Thursday 5 April 2018

MEMBANTAH ASUMSI FLAT EARTH (BUMI DATAR)


ULAMA ISLAM BERBICARA TENTANG FLAT EARTH
Ibnu Taimiyah, Ibnu Hazm, Ibnu Utsaimin, dan Ibnu Baz
Penyusun : Abu Salma Muhammad Rachdie, S. Si
Al-Wasathiyah wal J’tihal Digital Publishing
2017
Alwasathiyah.com/ebooks

BANTAHAN TERHADAP ASUMSI FLAT-EARTH
Paparan Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah
PERTAMA
Syaikhul Islam menukilkan pendapat Abul Husain Ibnul Munādī rahimahullāhu sbb :

Al-Imām Abūl Husain Ahmad bin Ja’far bin al-Munādī, dari pembesar ulama yang masyhūr dengan pengetahuannya tentang atsar dan tashānīf (tulisan-tulisan) utama dalam bidang ilmu dīniyah dari tingkatan kedua sahabat-sahabatnya Imam Ahmad:
”Tidak ada perbedaan pendapat di kalangan para ulama bahwa langit itu juga seperti bola (spherical)”
Beliau juga mengatakan :
”Demikian pula para ulama bersepakat bahwa bumi itu berikut pergerakannya dari daratan dan lautan adalah seperti bola.”
Beliau berkata kembali :
”Yang menunjukkan hal ini (bumi berbentuk bola, pent.) adalah bahwa matahari dan bulan serta bintang itu tidaklah mengalami terbit dan tenggelam dari kesemua ufuk (ujung) bumi dalam satu waktu. Namun terjadinya di wilayah timur dulu sebelum maghrib.”
[Majmū’ al-Fatāwā XXV/195]

KEDUA
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahuAllāhu pernah ditanya tentang adanya dua orang yang saling berdebat mengenai “bentuk (kaifiyat) langit dan bumi”, apakah keduanya berbentuk fisik seperti bola?

Salah seorang dari mereka beranggapan bentuknya seperti bola, dan yang satu langit mengingkarinya dan mengatakan pendapat tsb tidak memiliki asal. Lantas mana yang benar?
Maka Syaikhul Islam menjawab :
“Langit itu berbentuk bulat menurut ulama kaum muslimin. Dan telah diriwayatkan adanya ijma kaum muslimin mengenai hal ini oleh lebih dari satu orang ulama dan imam Islam.
Seperti Abūl Husain Ahmad bin Ja’far bin al-Munādī, salah satu pembesar senior tingkatan kedua dari sahabat Imam Ahmad, dan beliau memiliki 400 mushonnaf (karya tulis)
Diriwayatkan pula ijma ini, Imam Abū Muhammad bin Hazm dan Abūl Faraj bin al-Jauzī. Para ulama meriwayatkan pendapat ini (yaitu bumi itu seperti bola, pent.) dengan sanad yang dikenal dari para sahabat dan tabi’in. Mereka juga menyebutkan dalildalilnya dari Kitābullah dan sunnah Rasulullah. Mereka memaparkan pendapat tentang bulatnya bumi ini
dengan dalil-dalil sam’iyyah (pendengaran atau ghaibiyah). Walaupun juga dalildalil hisābiyah (berdasarkan pengamatan dan perhitungan) sudah menunjukkan hal ini.

Saya belum pernah tahu ada ulama kaum muslimin yang dikenal, yang mengingkari bulatnya bumi. Kecuali sekelompok kecil dari tukang debat. Dimana mereka mendebat para ahli astronomi dengan metode tajwīz (asumsi “bisa jadi”), yaitu “bisa jadi” berbentuk persegi, segi tiga atau bentuk lainnya. Mereka juga tidak mengingkari (bahwa bumi) bisa jadi juga
berbentuk bulat. Namun, mereka membolehkan pendapat yang berlawanan. Tidaklah ku ketahui orang yang berpendapat bahwa bumi itu tidak bulat dan ia memastikannya, melainkan ia hanyalah orang pandir…”

[Majmū’ al-Fatāwā VI/586]

Paparan Imam Ibnu Hazm
Pengakuan penjelasan bulatnya bumi
Abū Muhammad bin Hazm rahimahullāhu berkata :
Karena itulah mereka mengutarakan : Sesungguhnya berbagai bukti secara valid menunjukkan bahwa bumi itu bulat, sedangkan orang-orang awam beranggapan selain ini. Maka jawaban kami dengan memohon taufik dari Allāh Ta’ālå :
Bahwa seorang imam kaum muslimin yang memang layak disematkan dengan sebutan imămah (kepemimpinan) di dalam ilmu – semoga Allăh merahmati mereka – tidak ada yang mengingkari bulatnya bumi. Tidaklah ada riwayat dari mereka yang menolak pendapat ini. Bahkan berbagai argumentasi di dalam Al-Qur’an dan sunnah menunjukkan bulatnya bumi…
Mereka menyampaikan sejumlah dalil mengenai hal ini…

