ULAMA ISLAM BERBICARA TENTANG FLAT EARTH
Ibnu Taimiyah, Ibnu Hazm, Ibnu Utsaimin, dan Ibnu
Baz
Penyusun : Abu Salma Muhammad Rachdie, S. Si
Al-Wasathiyah wal J’tihal Digital Publishing
2017
Alwasathiyah.com/ebooks
BANTAHAN TERHADAP ASUMSI FLAT-EARTH
Paparan Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah
Taimiyah
PERTAMA
Syaikhul Islam menukilkan pendapat Abul Husain Ibnul Munādī rahimahullāhu sbb :
Al-Imām Abūl Husain Ahmad bin Ja’far bin
al-Munādī, dari pembesar ulama yang masyhūr dengan pengetahuannya tentang atsar
dan tashānīf (tulisan-tulisan) utama dalam bidang ilmu dīniyah dari tingkatan kedua
sahabat-sahabatnya Imam Ahmad:
”Tidak ada perbedaan pendapat di kalangan
para ulama bahwa langit itu juga seperti bola (spherical)”
Beliau juga mengatakan :
”Demikian pula para ulama bersepakat bahwa
bumi itu berikut pergerakannya dari daratan dan lautan adalah seperti bola.”
Beliau berkata kembali :
”Yang menunjukkan hal ini (bumi berbentuk
bola, pent.) adalah bahwa matahari dan bulan serta bintang itu tidaklah
mengalami terbit dan tenggelam dari kesemua ufuk (ujung) bumi dalam satu waktu.
Namun terjadinya di wilayah timur dulu sebelum maghrib.”
[Majmū’ al-Fatāwā XXV/195]
KEDUA
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahuAllāhu pernah ditanya tentang adanya dua orang
yang saling berdebat mengenai “bentuk (kaifiyat) langit dan bumi”, apakah
keduanya berbentuk fisik seperti bola?
Salah seorang dari mereka beranggapan bentuknya
seperti bola, dan yang satu langit mengingkarinya dan mengatakan pendapat tsb
tidak memiliki asal. Lantas mana yang benar?
Maka Syaikhul Islam menjawab :
“Langit itu berbentuk bulat menurut ulama
kaum muslimin. Dan telah diriwayatkan adanya ijma kaum muslimin mengenai hal
ini oleh lebih dari satu orang ulama dan imam Islam.
Seperti Abūl Husain Ahmad bin Ja’far bin
al-Munādī, salah satu pembesar senior tingkatan kedua dari sahabat Imam Ahmad,
dan beliau memiliki 400 mushonnaf (karya tulis)
Diriwayatkan pula ijma ini, Imam Abū Muhammad
bin Hazm dan Abūl Faraj bin al-Jauzī. Para ulama meriwayatkan pendapat ini (yaitu
bumi itu seperti bola, pent.) dengan sanad yang dikenal dari para sahabat dan tabi’in.
Mereka juga menyebutkan dalildalilnya dari Kitābullah dan sunnah Rasulullah.
Mereka memaparkan pendapat tentang bulatnya bumi ini
dengan dalil-dalil sam’iyyah (pendengaran atau ghaibiyah). Walaupun juga
dalildalil hisābiyah (berdasarkan pengamatan dan perhitungan) sudah menunjukkan
hal ini.
Saya belum pernah tahu ada ulama kaum muslimin
yang dikenal, yang mengingkari bulatnya bumi. Kecuali sekelompok kecil dari
tukang debat. Dimana mereka mendebat para ahli astronomi dengan metode tajwīz (asumsi
“bisa jadi”), yaitu “bisa jadi” berbentuk persegi, segi tiga atau bentuk
lainnya. Mereka juga tidak mengingkari (bahwa bumi) bisa jadi juga
berbentuk bulat. Namun, mereka membolehkan pendapat yang berlawanan. Tidaklah
ku ketahui orang yang berpendapat bahwa bumi itu tidak bulat dan ia
memastikannya, melainkan ia hanyalah orang pandir…”
[Majmū’ al-Fatāwā VI/586]
Paparan Imam Ibnu Hazm
Pengakuan penjelasan bulatnya bumi
Pengakuan penjelasan bulatnya bumi
Abū Muhammad bin Hazm rahimahullāhu berkata
:
Karena itulah mereka mengutarakan : Sesungguhnya
berbagai bukti secara valid menunjukkan bahwa bumi itu bulat, sedangkan
orang-orang awam beranggapan selain ini. Maka jawaban kami dengan memohon
taufik dari Allāh Ta’ālå :
Bahwa seorang imam kaum muslimin yang memang
layak disematkan dengan sebutan imămah (kepemimpinan) di dalam ilmu – semoga
Allăh merahmati mereka – tidak ada yang mengingkari bulatnya bumi. Tidaklah ada
riwayat dari mereka yang menolak pendapat ini. Bahkan berbagai argumentasi di dalam
Al-Qur’an dan sunnah menunjukkan bulatnya bumi…
Mereka menyampaikan sejumlah dalil mengenai hal ini…
[Al-Fashlu fîl Milal wal Ahwă wan Nihal II/78]
Diantara dalil yang menunjukkan bulatnya
bumi, adalah firman Allåh Ta’ålå :
Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan)
yang benar; Dia menggulung malam atas siang dan menggulung siang atas malam (QS
az-Zumar : 5)
Ibnu Hazm dan selain beliau, berdalil dengan
ayat ini. Yaitu kata yukawwiru (menggulung) itu pasti berbentuk melingkar
membulat seperti kaur (bula).
