Analisis
Jurnal
Pengertian
Perdarahan Postpartum
Perdarahan
post partum merupakan perdarahan lebih dari 500ml (pada persalinan per vaginal)
atau lebih dari 1000 ml (pada persalinan sectio
caesaria) setalah bayi bayi lahir. Perdarahan dapat terjadi sebelum,
selama, dan setelah plasenta lahir.
Klasifikasi
Perdarahan Postpartum
a.
Menurut
waktu terjadinya perdarahan postpartum dibedakan menjadi:
1)
Perdarahan
Postpartum Primer, yaitu perdarahan yang terjadi 24 jam setelah bayi lahir.
2)
Perdarahan
Postpartum Sekunder, yaitu perdarahan yang terjadi setelah 24 jam bayi lahir
hingga 12 minggu setelah bayi lahir.
b.
Menurut
jumlah volume kehilangan darah dibedakan menjadi
1)
Perdarahan
postpartum minor, yaitu jumlah volume perdarahan 500 – 1000 ml.
2)
Perdarahan
postpartum mayor yaitu jumlah volume perdarahan >1000 ml. Perdarahan post partum mayor tebagi menjadi
sedang ( 1000-2000 ml) dan berat (>2000 ml atau >30% dari volume darah).
Faktor Resiko
Perdarahan Postpartum
Faktor
resiko perdarahan dapat terjadi selama masa antepartum dan intrapartum. Faktor
resiko perdarahan postpartum antara lain:
a.
Multigravida
b.
Riwayat
perdarahan postpartum pada persalinan sebelumnya
c.
Janin
makrosomia
d.
Kala
II lama
e.
Retensio
plasenta
f.
Kelainan
perlekatan plasenta
g.
Episiotomi
h.
Laserasi
perinium
i.
Anastesi
umum
Penyebab
Perdarahan Postpartum
Pada perdarahan post partum dini
disebabkan oleh 4T (Tone, Tissue, Trauma, dan Trombin).
a.
Atonia
uteri (Tone), merupakan penyebab terbanyak perdarahan post partum. Kondisi yang
berhubungan yaitu overdistensi, partus lama, makrosomia, paritas tinggi dan
korioamnionitis.
b.
Retensio
plasenta (Tissue), yaitu plasenta yang tidak lahir lebih dari 30 menit setelah
persalinan. Retensio plasenta bisa disebabkan oleh adhesi yang kuat antara
plasenta dan uterus.
c.
Robekan
jalan lahir (Trauma), atau luka jalan lahir yang diakibatkan oleh kelahiran
bayi yang terjadi pada serviks, vagina atau perinieum.
d.
Gangguan
koagulasi (Trombin), yaitu gangguan pembekuan darah.
Diagnosis Klinis
Perdarahan Postpartum
Volume
Kehilangan Darah
|
Nadi
|
Tekanan darah
sistolik
|
Tanda gejala
|
Syok
|
500-1000
ml (10-15%)
|
80-100
x/menit
|
Normal
|
Palpitasi,
takikardi, pusing
|
Tidak
mengalami syok
|
1000-1500
ml (15-20%)
|
100-120
x/menit
|
80-100
mmHg
|
Lemah,
takikardi, berkeringat
|
Ringan
|
1500-2000
ml (30-40%)
|
>120 x/menit
|
70-80
mmHg
|
Gelisah,
oliguria
|
Sedang
|
> 2000 ml
(>40%)
|
>120 x/menit (diawali
kegagalan miokard hingga henti jantung)
|
50-70
mmHg
|
Tidak
sadar, anuria
|
Berat
|
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada perdarahan
postpartum harus terlebih dahulu mengidentifikasi penyebab perdarahan secara
sistematis dengan pertimbangan 4T yaitu tone, tisu, trauma, dan trombin.
a.
Palpasi
uterus, untuk mengetahui kontraksi uterus dari tinggi fundus uterus.
b.
Memeriksa
kelengkapan plasenta
c.
Melakukan
eksplorasi kavum uteri untuk memeriksa sisa plasenta dan selaput ketuban, robekan
rahim, dan plasenta seksenturata.
d.
Melakukan
pemeriksaan inspekulo untuk melihat robekan pada serviks, dinding vaginal, dan
varises yang pecah.
e.
Melakukan
pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar Hb, golongan darah, cross test, dan faal hemostatis.
Penyebab utama perdarahan postpartum
primer adalah atonia uterus. Apabila atonia telah diindikasi maka:
a.
Lakukan
massase fundus uteri untuk merangsang kontraksi uterus
b.
Kosongkan
kandung kemih dengan menggunakan foley kateter.
c.
Injeksi
oksitosin 5 IU secara intravena
d.
Drip
oksitosin 40 IU didalam 500 ml kristaloid isotonik selama 125 ml / jam.
e.
Pemberian
uterotonik lainnya seperti ergometrin (0,5 mg injeksi intravena lambat, atau
injeksi intramuskular).
f.