[Al-Fashlu fîl Milal wal Ahwă wan Nihal II/78]
Diantara dalil yang menunjukkan bulatnya bumi, adalah firman Allåh Ta’ålå :
Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menggulung malam atas siang dan menggulung siang atas malam (QS az-Zumar : 5)
Ibnu Hazm dan selain beliau, berdalil dengan ayat ini. Yaitu kata yukawwiru (menggulung) itu pasti berbentuk melingkar membulat seperti kaur (bula).

Paparan Syaikh Ibnu ‘Utsaimin
Beliau rahimahullåhu berkata :
Bumi itu bulat ( spherical) dengan dalil AlQur’an, realita dan ucapan para ulama. Adapun dalil Al-Qur’an, adalah firman Allåh Ta’ålå :
Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menggulung malam atas siang dan menggulung siang atas malam.
Kata takwîr (menggulung) itu artinya menjadikan sesuatu tergulung (bulat), seperti menggulung surban. Suatu hal yang sudah diketahui bahwa malam dan siang itu saling berputar bergantian di atas bumi, hal ini berkonsekuensi bahwa bumi itu realitanya bulat.
Karena jika anda menggulung sesuatu di atas sesuatu, sedangkan bumi adalah sesuatu yang digulung di atasnya, maka hal ini melazimkan bahwa sesuatu yang bisa menggulung di atas bumi, maka bumi tersebut tentunya bulat.
Adapun dalil wåqi’ (fakta), maka hal ini adalah suatu hal yang sudah terbukti. Apabila ada seseorang terbang (dengan pesawat) dari Jeddah menuju arah barat, maka ia akan kembali ke Jeddah dari arah timur selama dalam garis lurus. Ini adalah fakta yang tidak diperdebatkan lagi oleh dua orang.
Adapun ucapan para ulama, mereka menyebutkan (dalam hukum waris, pent.) bahwa apabila ada seorang pria wafat di wilayah timur saat terbenam matahari, dan ada seorang lagi wafat di wilayah barat juga pada saat terbenamnya matahari, dan diantara kedua orang tersebut dipisahkan jarak, maka orang yang mati di wilayah barat saat matahari terbenam tadi berhak mewarisi orang yang mati di wilayah timur tadi walau sama-sama terbenamnya matahari jika ia memang ahli warisnya. Hal ini menunjukkan bahwa bumi itu bulat. Karena jika bumi itu datar (flat), maka konsekuensinya terbenamnya matahari di seluruh arah terjadi dalam satu waktu sekaligus.
Apabila hal ini ditetapkan, maka tidaklah mungkin bagi seseorang mengingkarinya. Tidaklah menjadi problem firman Allåh Ta’ålå :
Tidaklah mereka memperhatikan unta bagaimana ia diciptakan? Dan langit bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung bagaimana ia dipancangkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? (QS alGhåsyiah : 17-20)
Karena bumi itu sangat besar ukurannya. Dan penampakan bulatnya tidak bisa dilihat di jarak yang berdekatan. Hal ini sebatas pandangan jarak yang tampak terhampar luas, yang tidak mengharuskan adanya keraguan untuk berdiam di atasnya, Dan tidak pula menolak bentuknya yang bulat. Karena fisiknya besar sekali. Namun, bukan artinya mereka berpendapat bahwa bulatnya itu sama semua sisinya. Namun ada yang lebih cembung di area Utara dan Selatannya. Mereka berpandangan bentuknya ellipse (bulat telur), yaitu bentuknya seperti telur lebih panjang di bagian utara dan Selatannya.
[Fatåwå Nůr ‘alad Darb]
IslamQA berkomentar :
Dari sini dapat Anda ketahui bahwa bentuk bumi itu adalah bulat, tidak menafikan bentuknya yang elips. Sesungguhnya pendapat yang batil itu adalah asumsi bahwa bumi itu datar (flat) sebagaimana yang diyakini gereja. Karena itulah kaum gereja mengutuk dan membakar orang
yang berpendapat bulatnya bumi dari kalangan ilmuwan.

[lihat : al-‘Ilmåniyah Nasy’atuhå wa Tathowwuruhå I/130.
Wallåhu a’lam.

