Tuesday 25 January 2022

MENYUSUI PADA IBU YANG MENJALANI SEKSIO SESAREA

 

ASI menunjukkan manfaat yang signifikan bagi kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi, termasuk pada ikatan ibu dan bayi, penurunan kematian neonatal, pengurangan komplikasi pasca operasi ibu, dan perkembangan bayi baru lahir. Meskipun organisasi kesehatan masyarakat di seluruh dunia, termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan organisasi di negara maju merekomendasikan pemberian ASI eksklusif pada enam bulan pertama setelah kelahiran dan pemberian makanan campuran hingga dua tahun. Angka pemberian ASI dan ASI eksklusif di seluruh dunia masih rendah.

Untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi, "Inisiatif Rumah Sakit Ramah Bayi" yang diusulkan oleh WHO dan UNICEF telah dipromosikan di seluruh dunia. Inisiatif ini bertujuan untuk membangun lingkungan perawatan medis berbasis menyusui di mana ibu dan bayi dapat menerima dukungan menyusui terbaik. Inisiatifnya meliputi pemberian ASI eksklusif. Namun, proporsi pemberian ASI eksklusif di banyak negara masih rendah.

Angka pemberian ASI eksklusif pada bulan pertama, bulan ketiga, dan bulan keenam berturut-turut adalah 80,2%, 67,4%, dan 21,5%. Seelain itu, tingkat menyusui dan menyusui eksklusif di antara ibu yang menjalani operasi caesar secara signifikan lebih rendah daripada ibu yang melahirkan secara alami. Seksio sesarea berkontribusi pada peningkatan risiko kegagalan menyusui eksklusif pada 3-6 bulan pascapersalinan pada ibu yang sudah mulai menyusui.

Ibu yang menjalani operasi caesar tidak dapat mempertahankan pemberian ASI eksklusif atau menyusui dalam bentuk apa pun selama 3-6 bulan setelah kelahiran. Sikap ibu terhadap menyusui merupakan penentu penting dari keberhasilan inisiasi menyusui.

Ibu yang memiliki pengalaman dan persepsi seksio sesarea tentang menyusui

Masalah menyusui sering terjadi pada ibu yang melakukan seksio sesarea. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pengalaman menyusui ibu yang menjalani operasi Caesar, seperti reaksi fisik dan emosional ibu terhadap operasi serta kesehatan dan perilaku bayi. Pengalaman menyusui ibu yang menjalani operasi Caesar tersebut dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: persepsi ibu tentang menyusui, hambatan dalam menyusui, dan kurangnya dukungan ibu menyusui.

(1) Persepsi ibu tentang menyusui

Pemahaman ibu tentang fisiologi laktasi dan persepsi tentang keuntungan menyusui mempengaruhi durasi menyusui.

(2) Hambatan untuk menyusui

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi menyusui setelah operasi Caesar, termasuk pembatasan yang dilakukan oleh ibu terkait adanya nyeri sayatan fisik dan bedah. Iibu mengalami mual, muntah, dan kelelahan setelah operasi Caesar. Selain itu, para wanita mengalami mati rasa pada tungkai pada periode awal pascamelahirkan karena anestesi lokal selama operasi, membatasi aktivitas fisik, dan meningkatkan kesulitan dalam berinteraksi dengan bayi mereka yang baru lahir. Nyeri sayatan juga merupakan faktor signifikan dalam kesulitan menyusui, yang sering disebutkan oleh sebagian besar wanita.

Bayi yang mengantuk membuat kemampuan menghisap ASI menjadi lemah, bahkan muntah-muntah, yang sering membuat bayinya merasa cemas dan khawatir. Dengan demikian, persepsi ibu tentang kesehatan bayi mempengaruhi praktik menyusui mereka.

Diperkirakan bahwa jika bayi baru lahir kelebihan berat badan, ibu dapat memilih untuk menambahkan susu formula dalam beberapa hari pertama bayi baru lahir, yang dapat mengakibatkan keterlambatan menyusui dan pemberian ASI eksklusif.dan kegagalan pada menyusui.

Beberapa ibu tidak mengalami menyusui yang positif yang terkait dengan frustrasi dan penurunan kepercayaan diri untuk melanjutkan menyusui, akhirnya menyebabkan penyapihan dini. Namun, setelah berhenti menyusui ibu dapat merasa lebih frustrasi dan bersalah.

