ASI menunjukkan manfaat yang signifikan bagi kesehatan fisik
dan mental ibu dan bayi, termasuk pada ikatan ibu dan bayi, penurunan kematian
neonatal, pengurangan komplikasi pasca operasi ibu, dan perkembangan bayi baru
lahir. Meskipun organisasi kesehatan masyarakat di seluruh dunia, termasuk
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan organisasi di negara maju merekomendasikan
pemberian ASI eksklusif pada enam bulan pertama setelah kelahiran dan pemberian
makanan campuran hingga dua tahun. Angka pemberian ASI dan ASI eksklusif di
seluruh dunia masih rendah.
Untuk
meningkatkan kesehatan ibu dan bayi, "Inisiatif Rumah Sakit Ramah
Bayi" yang diusulkan oleh WHO dan UNICEF telah dipromosikan di seluruh
dunia. Inisiatif ini bertujuan untuk membangun lingkungan perawatan medis
berbasis menyusui di mana ibu dan bayi dapat menerima dukungan menyusui terbaik.
Inisiatifnya meliputi pemberian ASI
eksklusif. Namun, proporsi pemberian ASI eksklusif di banyak negara masih
rendah.
Angka
pemberian ASI eksklusif pada bulan pertama, bulan ketiga, dan bulan keenam berturut-turut
adalah 80,2%, 67,4%, dan 21,5%. Seelain itu, tingkat menyusui dan menyusui
eksklusif di antara ibu yang menjalani operasi caesar secara signifikan lebih
rendah daripada ibu yang melahirkan secara alami. Seksio sesarea berkontribusi
pada peningkatan risiko kegagalan menyusui eksklusif pada 3-6 bulan
pascapersalinan pada ibu yang sudah mulai menyusui.
Ibu
yang menjalani operasi caesar tidak dapat mempertahankan pemberian ASI
eksklusif atau menyusui dalam bentuk apa pun selama 3-6 bulan setelah
kelahiran. Sikap ibu terhadap menyusui merupakan penentu penting dari
keberhasilan inisiasi menyusui.
Ibu yang memiliki pengalaman dan persepsi
seksio sesarea tentang menyusui
Masalah
menyusui sering terjadi pada ibu yang melakukan seksio sesarea. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi
pengalaman menyusui ibu yang menjalani operasi Caesar, seperti reaksi fisik dan
emosional ibu terhadap operasi serta kesehatan dan perilaku bayi. Pengalaman menyusui ibu yang menjalani
operasi Caesar tersebut dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: persepsi ibu
tentang menyusui, hambatan dalam menyusui, dan kurangnya dukungan ibu menyusui.
(1) Persepsi
ibu tentang menyusui
Pemahaman
ibu tentang fisiologi laktasi dan persepsi tentang keuntungan menyusui mempengaruhi
durasi menyusui.
(2) Hambatan
untuk menyusui
Banyak
faktor yang dapat mempengaruhi menyusui setelah operasi Caesar, termasuk
pembatasan yang dilakukan oleh ibu terkait adanya nyeri sayatan fisik dan
bedah. Iibu mengalami mual, muntah, dan kelelahan setelah operasi Caesar.
Selain itu, para wanita mengalami mati rasa pada tungkai pada periode awal
pascamelahirkan karena anestesi lokal selama operasi, membatasi aktivitas fisik,
dan meningkatkan kesulitan dalam berinteraksi dengan bayi mereka yang baru
lahir. Nyeri sayatan juga merupakan faktor signifikan dalam kesulitan menyusui,
yang sering disebutkan oleh sebagian besar wanita.
Bayi
yang mengantuk membuat kemampuan menghisap ASI menjadi lemah, bahkan
muntah-muntah, yang sering membuat bayinya merasa cemas dan khawatir. Dengan
demikian, persepsi ibu tentang kesehatan bayi mempengaruhi praktik menyusui
mereka.
Diperkirakan
bahwa jika bayi baru lahir kelebihan berat badan, ibu dapat memilih untuk
menambahkan susu formula dalam beberapa hari pertama bayi baru lahir, yang
dapat mengakibatkan keterlambatan menyusui dan pemberian ASI eksklusif.dan kegagalan
pada menyusui.
Beberapa
ibu tidak mengalami menyusui yang positif yang terkait dengan frustrasi dan
penurunan kepercayaan diri untuk melanjutkan menyusui, akhirnya menyebabkan
penyapihan dini. Namun, setelah berhenti menyusui ibu dapat merasa lebih
frustrasi dan bersalah.
