1.
Tipe
Diri Sensing
Seorang
sensing menilai bahwa apa yang dilihat, didengar, dicium dan diraba adalah dasar
bagi dirinya untuk mencari, menanggapi, atau memahami informasi yang
didapatnya. Baginya, fungsi indrawi menjadi alat ukur yang nyata dalam
memandang situasi. Ia lebih yakin dengan bukti konkret, fakta yang terlihat,
dan apa yang dialaminya secara langsung. Di lingkungan pekerjaan, ia lebih suka
dengan hal-hal yang praktis untuk menghasilkan sesuatu yang riil sehingga lebih
cermat dalam mengamati hal-hal dari sebuah informasi. Apa yang dilihat dan
dialami, itu yang dikerjakan.
Orang
dengant tipe ini juga lebih melihat pada hal-hal yang fisik dari pada
metafisik. Dalam menganalisis masalah, ia akan menguraikan berdasarkan pengamatan
pada peristiwa yang terjadi di lapangan dan selalu memperhatikan rambu-rambu
atau tata tertib yang berlaku pada lingkungan pekerjaan. Baginya, pengalaman
menjadi pelajaran dan pegangan yang kuat untuk menghadapi situasi.
Seorang
sensing juga sangat realistis dan cenderung tidak larut dalam pandangan-pandangan
yang imajinatif. Baginya mengakhayal adalah sesuatu yang terlalu dramatis dan
melangit sehingga ia tidak ingin menghabiskan waktu hanya dengan merenung atau
bererfleksi. Dalam mempersepsi situasi, standar fisiklah yang menjadi tolak
ukurnya sehingga tidak heran jika ia terkesan bersifat materialistis.
2.
Tipe
Diri Intuition
Dalam
mencermati informasi, seorang intuition cenderung menghubungkan sesuatu yang
dianggap memiliki keterkaitan atau bersifat korelatif. Dia tidak melihat apa
yang terjadi, tetapi cenderung mencari fenomena apa yang menyebabkan hal
tersebut terjadi. Dia juga melihat gejala atau kemungkinan yang akan terjadi
sehingga selalu mempersiapkan hal-hal tersebut meskipun kemungkinan tersebut
belum tentu akan terjadi.
Sosok
imajinatif ini bergairah dengan hal-hal yang abstrak sehingga tidak heran jika
dia sering disebut dengan pengkhayal. Dalam menafsirkan sesuatu, dia cenderung
dramatis. Pandangannya bersifat inovatif dengan melompat tanpa mengurut satu
persatu, serta abai dengan ketentuan-ketentuan atau hal-hal yang bersifat
mekanistik.
Dalam
mengerjakan sesuatu, seorang intuition tidak mementingkan dari mana memulainya,
yang terpenting baginya adalah melakukan terobosan-terobosan dengan mencari
kesempatan-kesempatan untuk mendapatkan hal yang baru. Dia lebih mementingkan
kebutuhan pada masa yang akan datang, tetapi kurang peduli dengan proses
pencapaian hari ini.
Analogi,
pengalaman di luar dirinya, serta gambaran umum lain menjadi pegangan dalam
menyikapi situasi sehingga dia suka membandingkan informasi yang diterimanya
dengan informasi yang lain. Perbandingan ni dilakukannya untuk menemukan
hubungan-hubungan yang menghasilkakn ide atau gagasan baru, yang belum pernah
dia peroleh sebelumnya. Tampaknya, ide yang menantang baginya lebih menarik
sehingga dia senang berspekulasi.
Sumber:
Tim Psikologi. 2011. Buku Babon Psikotes Superlengkap.
Cetakan 1. Jakarta: Visimedia
No comments:
Post a Comment