Pemberian
injeksi Carboprost/Hemabate 0,25 mg intramuskular, diulang setiap 15 menit
sampai maksimal 8 kali dosis pemberian. Kontraindikasi pemberian pada wanita
penderita asma.
g.
Pemberian
misoprostol 800 mikrogram secara sublingual atau rektal.
Pada perdarahan postpartum berat
(kehilangan >2000 ml
darah atau >30% volume darah) dapat menyebabkan penurunan perfusi jaringan
dan kardiovaskuler yang menyebabkan kematian pada ibu. Tindakan resusitasi
agresif harus segera dilakukan sebelum kehilangan darah lebih dari sepertiga
volume darah pada tubuh. “Golden First
Hour” adalah waktu yang paling efektif untuk dilakuakannya resusitasi untuk
mencapai kelangsungan hidup maksimal dan mencegah asidosis metabolik. Aturan 30 digunakan untuk mengukur tingkat keparahan syok. Berikut tabel Aturan 30:
Tekanan darah sistolik
|
Turun sampai 30 mmHg
|
Nadi
|
30 x/menit
|
Hemoglobin
|
Turun sampai 30% (± 3 g/dL)
|
Hematokrit
|
Turun sampai 30%
|
Perkiraan kehilangan darah
|
30% dari volume darah normal
|
Prinsip resusitasi pada perdarahan
postpartum:
a.
Tindakan untuk perdarahan postpartum minor (kehilangan darah 500-1000 ml)
tanpa kelanjutan
1)
Akses intravena
2)
Hitung jumlah volume darah dan koagulasi termasuk fibrinogen
3)
Nadi, pernafasan dan pemantauan tekanan darah setiap 15 menit
4)
Mulai menghangatkan infus kristaloid
b.
Tindakan untuk PPH utama (kehilangan darah> 1000 ml) dan terus berdarah
atau kejutan klinis
1)
Menilai jalan nafas dan pernapasan, aliran oksigen tinggi 10-15 liter /
menit
2)
Mengevaluasi sirkulasi - dua kanula tepi
3)
Posisikan pasien datar dan tetap hangat
4)
Infus cepat cairan hangat - infuse sampai 3,5 l cairan bersih yang hangat,
awalnya 2 l kristaloid isotonik yang dihangatkan.Resusitasi cairan lebih lanjut
bisa dilanjutkan dengan tambahan kristaloid atau koloid isotonik (gelatin
suksinilasi).
5)
Segera venepuncture (20 ml) untuk cross match empat unit, hitung darah
penuh, layar koagulasi termasuk fibrinogen, ginjal awal dan fungsi hati.
6)
Denyut nadi, pernapasan tekanan darah (menggunakan oksimeter,
elektrokardiogram dan perekaman tekanan darah otomatis)
7)
Pantau suhu setiap 15 menit
8)
Pertimbangkan pemantauan jalur arteri dan transfer ke unit ketergantungan
tinggi pada unit penyampaian atau unit perawatan intensif umum setelah
pendarahan dikontrol
9)
Catat parameter pada grafik peringatan dini obstetrik yang dimodifikasi
(MEOWS), bertindak dan segera meningkat bila tidak normal
10) Dokumentasi keseimbangan
cairan, darah, produk dan prosedur darah serta Pelaporan Insiden dan Manajemen
Risiko untuk belajar pelajaran (dalam semua kasus).
Rekomendasi
Asuhan
Berdasarkan
jurnal tersebut menajemen penanganan perdarahan postpartum dapat dilakukan
dengan “HAEMOSTASIS”, yaitu:
H : Ask for Help and Hands on uterus (uterine massage)
A : Asses and resusutate (ABC and
intravenous fluids)
E :
Establish aetiology, Ensure availability of blodd and Ecbolics
M :
Massage uterus (remember 70% atonic)
O :
Oxytocics (oxyticin
infusion/prostaglandins IV/IM)
S :
Shift to thatre (consider aortic
pressure or anti-shock garment/bimanual compression as appropriate)
T :
Tamponade baloon/uterine packing –
after exclusion of tissue and trauma and Tranexamic
acid
A :
Apply compression sutures-B,
Lynch/modified
S :
Systematic pelvic
devascularisation-uterine/ovarian/quadruple/internal iliac
I :
Interventional radiology (i.e. if
appropriate uterine artery embolization).
S : Subtotal/total
abdominal hysterectomy
Sumber
:
Nugroho, Taufan. 2012. Obsgyn: Obstetri dan Ginekologi untuk
Mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan. Yogyakarta:Nuha Medika.
Ghosh ,
Madhusree dan Edwin Chandraharan. 2017. Management of Postpartum Haemorrhage. Obstetrics, Gynaecology and Reproductive Medicine.
(http://dx.doi.org/10.1016/j.ogrm.2017.06.002)
No comments:
Post a Comment