(3) Kurang
dukungan
Banyak
ibu mengeluh bahwa kesulitan lain yang ditemui selama menyusui adalah kurangnya
dukungan dan bantuan. Menyusui merupakan tantangan besar bagi ibu karena ibu
berpikir bahwa menyusui adalah proses alami sebelum melahirkan dan akan
menghasilkan ASI secara alami setelah lahir. Namun, kurangnya produksi ASI
setelah melahirkan dapat dengan mudah merusak kepercayaan diri mereka untuk
menyusui. Oleh karena itu, bimbingan dan bantuan profesional, seperti konseling
kehamilan dan pendidikan kesehatan sangat dianjurkan.
Banyak
ibu baru yang mengalami penelantaran dari bidan, namun sebagian besar ibu
menganggap hal ini disebabkan oleh kekurangan bidan dan beban kerja yang berat.
Bantuan
dan dukungan keluarga juga merupakan faktor penting dalam mendorong pemberian
ASI. Ibu merasa lelah dan tidak memiliki insentif untuk melanjutkan menyusui dapat
disebabkan karena keluarganya tidak mendukung program pemberian ASI.
Selain
itu, dukungan pemerintah yang tidak memadai untuk perawatan medis
pascamelahirkan, kurangnya sumber daya medis, peralatan medis yang ketinggalan
zaman, dan layanan medis dan kesehatan yang tidak memadai juga berkontribusi
pada tantangan menyusui ibu.
Inisiatif untuk mendukung pemberian
ASI setelah melahirkan
(1) Kontak
kulit ke kulit
Kontak
kulit ke kulit (skin to skin contact/SSC) juga dikenal sebagai "perawatan
kanguru". Kontak kulit dini dengan bayi baru lahir setelah operasi Caesar
dianggap sebagai inisiatif yang sederhana dan efektif. Ada hubungan yang
signifikan antara durasi kontak kulit neonatus dengan ibu di ruang operasi dan
tingkat menyusui lanjutan dalam dua hari setelah kelahiran.
Pemberian
ASI eksklusif berlangsung sampai tiga sampai enam bulan pada bayi baru lahir
yang memiliki kontak kulit awal dengan ibu mereka setelah dilahirkan melalui
operasi Caesar.
(2)
Pompa ASI
Pompa
payudara diberikan untuk pertama kalinya dalam waktu 2 jam setelah operasi
caesar dan kemudian enam kali sehari (selama 30 menit setiap kali) sampai
laktasi dimulai. Pemompaan dapat dilakukan sebelum dan sesudah menyusui atau
tanpa menyusui, dan bayi disusui setiap saat berdasarkan prioritas.
Pompa
payudara di bawah tekanan hisap normal (−150 mm Hg) dapat secara efektif mempercepat
waktu menyusui dan membantu meningkatkan produksi ASI pada ibu dengan seksio
cesarea secara teratur dan memberikan kepercayaan diri untuk terus menyusui.
Sementara itu, perawat harus memperhatikan tambahan stimulasi penggunaan pompa
ASI yang dapat memperburuk nyeri puting dan kelelahan ibu.
Stimulasi
payudara dini yang efektif telah menjadi konsensus untuk keberhasilan menyusui.
Khususnya bagi ibu yang mengalami pemisahan ibu-bayi atau melahirkan bayi
prematur, pemompaan payudara di bawah tekanan yang memadai dapat menjadi
pilihan yang baik untuk membantu mempertahankan laktasi.
(3) Dukungan
edukasi menyusui
Program
inisiatif berdasarkan teori perilaku terencana yang percaya bahwa niat menyusui
merupakan faktor penentu penting untuk keberhasilan menyusui dan dipengaruhi
oleh sikap individu, perilaku pribadi, dan persepsi menyusui. Oleh karena itu,
rencana inisiatif meliputi bimbingan individu, pendidikan kesehatan kelompok,
dan layanan konseling telepon.
(4) Karbohidrat
oral pra operasi
Karbohidrat
oral pra operasi adalah salah satu pilihan untuk mempromosikan pemulihan pasca
operasi. Karbohidrat oral pra operasi dapat mengurangi rasa haus, lapar, cemas,
dan mual sebelum operasi, serta nyeri pasca operasi,kehilangan nitrogen, dll.
Bagi
wanita yang menjalani operasi Caesar, kesulitan utama menyusui terkonsentrasi
pada keterbatasan fisik setelah operasi, nyeri luka, stres, ketakutan, dan
kegagalan menyusui. Kurangnya dukungan dan bantuan dari anggota keluarga,
profesional rumah sakit, dan pemerintah.
Sumber :
Li,
Leixi., Wan, Wenlin., and Zhu, Chan. 2021. Breastfeeding after a Cesarean
Section: A Literature Review. Midwifery
103: 103117
https://doi.org/10.1016/j.midw.2021.103117