Paparan Syaikh Ibnu ‘Utsaimin
Beliau rahimahullåhu berkata :
Bumi itu bulat ( spherical) dengan dalil
AlQur’an, realita dan ucapan para ulama. Adapun dalil Al-Qur’an, adalah firman Allåh
Ta’ålå :
Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan)
yang benar; Dia menggulung malam atas siang dan menggulung siang atas malam.
Kata takwîr (menggulung) itu artinya menjadikan
sesuatu tergulung (bulat), seperti menggulung surban. Suatu hal yang sudah
diketahui bahwa malam dan siang itu saling berputar bergantian di atas bumi,
hal ini berkonsekuensi bahwa bumi itu realitanya bulat.
Karena jika anda menggulung sesuatu di atas
sesuatu, sedangkan bumi adalah sesuatu yang digulung di atasnya, maka hal ini
melazimkan bahwa sesuatu yang bisa menggulung di atas bumi, maka bumi tersebut
tentunya bulat.
Adapun dalil wåqi’ (fakta), maka hal ini
adalah suatu hal yang sudah terbukti. Apabila ada seseorang terbang (dengan pesawat)
dari Jeddah menuju arah barat, maka ia akan kembali ke Jeddah dari arah timur
selama dalam garis lurus. Ini adalah fakta yang tidak diperdebatkan lagi oleh dua
orang.
Adapun ucapan para ulama, mereka menyebutkan
(dalam hukum waris, pent.) bahwa apabila ada seorang pria wafat di wilayah
timur saat terbenam matahari, dan ada seorang lagi wafat di wilayah barat juga
pada saat terbenamnya matahari, dan diantara kedua orang tersebut dipisahkan
jarak, maka orang yang mati di wilayah barat saat matahari terbenam tadi berhak
mewarisi orang yang mati di wilayah timur tadi walau sama-sama terbenamnya
matahari jika ia memang ahli warisnya. Hal ini menunjukkan bahwa bumi itu
bulat. Karena jika bumi itu datar (flat), maka konsekuensinya terbenamnya
matahari di seluruh arah terjadi dalam satu waktu sekaligus.
Apabila hal ini ditetapkan, maka
tidaklah mungkin bagi seseorang mengingkarinya. Tidaklah menjadi problem firman
Allåh Ta’ålå :
Tidaklah mereka memperhatikan unta bagaimana
ia diciptakan? Dan langit bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung bagaimana ia
dipancangkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? (QS alGhåsyiah : 17-20)
Karena bumi itu sangat besar ukurannya. Dan
penampakan bulatnya tidak bisa dilihat di jarak yang berdekatan. Hal ini sebatas
pandangan jarak yang tampak terhampar luas, yang tidak mengharuskan adanya
keraguan untuk berdiam di atasnya, Dan tidak pula menolak bentuknya yang bulat.
Karena fisiknya besar sekali. Namun, bukan artinya mereka berpendapat bahwa
bulatnya itu sama semua sisinya. Namun ada yang lebih cembung di area Utara dan
Selatannya. Mereka berpandangan bentuknya ellipse (bulat telur), yaitu
bentuknya seperti telur lebih panjang di bagian utara dan Selatannya.
[Fatåwå Nůr ‘alad Darb]
IslamQA berkomentar :
Dari sini dapat Anda ketahui bahwa
bentuk bumi itu adalah bulat, tidak menafikan bentuknya yang elips.
Sesungguhnya pendapat yang batil itu adalah asumsi bahwa bumi itu datar (flat)
sebagaimana yang diyakini gereja. Karena itulah kaum gereja mengutuk dan
membakar orang
yang berpendapat bulatnya bumi dari kalangan ilmuwan.
[lihat : al-‘Ilmåniyah Nasy’atuhå wa Tathowwuruhå
I/130.
Wallåhu a’lam.