(3) Kurang dukungan

Banyak ibu mengeluh bahwa kesulitan lain yang ditemui selama menyusui adalah kurangnya dukungan dan bantuan. Menyusui merupakan tantangan besar bagi ibu karena ibu berpikir bahwa menyusui adalah proses alami sebelum melahirkan dan akan menghasilkan ASI secara alami setelah lahir. Namun, kurangnya produksi ASI setelah melahirkan dapat dengan mudah merusak kepercayaan diri mereka untuk menyusui. Oleh karena itu, bimbingan dan bantuan profesional, seperti konseling kehamilan dan pendidikan kesehatan sangat dianjurkan.

Banyak ibu baru yang mengalami penelantaran dari bidan, namun sebagian besar ibu menganggap hal ini disebabkan oleh kekurangan bidan dan beban kerja yang berat.

Bantuan dan dukungan keluarga juga merupakan faktor penting dalam mendorong pemberian ASI. Ibu merasa lelah dan tidak memiliki insentif untuk melanjutkan menyusui dapat disebabkan karena keluarganya tidak mendukung program pemberian ASI.

Selain itu, dukungan pemerintah yang tidak memadai untuk perawatan medis pascamelahirkan, kurangnya sumber daya medis, peralatan medis yang ketinggalan zaman, dan layanan medis dan kesehatan yang tidak memadai juga berkontribusi pada tantangan menyusui ibu.

Inisiatif untuk mendukung pemberian ASI setelah melahirkan

(1) Kontak kulit ke kulit

Kontak kulit ke kulit (skin to skin contact/SSC) juga dikenal sebagai "perawatan kanguru". Kontak kulit dini dengan bayi baru lahir setelah operasi Caesar dianggap sebagai inisiatif yang sederhana dan efektif. Ada hubungan yang signifikan antara durasi kontak kulit neonatus dengan ibu di ruang operasi dan tingkat menyusui lanjutan dalam dua hari setelah kelahiran.

Pemberian ASI eksklusif berlangsung sampai tiga sampai enam bulan pada bayi baru lahir yang memiliki kontak kulit awal dengan ibu mereka setelah dilahirkan melalui operasi Caesar.

(2) Pompa ASI

Pompa payudara diberikan untuk pertama kalinya dalam waktu 2 jam setelah operasi caesar dan kemudian enam kali sehari (selama 30 menit setiap kali) sampai laktasi dimulai. Pemompaan dapat dilakukan sebelum dan sesudah menyusui atau tanpa menyusui, dan bayi disusui setiap saat berdasarkan prioritas.

Pompa payudara di bawah tekanan hisap normal (−150 mm Hg) dapat secara efektif mempercepat waktu menyusui dan membantu meningkatkan produksi ASI pada ibu dengan seksio cesarea secara teratur dan memberikan kepercayaan diri untuk terus menyusui. Sementara itu, perawat harus memperhatikan tambahan stimulasi penggunaan pompa ASI yang dapat memperburuk nyeri puting dan kelelahan ibu.

Stimulasi payudara dini yang efektif telah menjadi konsensus untuk keberhasilan menyusui. Khususnya bagi ibu yang mengalami pemisahan ibu-bayi atau melahirkan bayi prematur, pemompaan payudara di bawah tekanan yang memadai dapat menjadi pilihan yang baik untuk membantu mempertahankan laktasi.

(3) Dukungan edukasi menyusui

Program inisiatif berdasarkan teori perilaku terencana yang percaya bahwa niat menyusui merupakan faktor penentu penting untuk keberhasilan menyusui dan dipengaruhi oleh sikap individu, perilaku pribadi, dan persepsi menyusui. Oleh karena itu, rencana inisiatif meliputi bimbingan individu, pendidikan kesehatan kelompok, dan layanan konseling telepon.

(4) Karbohidrat oral pra operasi

Karbohidrat oral pra operasi adalah salah satu pilihan untuk mempromosikan pemulihan pasca operasi. Karbohidrat oral pra operasi dapat mengurangi rasa haus, lapar, cemas, dan mual sebelum operasi, serta nyeri pasca operasi,kehilangan nitrogen, dll.

 

Bagi wanita yang menjalani operasi Caesar, kesulitan utama menyusui terkonsentrasi pada keterbatasan fisik setelah operasi, nyeri luka, stres, ketakutan, dan kegagalan menyusui. Kurangnya dukungan dan bantuan dari anggota keluarga, profesional rumah sakit, dan pemerintah.

 

Sumber :

Li, Leixi., Wan, Wenlin., and Zhu, Chan. 2021. Breastfeeding after a Cesarean Section: A Literature Review. Midwifery 103: 103117

https://doi.org/10.1016/j.midw.2021.103117

No comments:

Post a Comment