a.
Definisi
Preeklampsia
Preeklampsia adalah
hipertensi yang muncul setelah kehamilan berusia 20 minggu dengan proteinuria (0,3 gram protein selama 24jam atau 30 mg/dl dengan hasil reagen urine ≥ 1) (Setiawan, 2016). Preeklampsia adalah
sekumpulan gejala yang spresifik hanya muncul selama kehamilan dengan usia
lebih dari 20 minggu (Varney, 2010). Preeklampsia adalah penyakit dengan
tanda-tanda khas tekanan darah tinggi (hipertensi), disertai protein dalam
urine (proteinuria) dengan atau tanpa edema yang timbul karena kehamilan.
Penyakit ini umumnya terjadi dalam trimester ketiga kehamilan, tetapi dapat
juga terjadi pada trimester kedua kehamilan. Sering tidak diketahui oleh wanita
hamil yang bersangkutan, sehingga tanpa disadari dalam waktu singkat terjadi Preeklampsia
berat bahkan dapat menjadi eklampsia yaitu dengan tambahan gejala kejang-kejang
atau koma (Prawirohardjo, 2011).
Studi Hernandez, et. al
(2009) mengemukan bahwa Preeklampsia merupakan kelainan umum pada kehamilan
dengan prevelensi 2-8% kehamilan. Center
for Maternal And Child Enquiries (CMACE) memperkirakan bahwa kejadian Preeklampsia
tujuh kali lebih tinggi terjadi di negara-negara berkembang (CMACE, 2011).
Menurut Chuningham (2014), Preeklampsia merupakan sindrom spesifik kehamilan
berupa kurangnya perfusi organ akibat vosospasme dan aktifitas endotel.
Menurut English, et al
(2015), masyarakat insternasional untuk studi hipertensi dalam kehamilan
mendefinisikan Preeklampsia sebagai hipertensi dengan tekanan darah 140/90 mmHg
pada dua kesempatan terpisah dalam 4 jam disertai dengan proteinuria
setidaknya 0,3 gram dalam urine selama 24 jam (atau 0,30 mg/mmol
protein/kreatinin) yang timbul setelah usia kehamilan 20 minggu hingga 6 jam
post partum. Preeklampsia adalah peningkatan tekanan darah yang baru timbul
setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu disertai penambahan berat badan ibu
yang cepat akibat tubuh membengkak dan pada pemeriksaan dijumpai proteinurin di
dalam urine (Fadlun, 2014).
b.
Etiologi
Preeklampsia
Penyebab dari Preeklampsia dan eklampsia
sampai sekarang belum diketahui, terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan
sebab dari Preeklampsia dan eklampsia. Tetapi tidak ada satupun dari teori
tersebut yang dianggap mutlak benar. Menurut Prowirohardjo (2008) teori-teori
tersebut antara lain:
1)
Teori
kelainan vaskularisasi plasenta
Penyebab hipertensi kehamilan tidak
terjadi invasi trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matrik
sekitarnya. Lapiran arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras seningga lumen
arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi.
Akibatnya arteri spiralis relatif mengalami vasokontraksi dan terjadi kegagalan
“remodeling arteri spiralis” sehingga
aliran darah uteroplasenta menurun menyababkan terjadinya hipoksia dan iskhemia
plasenta.
2)
Teori
iskhemia plasenta, radikal bebas dan disfungsi endotel
Plasenta yang mengalami hipoksia dan
iskhemia akan menghasilkan oksigen (disebut radikal bebas). Salah satu oksidan
penting yang dihasilkan plasenta iskhemia adalah radikal hidroksil yang sangat
toksis, khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh darah. Radikal
hidroksil akan merusak membran sel yang mengandung banyak asam lemak tak jenuh
menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak sebagai oksigen/radikal bebas sangat
toksis ini akan beredar di seluruh tubuh dalam aliran darah akan merusak
membran sel endotel. Salah satu fungsi sel endotel adalah memproduksi
prostaglandin. Jika terjadi gangguan metabolisme prostaglandin maka akan
terjadi penurunan produksi prostasiklin yang merupakan vasodilatator kuat.
Sehingga kadar tromboksan lebih tinggi dan terjadi vasokontraksi yang
menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan darah.
