Thursday 28 June 2018

EKLAMPSIA DALAM KEHAMILAN



A.    Definisi
Eklampsia adalah kasus akut hipertensi pada penderita preeclampsia dalam kehamilan,yang disertai dengan kejang menyeluruh dan koma.
B.     Etiologi
Dalam eklampsia terdapat hipoksia otak yang disebabkan karena spasme kuat dan odem. Hipoksia selebral menunjukan kenaikan disrhytmia selebral dan ini mungkin terjadi karena konvulsi. Ada satu tanda eklampsia,bernama konvulsi eklampsia. Empat fasenya antara lain :
Tahap premonitorkenaikan disrhytmia selebral dan ini mungkin terjadi karena konvulsi. Ada satu tanda eklampsia,bernama konvulsi eklampsia.
1.      fase-fase eklampsia antara lain :
a.       Tahap premonitory. Pada tahap ini dapat terjadi kesalahan jika observasi pada ibu tidak tetap. Mata dibuka,ketika wajah dan otot tangannya sementara kejang
b.      Tahap tonik. Hampir seluruh otot-otot wanita segera menjadi serangan spasme. Genggamannya menggepal serta tangan dan lengannya kaku. Dia menyatukan gigi dan bisa saja menggigit lidahnya. Kemudian otot respirasinya dalam spasme,dia berhenti bernafas dan warnanya berubah sianosis. Spasme ini berlangsung sekitar 30 detik
c.       Tahap klonik. Spasme berhenti,pergerakkan otot menjadi tersendat-sendat dan serangan menjadi meningkat. Seluruh tubuhnya bergerak-gerak dari satu sisi ke sisi lain,sementara terbiasa,sering saliva blood-strained terlihat pada bibirnya.
d.      Tahap comatose . wanita dapat tidak sadar dan mungkin nafasnya berbunyi. Sianosis memudar,tetapi wajahnya tetap bengkak. Kadang-kadang sadar dalam beberapa menit atau koma dalam beberapa jam.
2.      Bahaya eklampsia :
a.       Bagi ibu
Perbedaan konvulsi dan kelelahan,jika frekuensi berulang,hati akan gagal berkembang. Jika kenaikan hipertensi banyak,pada ibu dapat terjadi perdarahan otak. Pasien dengan odem dan oliguria dapat terjadi odem paru dan gagal ginjal. Inhalasi darah dapat menyebabkan asfiksia dan pneumonia. Dapat terjadi perdarahan pada hepar.
b.      Bagi janin
Eklampsia dalam antenatal dapat berpengaruh pada ketidak utuhan plasenta. Ini menandakan terjadinya retardasi pertumbuhan dan hipoksia. Selama sehat,ketika ibu hamil berhenti bernafas supply oksigen ke janin terganggu dan bekurang. Konvulsi intrapartum sangat berbahaya untuk janin karena kenaikan hipoksia intra uterin yang disebabkan kerena kontraksi uterus.
3.      Komplikasi lain
a.       Solusio plasenta
b.      Hipofibrinogen
c.       Hemolisis
d.      Perdarahan otak
e.       Kelainan mata
f.       Nekrosis hati
g.      Prematuritas
h.      Komplikasi lain (lidah tergigit,trauma dan farktur karena jatuh)
i.        Kematian ibu dan janin
C.    Tanda dan Gejala
Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya preeclampsia dengan gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal,gangguan penglihatan,mual,nyeri epigastrum dan hiperefleksia. Bila keadaan ini tidak segera diobati,akan timbul kejang.
Tanda dan gejala eklampsia dibagi menjadi 4 tingkat yaitu :
1.      Tingkat awal
Keadaan ini berlangsung kira-kira 30 menit. Mata penderita terbuka tanpa melihat,kelopak mata dan tangan bergetar dan kepala diputar ke kiri dan kanan
2.      Tingkat kejang tonik
Berlangsung lebih dari 30 menit. Dalam tingkat ini seluruh otot menjadi kaku,wajah terlihat kaku,tangan menggenggam dan kaki membengkok kedalam,pernafasan berhenti,muka menjadi sianotik dan lidah dapat tergigit
3.      Tingkat kejang klonik
Berlangsung selama 1-2 menit. Spasmus tonik menghilang,semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam tempo yang cepat,mulut membuka dan menutup dan lidah dapat tergigit lagi,bola mata menonjol,keluar bua dari mulut yang akan menunjukan kongesti dan sianosis. Penderita menjadi tidak sadar,penderita dapat terjatuh dari tempat tidurnya. Kejang akhirnya berhenti dan penderita menarik nafas hingga mendengkur
4.      Tingkat koma