PENDAPAT SYAIKH IBNU BAZ
Menguak Dusta bahwa Syaikh Ibnu Bāz
berpendapat bumi itu datar
Menguak Dusta bahwa Syaikh Ibnu Bāz
berpendapat bumi itu datar
Telah menyebar adanya klaim dusta dari para
pengusung dan pendukung asumsi flat-earth bahwa diantara para ulama yang membenarkan
pendapat bumi itu rata adalah Syaikh Ibnu Bāz rahimahullāhu.
Syaikh DR ‘Āshim al-Qaryūtī hafizhahuAllāhu
memberi klarifikasi sebagai berikut: Syaikh Ibnu Bāz rahimahullāhu menetapkan
dan menyatakan bahwa bumi itu bulat sebagaimana ulama Islam lainnya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah telah menukilkan
adanya konsensus atas hal ini di sejumlah buku beliau, diantaranya buku al-Ursyiyah,
Dar’u Ta’ārudhil Naqli wal Aqli (VI/339), dan bisa dilihat pula di Risālah fīl Hilāl
dari Majmū’ al-Fatāwā beliau (XXV/195).
Ibnu Katsīr juga menukilkan ijma’nya hal
ini di dalam al-Bidāyah wan Nihāyah, sebagaimana tersebut di dalam Āfaqul Hidāyah
(I/173).
Namun anehnya, ada saja fitnah yang menimpa
Syaikh Ibnu Bāz rahimahullāhu semasa hidupnya bahwa beliau dikatakan mengingkari
akan bulatnya bumi. Padahal Syaikh memiliki pendapat yang sama dengan ulama
Islam lainnya tentang hal ini.
Saya pernah bertanya kepada beliau langsung
kurang lebih sekitar tahun 1395 H atau 1394 H tentang masalah ini, dan beliau
diklaim memiliki buku yang berjudul: Al-Bāz al-Munqidh ‘ala man qōla bikurwiyatil
Ardhi (Sanggahan Ibnu Baz terhadap yang
berpendapat bulatnya
bumi). Lantas beliau pun terheran-heran karenanya dan menjadi murka lantaran kedustaan
ini.”
[Kaukabah min A’immatil Hudā wa Mashōbih ad-Dajå hal. 167]
Syaikh ‘Abdul ‘Azīz bin Bāz
rahimahullāhu sendiri pernah mengklarifikasi hal ini.
Beliau berkata :
Adapun artikel yang disebarkan mengenai diriku
di Majalah As-Siyāsah yang menukil dari ulasan yang ditulis oleh para jurnalis dan
penulis at-Tajammu’ at-Taqoddumī di Mesir berupa pengingkaran diriku terhadap
mendaratnya manusia di bulan dan saya menvonis kafir orang yang berpendapat
seperti ini! Atau pendapat bahwa bumi itu bulat atau beredar! Maka ini semua
adalah DUSTA dan fitnah!! Tidak ada dasar kebenarannya! Bisa jadi orang yang
menukil tidak sengaja bermaksud untuk berbuat dusta, namun dia tidak melakukan
verifikasi sebelum menukil.
Padahal, ucapanku (mengenai hal ini) tercetak
dan tersebar. Saya menjelaskan di dalamnya bantahan terhadap orang yang mendarat
ke permukaan bulan, alih-alih mengkafirkan orang yang berpendapat demikian.
Saya hanya menjelaskan bahwa kewajiban bagi
orang yang tidak tahu agar bersikap tawaqquf (diam) dan tidak serta merta membenarkannya.
Saya juga menjelaskan bagi orang yang tahu
agar juga bersikap abstain (tawaqquf), tidak membenarkan dan tidak juga
mendustakan hingga sampai padanya informasi yang dapat menentukan hal ini. Saya
pun juga menetapkan di dalam pendapatku tersebut sebagaimana yang kunukil dari
al-Allāmah Ibnul Qoyyim rahimahullåhu yang menetapkan bahwa bumi itu bulat.
Adapun tentang peredaran bumi, maka saya
memang mengingkarinya dan saya terangkan kebatilannya dengan dalildalilnya.
Namun saya tidak pernah mengkafirkan orang yang berpendapat demikian.
Akan tetapi yang saya kafirkan adalah orang
yang berpendapat bahwa matahari itu stagnan tidak bergerak. Karena pendapat ini
menentang secara nyata alQur’an al-Karim dan sunnah nabi yang suci, yang
menunjukkan bahwa matahari dan bulan itu beredar… (selesai)
[Majmū’ Fatāwā wa Maqōlāt asy-Syaikh Ibnu
Bāz IX/228]
Tentang Penerjemah
Nama Lengkap : Moch Rachdie Pratama,
S.Si
Email : abusalma81@hotmail.com
No comments:
Post a Comment