk penurunan energi, konsentrasi rendah.
c.       Gangguan tidur dan berkurangnya ikatan batin ibu kepada bayinya.
2.      Gejala yang ditimbulkan pada depresi peripartum antara lain :
a.       Suasana hati yang tertekan hampir setiap hari, hampir setiap hari, (misalnya, terasa sedih, kosong, tanpa harapan) sering terlihat sedih dan menangis sendiri.
b.      Kurangnya minat dalam aktivitas dan kesenangan
c.       Penurunan berat badan yang signifikan saat tidak melakukan diet atau kenaikan berat badan seperti tidak nafsu makan ataupun nafsu makan yang berlebih.
d.      Insomnia atau hypersomnia hampir setiap hari.
e.       Terjadi kegelisahan setiap hari.
f.       Kelelahan atau kehilangan energi hampir setiap hari.
g.      Perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlebihan (delusi) hampir setiap hari (tidak hanya menyalahkan diri sendiri atau bersalah karena sakit).
h.      Berkurangnya kemampuan berpikir atau berkonsentrasi, atau ragu-ragu, hampir setiap hari.
i.        Selalu berfikir akan kematian dan keinginan bunuh diri yang tinggi.
3.      Faktor resiko terjadinya depresi peripartum
a.       Riwayat depresi
Riwayat depresi sebelumnya baik sebelum hamil maupun saat hamil dan pasca persalinan
b.      Ketakutan ibu hamil akan proses persalinan pada primipara
c.       Usia muda saat hamil atau belum siap secara mental
d.      Status tunggal dimana hamil namun tidak menikah atau ditinggalkan oleh pasangannya
e.       Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
f.       Status ekonomi lebih rendah
g.      Usia ibu hamil lebih 40 tahun atau lebih karena mendekati masa menopause
h.      Kehamilan yang tidak diinginkan
i.        Gestational diabetes melitus
j.        Trauma persalinan seperti keadaan bayi yang tidak diinginkan, rasa sakit yang dirasakan atas persalinan yang sebelumnya
4.      Penatalaksanaan untuk depresi peritpartum
1.      Bagi ibu hamil
1)      Penanganan dapat dilakuakan dari masa kehamilan apabila ibu hamil yang mengalami depresi ringan sampai sedang diobati dengan bantuan konseling psikiater atau dengan pemberian obat-obatan anti depresan / Selektif Serotonin Re-Uptake Inhibitor (SSRI) yang  aman bagi ibu hamil seperti Citalopram, escitalopram, dan sertraline.
2)      Ibu hamil yang mengalami depresi sedang hingga berat ditangani dengan konseling psikiater dan didampingi pengobatan SSRI
3)      Dukungan mental bagi ibu saat masa kehamilan dari keluarga terutama pasangan.
2.      Bagi ibu pasca persalinan/ nifas
1)      Penatalaksanaan Ibu pasca persalinan yang mengalami depresi ringan sampai sedang diobati dengan bantuan konseling psikiater (psikoterapi) atau dengan pemberian obat-obatan anti depresan / SSRI seperti fluvoxamine, paroxetine, dan sertraline diberikan ada ibu yang masih menyusui anaknya (penggunaan obat masih dipertimbangkan dampaknya)
2)      Ibu nifas yang mengalami depresi sedang hingga berat ditangani dengan konseling psikiater dan didampingi pengobatan SSRI yang sesuai ibu nifas.
3)      Dukungan mental tetap harus diberikan kepada ibu pasca melahirkan, dukungan yang berasal dari keluarga, pasangan dan lingkungan sekitar.
3.      Pada umumnya bagi ibu yang mengalami depresi perlunya penanganan melalui pendekatan secara bertahap.
4.      Bagi pasien dengan pikiran bunuh diri yang aktif, pikiran untuk menyakiti bayi mereka, atau pada tingkatan psikosis harus memiliki konsultasi psikiatri khusus dan dilakukan rawat inap.
Keadaan gangguan mental seperti ini dapat menyebabkan salah satu kematian maternal maupun perinatal, sehingga perlu adanya pencegahan secara dini. Pencegahan ini tidak hanya dilakukan oleh tenaga kesehatan namun dukungan keluarga atau lingkungan sekitar yang sangat berpengaruh pada mental ibu di masa kehamilan dan pasca persalinan. Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :
1.        Dilakukannya skrining / deteksi dini bagi ibu hamil hingga melahirkan, skrining dapat dilakukan pada remaja untuk mempersiapkan mentalnya menjadi seorang ibu, karena dengan riwayat depresi saat remaja pun dapat menjadi faktor resiko terjadinya depresi pada kehamilan dan pasca persalinan.
2.        Dukungan pasangan, keluarga dan lingkungan sekitar yang sangat berpengaruh secara langsung pada ibu, seperti tidak menyalahkan ibu, membantu ibu dalam mengahadapi kehamilan atau mengurus bayinya setelah melahirkan.
3.        Kunjungan sehat tenaga kesehatan ibu pasca persalinan.
4.        Diagnosa secara awal dan akurat sehingga penanganan dapat dilakukan secara dini agar tidak menjadi tingkatan yang lebih berat.
Deteksi dini faktor-faktor yang mempengaruhi mental ibu saat masa kehamilan dan pasca persalinan harus diperhatikan. Direkomendasikan untuk memasukkan skrining untuk depresi peripartum ke dalam kunjungan antenatal (pemeriksaan kehamilan) dan pemeriksaan pasca persalinan dengan kunjungan masa nifas serta melakukan pemeriksaan/perawatan anak usia 1-6 bulan. Setiap tenaga kesehatan diharapkan dapat mengenali gejala-gejala awal terjadinya depresi peripartum

Sumber :
Langan, Robert C et al. 2016. Identification and Management of Peripartum Depression https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC diunduh pada tanggal 10 Oktober 2017 pukul 20.15 WIB

No comments:

Post a Comment