Lamanya koma tidak selalu sama. Secara perlahan-lahan penderita menjadi sadar lagi,akan tetapi dapat terjadi pula bahwa sebelum itu timbul serangan baru yang berulang,sehingga pasien tetap dalam keadaan koma.
D.    Penatalaksanaan
1.      Penatalaksanaan selama konvulsi :
a.       Memelihara kebersihan jalan nafas
b.      Melindungi pasien dari luka-luka
c.       Memiringkan pasien ke kiri
d.      Membersihkan mulut dari mucus dan darah dengan suction
e.       Pemberian oksigen pada pasien
f.       Pemanggilan tenaga medis lain saat pertolongan awal
2.      Penatalaksanaan selanjutnya :
a.       Mengontrol konvulsi
1)      Pemberian obat konvulsi magnesium sulfat (MgSO4)
Antikonvulsi yang efektif dan bereaksi cepat. Diberikan melalui injeksi intravena dalam 20 % pemberian ,diikuti infuse 1-2 gr/jam
2)      Injeksi intravena diazepam 10-20 mg diikuti dengan infuse 20-80 mg dalam 500 ml dari 5% dextrose dengan rata-rata 30 tpm.
b.      Mengontrol tekanan darah
c.       Melakukan rujukan
Proses rujukan :
1)      Rujuk pasien ke RS disertai tenaga kesehatan yang mengantar dan surat rujukan
2)      Sebelum merujuk dapat diberikan pengobatan awal sesuai dengan diagnosis kasus baik untuk mengatasi kejang dan maupun member obat hipertensi
3)      Berikan oksigen sepanjang perjalanan
4)      Berikan infuse dextrose 5% dengan kecepatan 20 tpm
5)      Memasang folley kateter
6)      Pasang mayo atau tongspatel agar lidah tidak tergigit
7)      Keempat ekstremitas diikat tidak terlalu ketat agar pasien tidak terjatuh selama perjalanan.
3.      Penanganan eklampsia di Rumah Sakit :
a.       Penanganan medicinal
1)      Pemberian obat anti kejang MgSo4
-          Dosis awal : 4 gr MgSO4 40 % dalam larutan 10 cc intravena selama 4 menit. Disusul 8 gram IM MgS04 40 % dalam larutan 25 ml diberikan pada bokong kiri dan kanan masing-masing 4 gr dengan sangat pelan
-          Dosis pemeliharaan : tiap 6 jam diberikan lagi 4 gram IM MgSO4
-          Dosis tambahan
Bila timbul kejang lagi maka dapat diberikan MgSO4 2 gr IV selama 2 menit. Pemberian diberikan minimal 20 menit setelah pemberian terakhir. Dosis 2 gr tambahan hanya diberikan sekali saja. Bila setelah diberi dosis tambahan masih tetap kejang maka berikan amobarbita 3-5 mg/kgBB IV pelan-pelan
-          Monitoring tanda tanda-tanda keracunan MgSO4
b.      Pemberian obat-obat supportif
c.       Perawatan pada serangan kejang :
1)      Dirawat di kamar isolasi yang cukup tenang (bukan kamar gelap)
2)      Masukan mayo kedalam mulut pasien
3)      Kepala direndahkan (daerah nasofaring dihisap)
4)      Fiksasi badan pada tempat tidur harus cukup kendor guna menghindari fraktur
d.      Perawatan pada pasien koma :
1)      Monitoring kesadaran dan lamanya koma memakai glassglow – pitsburgh – coma scale
2)      Pada perawatan koma perlu diperhatikan pencegahan dekubitus dan makanan penderita
3)      Pada koma yang lama,berikan nutrisi melalui NGT
e.       Penanganan obstetric
Penanganan terhadap kehamilan
Semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin. Terminasi kehamilan dilakukan setelah :
1)      Pemberian obat anti kejang terakhir
2)      Setelah kejang terakhir
3)      Setelah pemberian obat-obatan anti hipertensi terakhir
4)      Setelah penderita mulai sadar (responsive dan orientasi).
E.     Rekomendasi
Setiap proses pertolongan pada pasien dengan kejang akibat eklampsia tenaga kesehatan tidak boleh sendiri dikarenakan ada beberapa tahap pertolongan yang harus meminta bantuan orang lain baik tenaga medis lain maupun orang lain yaitu pada tahapan yang disebut ’’Ask For Help” .

Sumber :
Marmi, Murti Retno dan Fatmawati Ery .2016.Asuhan Kebidanan Patologi Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Mukwendaa Annamagreth M,Columba K. Mbekengaa, Pembea Andrea B,Ollson Pia. 2016 . Women and Birth (Women’s experiences of having had, and recovered from, eclampsia at a tertiary hospital in Tanzania) WOMBI 566 No.of Pages 7



No comments:

Post a Comment