A.
Definisi
Eklampsia adalah kasus akut
hipertensi pada penderita preeclampsia dalam kehamilan,yang disertai dengan
kejang menyeluruh dan koma.
B.
Etiologi
Dalam eklampsia terdapat hipoksia
otak yang disebabkan karena spasme kuat dan odem. Hipoksia selebral menunjukan kenaikan
disrhytmia selebral dan ini mungkin terjadi karena konvulsi. Ada satu tanda
eklampsia,bernama konvulsi eklampsia. Empat fasenya antara lain :
Tahap premonitorkenaikan disrhytmia
selebral dan ini mungkin terjadi karena konvulsi. Ada satu tanda
eklampsia,bernama konvulsi eklampsia.
1. fase-fase
eklampsia antara lain :
a. Tahap
premonitory. Pada tahap ini dapat terjadi kesalahan jika observasi pada ibu
tidak tetap. Mata dibuka,ketika wajah dan otot tangannya sementara kejang
b. Tahap
tonik. Hampir seluruh otot-otot wanita segera menjadi serangan spasme.
Genggamannya menggepal serta tangan dan lengannya kaku. Dia menyatukan gigi dan
bisa saja menggigit lidahnya. Kemudian otot respirasinya dalam spasme,dia
berhenti bernafas dan warnanya berubah sianosis. Spasme ini berlangsung sekitar
30 detik
c. Tahap
klonik. Spasme berhenti,pergerakkan otot menjadi tersendat-sendat dan serangan
menjadi meningkat. Seluruh tubuhnya bergerak-gerak dari satu sisi ke sisi
lain,sementara terbiasa,sering saliva blood-strained
terlihat pada bibirnya.
d. Tahap
comatose . wanita dapat tidak sadar dan mungkin nafasnya berbunyi. Sianosis
memudar,tetapi wajahnya tetap bengkak. Kadang-kadang sadar dalam beberapa menit
atau koma dalam beberapa jam.
2. Bahaya
eklampsia :
a. Bagi
ibu
Perbedaan konvulsi dan
kelelahan,jika frekuensi berulang,hati akan gagal berkembang. Jika kenaikan
hipertensi banyak,pada ibu dapat terjadi perdarahan otak. Pasien dengan odem
dan oliguria dapat terjadi odem paru dan gagal ginjal. Inhalasi darah dapat
menyebabkan asfiksia dan pneumonia. Dapat terjadi perdarahan pada hepar.
b. Bagi
janin
Eklampsia dalam antenatal dapat
berpengaruh pada ketidak utuhan plasenta. Ini menandakan terjadinya retardasi
pertumbuhan dan hipoksia. Selama sehat,ketika ibu hamil berhenti bernafas
supply oksigen ke janin terganggu dan bekurang. Konvulsi intrapartum sangat
berbahaya untuk janin karena kenaikan hipoksia intra uterin yang disebabkan
kerena kontraksi uterus.
3. Komplikasi
lain
a. Solusio
plasenta
b. Hipofibrinogen
c. Hemolisis
d. Perdarahan
otak
e. Kelainan
mata
f. Nekrosis
hati
g. Prematuritas
h. Komplikasi
lain (lidah tergigit,trauma dan farktur karena jatuh)
i.
Kematian ibu dan janin
C.
Tanda
dan Gejala
Pada umumnya kejang didahului oleh
makin memburuknya preeclampsia dengan gejala-gejala nyeri kepala di daerah
frontal,gangguan penglihatan,mual,nyeri epigastrum dan hiperefleksia. Bila
keadaan ini tidak segera diobati,akan timbul kejang.
Tanda dan gejala eklampsia dibagi
menjadi 4 tingkat yaitu :
1. Tingkat
awal
Keadaan ini berlangsung kira-kira
30 menit. Mata penderita terbuka tanpa melihat,kelopak mata dan tangan bergetar
dan kepala diputar ke kiri dan kanan
2. Tingkat
kejang tonik
Berlangsung lebih dari 30 menit.
Dalam tingkat ini seluruh otot menjadi kaku,wajah terlihat kaku,tangan menggenggam
dan kaki membengkok kedalam,pernafasan berhenti,muka menjadi sianotik dan lidah
dapat tergigit
3. Tingkat
kejang klonik
Berlangsung selama 1-2 menit.
Spasmus tonik menghilang,semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam tempo
yang cepat,mulut membuka dan menutup dan lidah dapat tergigit lagi,bola mata
menonjol,keluar bua dari mulut yang akan menunjukan kongesti dan sianosis.
Penderita menjadi tidak sadar,penderita dapat terjatuh dari tempat tidurnya.
Kejang akhirnya berhenti dan penderita menarik nafas hingga mendengkur
4. Tingkat
koma
Lamanya koma tidak selalu sama.