3)
Teori
intoleransi imunologik antara ibu dan janin
Pada wanita hamil normal respon imun
tidak menolak adanya hasil konsepsi yang bersifat asing.hal ini sebabkan karena
adanya Human Leucocyte Antigen Protein G
(HLA-G) yang berperan penting dalam medulasi imun, sehingga ibu tidak menolak
hasil konsepsi (plasenta). Selain itu HLA-G merupakan prakondisi untuk
terjadinya invasi trofoblas ke dalam jaringan desidua ibu. Pada hipertensi
kehamilan terjadi penurunan ekspresi HLA-G. Berkurangnya HLA-G di desidua
daerah plasenta menghambat invasi trofoblas ke dalam desidua. Invasi trofoblas
sangat penting agar jaringan desidua menjadi lunak dan gembur, sehingga
memudahkan terjadinya dilatasi arteri spiralis. Apabila invasi trofoblas ke
dalam desidua terhambat kemunngkinan terjadi immune-maladaptation preeklampsia.
4)
Teori
adaptasi kardiovaskuler
Pada hipertensi dalam kehamilan
kehilangan daya refrakter terhadap bahan-bahan vasokonstriktor dan terjadi
peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan vasopresor. Artinya daya rafrakter
pembuluh darah terhadap bahan vasopresor hilang sehingga pembuluh darah menjadi
sangat peka terhadap bahan vasopresor. Peningkatan kepekaan daya refrakter pada
kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
5)
Teori
stimulus inflamasi
Pada Preeklampsia terjadi peningkatan
stress oksidatif, sehingga produksi debris apoptosis dan nekrotik trofoblas meningkat.
Makin banyak sel trofoblas plasenta, misal : plasenta besar, hamil ganda, maka
reaksi oksidatif akan sangat meningkat. Keadaan ini menimbulkan beban reaksi
inflamasi dalam darah ibu menjadi lebih besar yang menimbulkan gejala-gejala Preeklampsia
pada ibu.
6)
Teori
faktor genetik
Beberapa bukti menunjukan peran faktor
genetik pada kejadian Preeklampsia antara lain sebagai berikut:
a)
Preeklampsia
hanya terjadi pada manusia.
b)
Terdapat
kecenderungan meningkatnya frekuensi Preeklampsia pada anak-anak dari ibu yang
menderita preeklampsia.
c)
Kecenderungan
meningkatnya frekuensi Preeklampsia pada anak-anak dan cucu ibu hamil dengan
riwayat Preeklampsia dan bukan pada ipar mereka.
d)
Peran
renin-angiotensin-aldosteron system (RAAS) (Rukiyah, 2010).
c.
Tanda
dan Gejala Preeklampsia
Menurut Berzon
dan Pernoll (2008), Preeklampsia ditandai
denga adanya hipertensi, edema
generalisasi dan proteinuria tanpa penyakit vaskular atau renal. Tanda dan
gejala muncul sejak minggu ke-20 kehamilan sampai minggu ke-6 setelah melahirkan.
Menurut Rozikhan (2007), tanda dan
gejala preekalmpsia adalah sebagai berikut :
1)
Sakit
kepala yang keras karena vasospasmus atau edema otak.
2)
Sakit
di ulu hati karena regangan di ulu hati oleh haemorrhagia atau edema, atau
sakit karena perubahan pada lambung.
3)
Gangguan
penglihatan : penglihatan menjadi kabur bahkan kadang-kadang pasien menjadi
buta. Gangguan ini disebabkan vasospasmus, edema, atau ablatio retina.
Perubahan ini dapat dilihat dengan ophtalmoscop.
4)
Gangguan
pernapasan samapi sianosis
5)
Pada
keadaan berat akan diikuti gangguan kesadaran.
d.
Klasifikasi
Preeklampsia
Preeklampsia dibagi
dalam Preeklampsia ringan dan Preeklampsia berat. Preekampsia ringan masih
dapat berobat jalan dengan diet rendah garam dan kontrol setiap minggu.
Disamping itu berikan nasehat bila keruhan makin meningkat maka disarankan
untuk segera kembali melakukan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan. Preeklampsia
berat merupakan kelanjutan dari Preeklampsia ringan (Armagustini, 2010).
Sedangkan menurut Indriani (2012) Preeklampsia dibagi menjadi beberapa golongan
yaitu :
1)Preeklampsia ringan bila disertai keadaan sebagai
berikut :
a)
Tekanan
darah 140/90 mmHg atau kenaikan diatolik 15 mmHg atau lebih atau kenaikan
sistolik 30 mmHg atau lebih pada usia kehamilan 20 minggu dengan riwayat
tekanan darah sebelumnya normal.
b)
Proteinuria
0,3 gr per liter atau kuantitatif 1+ atau
2+ pada urine kateter atau midtream.