PENDAPAT SYAIKH IBNU BAZ
Menguak Dusta bahwa Syaikh Ibnu Bāz
berpendapat bumi itu datar

Telah menyebar adanya klaim dusta dari para pengusung dan pendukung asumsi flat-earth bahwa diantara para ulama yang membenarkan pendapat bumi itu rata adalah Syaikh Ibnu Bāz rahimahullāhu.
Syaikh DR ‘Āshim al-Qaryūtī hafizhahuAllāhu memberi klarifikasi sebagai berikut: Syaikh Ibnu Bāz rahimahullāhu menetapkan dan menyatakan bahwa bumi itu bulat sebagaimana ulama Islam lainnya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah telah menukilkan adanya konsensus atas hal ini di sejumlah buku beliau, diantaranya buku al-Ursyiyah, Dar’u Ta’ārudhil Naqli wal Aqli (VI/339), dan bisa dilihat pula di Risālah fīl Hilāl dari Majmū’ al-Fatāwā beliau (XXV/195).
Ibnu Katsīr juga menukilkan ijma’nya hal ini di dalam al-Bidāyah wan Nihāyah, sebagaimana tersebut di dalam Āfaqul Hidāyah (I/173).
Namun anehnya, ada saja fitnah yang menimpa Syaikh Ibnu Bāz rahimahullāhu semasa hidupnya bahwa beliau dikatakan mengingkari akan bulatnya bumi. Padahal Syaikh memiliki pendapat yang sama dengan ulama Islam lainnya tentang hal ini.
Saya pernah bertanya kepada beliau langsung kurang lebih sekitar tahun 1395 H atau 1394 H tentang masalah ini, dan beliau diklaim memiliki buku yang berjudul: Al-Bāz al-Munqidh ‘ala man qōla bikurwiyatil Ardhi (Sanggahan Ibnu Baz  terhadap yang berpendapat bulatnya
bumi). Lantas beliau pun terheran-heran karenanya dan menjadi murka lantaran kedustaan ini.”
[Kaukabah min A’immatil Hudā wa Mashōbih ad-Dajå hal. 167]

Syaikh ‘Abdul ‘Azīz bin Bāz rahimahullāhu sendiri pernah mengklarifikasi hal ini.
Beliau berkata :
Adapun artikel yang disebarkan mengenai diriku di Majalah As-Siyāsah yang menukil dari ulasan yang ditulis oleh para jurnalis dan penulis at-Tajammu’ at-Taqoddumī di Mesir berupa pengingkaran diriku terhadap mendaratnya manusia di bulan dan saya menvonis kafir orang yang berpendapat seperti ini! Atau pendapat bahwa bumi itu bulat atau beredar! Maka ini semua adalah DUSTA dan fitnah!! Tidak ada dasar kebenarannya! Bisa jadi orang yang menukil tidak sengaja bermaksud untuk berbuat dusta, namun dia tidak melakukan verifikasi sebelum menukil.
Padahal, ucapanku (mengenai hal ini) tercetak dan tersebar. Saya menjelaskan di dalamnya bantahan terhadap orang yang mendarat ke permukaan bulan, alih-alih mengkafirkan orang yang berpendapat demikian.
Saya hanya menjelaskan bahwa kewajiban bagi orang yang tidak tahu agar bersikap tawaqquf (diam) dan tidak serta merta membenarkannya.
Saya juga menjelaskan bagi orang yang tahu agar juga bersikap abstain (tawaqquf), tidak membenarkan dan tidak juga mendustakan hingga sampai padanya informasi yang dapat menentukan hal ini. Saya pun juga menetapkan di dalam pendapatku tersebut sebagaimana yang kunukil dari al-Allāmah Ibnul Qoyyim rahimahullåhu yang menetapkan bahwa bumi itu bulat.
Adapun tentang peredaran bumi, maka saya memang mengingkarinya dan saya terangkan kebatilannya dengan dalildalilnya. Namun saya tidak pernah mengkafirkan orang yang berpendapat demikian.
Akan tetapi yang saya kafirkan adalah orang yang berpendapat bahwa matahari itu stagnan tidak bergerak. Karena pendapat ini menentang secara nyata alQur’an al-Karim dan sunnah nabi yang suci, yang menunjukkan bahwa matahari dan bulan itu beredar… (selesai)
[Majmū’ Fatāwā wa Maqōlāt asy-Syaikh Ibnu Bāz IX/228]


Tentang Penerjemah
Nama Lengkap : Moch Rachdie Pratama, S.Si
Email                : abusalma81@hotmail.com

No comments:

Post a Comment