1.
Tipe
Diri Thinking
Seorang
thinking mendasarkan keputusannya dengan pertimbangan logika dan nalar, tetapi
kurang memerdulikan perasaan orang lain. Orang dengan tipe ini sangat tegas
dalam memutuskan dan memilih pekerjaan dengan alasan-alasan yang rasional.
Sifat tegas ini tertanam karena ia termootivasi oleh kebutuhan prestasi dan
pencapaian sasaran dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau ketika menyikapi
situasi.
Seorang
thinking juga apik dalam melihat dan menemukan kesalahan. Dalam berdiskusi,
sering menawarkan banyak solusi. Jika ada yang kurang sepakat, tanpa sungkan ia
menginterupsi atau mengkritik langsung kepada permasalahan. Kritik baginya
adalah cara menuju kemajuan. Dalam membuat kesepakatan, ia pandai bernegoisasi.
Selain itu, ia juga cermat dalam menghitung logika keuntungan dan kerugian,
serta uas dengan hasil keputusannya sendiri.
Seorang
thinking juga memiliki hubungan baik dengan teman yang satu ide dengan dirinya.
Dalam mengambil kesimpulan, ia selalu merangkainya dengan hubungan
sebab-akibat, melalui pendekatan objektif: benar dan salah. Apa salah menurut
logika, ia katakan salah. Sebaliknya, jika ia salah, dengan tegas ia
mengakuinya.
2.
Tipe
Diri Feeling
Sifat
feeling mengutamakan kerja yang didasarkan pada keyakinan diri sendiri,
dibandingkan terhadap orang lain. Dalam memutuskan suatu hal, seorang feeling
sangat memperhatikan perasaan. Hal ini dilakukan demi menjaga hubungan baik
dengan rekan-rekannya. Ia merasa khawatir jika dirinya dilukai atau melukai
perasaan orang lain. Oleh karena itu, ia sangat menunjukkan rasa empati tinggi
kepada orang lain. Dalam pribadinya, muncul tindakan-tindakan rasa peduli
terhadap orang lain. Jika ada orang meminta pertolongan, ia tidak menunda-nunda
untuk membantunya. Baginya, memberikan bantuan tidak memerlukan alasan-alasan
rasional.
Dalam
obrolan ia jarang menentang pendapat orang lain bahkan sangat menghiindarinya.
Ia juga cenderung mengikuti kesepakatan-kesepakatan hasil obrolan. Terkadang ia
menjadi penengah dalam konflik dan meredam perselisihan dua pihak. Dalam
bertindak, ia termotivasi oleh kebutuhan untuk dihargai. Dalam mengambil
keputusan maupun mengambil kesimpulan ia cenderung subjektif. Sulit untuk
mempertimbangkan dengan dasar benar atau salah (objektif). Oleh karena itu,
terkadang ia plin-plan atau bahkan kebingungan dalam mengambil sikap. Pada diri
yang simpati ini, selain sensitif, juga selalu apresiatif terhadap orang lain
yang ditunjukkannya dengan sikap memuji. Pertimbangan memuji ini didasarkan
atas suka dan tidak suka.
Sumber:
Tim Psikologi. 2011. Buku Babon Psikotes Superlengkap.
Cetakan 1. Jakarta: Visimedia
No comments:
Post a Comment