2)Preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai
berikut :
a)
Tekanan
darah 160/110 mmHg atau lebih.
b)
Proteinuria
5 gr per liter atau lebi dalam 24 jam atau kuantitatif 3+ atau 4+ .
c)
Oliguria
yaitu jumlah urine <500 cc dalam 24 jam.
d)
Adanya
gangguan serebral, gangguan penglihatan, dan rasa nyeri di epigastrium.
e)
Terdapat
edema paru dan sianosis hati.
f)
Pertumbuhan
janin terhambat.
Menurut Sujiyatini, dkk (2009) Preeklampsia di
bedakan menjadi Preeklampsia ringan dan Preeklampsia berat, yaitu :
1)
Preeklampsia
ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria atau edema setelah 20
minggu atau segera setelah persalinan. Dengan disertai tanda dan gejala sebagai
berikut :
a)
Tekanan
darah
Kenaikan tekanan
darah sistolik 30 mmHg atau diastolik 15 mmHg (dari tekanan darah sebelum
hamil).
b)
Proteinuria
: secara kuantitatif lebih dari 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara
kualitatif +1 atau +2.
c)
Edema
: edema generalista (edema pada kaki, tangan, muka dan perut).
d)
Kenaikan
berat badan 1 kg atau dalam seimbang.
2)
Preeklampsia
berat adalah suatu komplikasi yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110
mmHg atau lebih disertai proteinuria atau edema pada kehamilan 20 minggu atau
lebih.
e.
Patofisiologis
Preeklampsia
Menurut Manuaba
(2010: 262) di dalam Nita Norma dan Mustika Dwi S (2013), perubahan patologis
berbagai organ penting dijabarkan sebagai berikut:
1) Perubahan hati. perdarahan yang
tidak teratur, terjadi nekrosis, trombosis pada lubus hati.
2) Rasa nyeri di epigastrium karena
perdarahan subkapsuler.
3) Retina. Spasme arteriol, edema
sekitar diskus optikus, ablasio retina (lepasnya retina), menyebabkan
penglihatan kabur.
4) Otak. Spasme pembuluh darah arteriol
otak menyebabkan anemia jaringan otak, perdarahan dan nekrosis, menimbulkan
nyeri kepala yang berat.
5) Paru-paru. Berbagai tingkat edema,
bronkopneumonia sampai abses menimbulkan sesak nafas sampai sianosis.
6) Jantung. Perubahan degenerasi lemak
dan edema, perdarahan sub endokardinal, menimbulkan dekompensasi kordis sampai
terhentinya fungsi jantung.
7) Aliran darah ke plasenta. Spasme
arteriol yang mendadak menyebabkan asfiksia berat sampai kematian janin. Spasme
yang berlangsung lama, menggangu pertumbuhan janin.
8) Perubahan ginjal. Spasme arteriol
menyebabkan aliran darah ke ginjal menurun sehingga filtrasi glomerulus
berkurang penyerapan air dan garam tubulus tetap, terjadi retensi air dan
garam, edema pada tungkai dan tangan, paru dan organ lain.
9) Perubahan pembuluh darah.
Permeabilitasnya terhadap protein makin tinggi sehingga terjadi vasasi protein
ke jaringan, protein ekstra vaskuler menarik air dan garammenimbulkan edema,
hemokonsentrasi darah yang menyebabkan gangguan fungsi metabolisme tubuh dan
thrombosis.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo,
S.2011. Ilmu Kebidanan.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prowirohardjo.
Hernandez. D. S. 2009.
Risk of Pre-Eclampsia in First and Subsequent Pregnencies: Proepective Cohort
Study, British Medical Jurnal
2009;338:b2255.
English,
A. Fred. Louise C Kenny, Fergus P Mccarthy. 2015. Risk Factors And Effective
Management Of Preeclampsia, Inegated Blood Preassure Control. PLOS ONE.
Fadlun dan Feryanto, A. 2014. Asuhan Kebidanan Patologi. Jakarta:
Salemba Medika.
Rukiyah, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan 4 (Patologi Kebidanan). Jakarta: Trans Info Medika
Indriani,
Nanien. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Preekalmpsia/Eklampsia Pada Ibu Bersalin Di Eumah Sakit Umum Daerah Kardinah
Kota Tegal Tahun 2012. Skripsi.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Kebidanan Komunitas. Depok
Manuaba,
I.A.C. 2010. Pengantar Kuliah Obstetri.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
No comments:
Post a Comment