Secara perlahan-lahan penderita menjadi sadar lagi,akan tetapi dapat terjadi
pula bahwa sebelum itu timbul serangan baru yang berulang,sehingga pasien tetap
dalam keadaan koma.
D.
Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan
selama konvulsi :
a. Memelihara
kebersihan jalan nafas
b. Melindungi
pasien dari luka-luka
c. Memiringkan
pasien ke kiri
d. Membersihkan
mulut dari mucus dan darah dengan suction
e. Pemberian
oksigen pada pasien
f. Pemanggilan
tenaga medis lain saat pertolongan awal
2. Penatalaksanaan
selanjutnya :
a. Mengontrol
konvulsi
1) Pemberian
obat konvulsi magnesium sulfat (MgSO4)
Antikonvulsi yang efektif dan
bereaksi cepat. Diberikan melalui injeksi intravena dalam 20 % pemberian
,diikuti infuse 1-2 gr/jam
2) Injeksi
intravena diazepam 10-20 mg diikuti dengan infuse 20-80 mg dalam 500 ml dari 5%
dextrose dengan rata-rata 30 tpm.
b. Mengontrol
tekanan darah
c. Melakukan
rujukan
Proses rujukan :
1) Rujuk
pasien ke RS disertai tenaga kesehatan yang mengantar dan surat rujukan
2) Sebelum
merujuk dapat diberikan pengobatan awal sesuai dengan diagnosis kasus baik
untuk mengatasi kejang dan maupun member obat hipertensi
3) Berikan
oksigen sepanjang perjalanan
4) Berikan
infuse dextrose 5% dengan kecepatan 20 tpm
5) Memasang
folley kateter
6) Pasang
mayo atau tongspatel agar lidah tidak tergigit
7) Keempat
ekstremitas diikat tidak terlalu ketat agar pasien tidak terjatuh selama
perjalanan.
3. Penanganan
eklampsia di Rumah Sakit :
a. Penanganan
medicinal
1) Pemberian
obat anti kejang MgSo4
-
Dosis awal : 4 gr MgSO4
40 % dalam larutan 10 cc intravena selama 4 menit. Disusul 8 gram IM MgS04 40 %
dalam larutan 25 ml diberikan pada bokong kiri dan kanan masing-masing 4 gr
dengan sangat pelan
-
Dosis pemeliharaan :
tiap 6 jam diberikan lagi 4 gram IM MgSO4
-
Dosis tambahan
Bila
timbul kejang lagi maka dapat diberikan MgSO4 2 gr IV selama 2 menit. Pemberian
diberikan minimal 20 menit setelah pemberian terakhir. Dosis 2 gr tambahan
hanya diberikan sekali saja. Bila setelah diberi dosis tambahan masih tetap
kejang maka berikan amobarbita 3-5 mg/kgBB IV pelan-pelan
-
Monitoring tanda
tanda-tanda keracunan MgSO4
b.
Pemberian obat-obat
supportif
c.
Perawatan pada serangan
kejang :
1)
Dirawat di kamar
isolasi yang cukup tenang (bukan kamar gelap)
2)
Masukan mayo kedalam
mulut pasien
3)
Kepala direndahkan
(daerah nasofaring dihisap)
4)
Fiksasi badan pada
tempat tidur harus cukup kendor guna menghindari fraktur
d.
Perawatan pada pasien
koma :
1)
Monitoring kesadaran
dan lamanya koma memakai glassglow –
pitsburgh – coma scale
2)
Pada perawatan koma perlu
diperhatikan pencegahan dekubitus dan makanan penderita
3)
Pada koma yang lama,berikan
nutrisi melalui NGT
e.
Penanganan obstetric
Penanganan
terhadap kehamilan
Semua
kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri tanpa memandang umur kehamilan dan
keadaan janin. Terminasi kehamilan dilakukan setelah :
1)
Pemberian obat anti
kejang terakhir
2)
Setelah kejang terakhir
3)
Setelah pemberian
obat-obatan anti hipertensi terakhir
4)
Setelah penderita mulai
sadar (responsive dan orientasi).
E. Rekomendasi
Setiap
proses pertolongan pada pasien dengan kejang akibat eklampsia tenaga kesehatan
tidak boleh sendiri dikarenakan ada beberapa tahap pertolongan yang harus
meminta bantuan orang lain baik tenaga medis lain maupun orang lain yaitu pada
tahapan yang disebut ’’Ask For Help” .
Sumber :
Marmi,
Murti Retno dan Fatmawati Ery .2016.Asuhan
Kebidanan Patologi Yogyakarta
: Pustaka Pelajar
Mukwendaa
Annamagreth M,Columba K. Mbekengaa, Pembea Andrea B,Ollson Pia. 2016 . Women and Birth (Women’s experiences of
having had, and recovered from, eclampsia at a tertiary hospital in Tanzania)
WOMBI 566 No.of Pages 7
No comments:
Post a Comment