Wednesday 4 April 2018

TIPE DIRI THINKING – FEELING


1.      Tipe Diri Thinking
Seorang thinking mendasarkan keputusannya dengan pertimbangan logika dan nalar, tetapi kurang memerdulikan perasaan orang lain. Orang dengan tipe ini sangat tegas dalam memutuskan dan memilih pekerjaan dengan alasan-alasan yang rasional. Sifat tegas ini tertanam karena ia termootivasi oleh kebutuhan prestasi dan pencapaian sasaran dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau ketika menyikapi situasi.
Seorang thinking juga apik dalam melihat dan menemukan kesalahan. Dalam berdiskusi, sering menawarkan banyak solusi. Jika ada yang kurang sepakat, tanpa sungkan ia menginterupsi atau mengkritik langsung kepada permasalahan. Kritik baginya adalah cara menuju kemajuan. Dalam membuat kesepakatan, ia pandai bernegoisasi. Selain itu, ia juga cermat dalam menghitung logika keuntungan dan kerugian, serta uas dengan hasil keputusannya sendiri.
Seorang thinking juga memiliki hubungan baik dengan teman yang satu ide dengan dirinya. Dalam mengambil kesimpulan, ia selalu merangkainya dengan hubungan sebab-akibat, melalui pendekatan objektif: benar dan salah. Apa salah menurut logika, ia katakan salah. Sebaliknya, jika ia salah, dengan tegas ia mengakuinya.
2.      Tipe Diri Feeling
Sifat feeling mengutamakan kerja yang didasarkan pada keyakinan diri sendiri, dibandingkan terhadap orang lain. Dalam memutuskan suatu hal, seorang feeling sangat memperhatikan perasaan. Hal ini dilakukan demi menjaga hubungan baik dengan rekan-rekannya. Ia merasa khawatir jika dirinya dilukai atau melukai perasaan orang lain. Oleh karena itu, ia sangat menunjukkan rasa empati tinggi kepada orang lain. Dalam pribadinya, muncul tindakan-tindakan rasa peduli terhadap orang lain. Jika ada orang meminta pertolongan, ia tidak menunda-nunda untuk membantunya. Baginya, memberikan bantuan tidak memerlukan alasan-alasan rasional.
Dalam obrolan ia jarang menentang pendapat orang lain bahkan sangat menghiindarinya. Ia juga cenderung mengikuti kesepakatan-kesepakatan hasil obrolan. Terkadang ia menjadi penengah dalam konflik dan meredam perselisihan dua pihak. Dalam bertindak, ia termotivasi oleh kebutuhan untuk dihargai. Dalam mengambil keputusan maupun mengambil kesimpulan ia cenderung subjektif. Sulit untuk mempertimbangkan dengan dasar benar atau salah (objektif). Oleh karena itu, terkadang ia plin-plan atau bahkan kebingungan dalam mengambil sikap. Pada diri yang simpati ini, selain sensitif, juga selalu apresiatif terhadap orang lain yang ditunjukkannya dengan sikap memuji. Pertimbangan memuji ini didasarkan atas suka dan tidak suka.

Sumber:
Tim Psikologi. 2011. Buku Babon Psikotes Superlengkap. Cetakan 1. Jakarta: Visimedia


No comments:

Post a Comment