Wednesday 28 March 2018

1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan)


1000 HPK adalah masa awal kehidupan yang dimulai saat di dalam kandungan sampai 2 tahun pertama setelah kelahiran. Masa ini merupakan periode emas “Golden Period seorang anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal (Achadi, 2014). Malnutrisi sejak usia kehamilan sangat memengaruhi perkembangan fsik dan kognitif anak kedepan. Gangguan fsik dan kognitif yang diderita anak sejak awal kehidupannya bersifat permanen dan akan memengaruhi generasi mendatang. Artinya masalah status gizi anak di usia dua tahun berkaitan dengan ketika mereka dewasa kelak, termasuk tinggi badan, Body Mass Index (BMI), jika akan bersekolah, bekerja dan keturunan dimasa depan. Anak-anak yang kekurangan gizi di dua tahun, yang kemudian menambah berat badan dengan cepat pasca-bayi, kemungkinan menderita penyakit kronis saat dewasa. Ibu bertubuh pendek dan anemia defsiensi besi, 20% meningkatkan risiko kematian ibu saat melahirkan (Victora et al, 2008).
Bailey (2015) mengungkapkan bahwa wanita hamil dan anak-anak usia di bawah 5 tahun berada pada risiko tertinggi micronutrient defciencies (MNDs). Besi, yodium, folat, vitamin A, dan kekurangan zinc adalah MNDs paling luas dan menjadi kontributor umum terhadap masalah pertumbuhan, penurunan intelektual, komplikasi perinatal dan meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas. Kramer, MS (2003) mengungkapkan bahwa wanita hamil rentan terhadap kekurangan gizi karena tuntutan kehamilan akan peningkatan kebutuhan nutrisi. Wanita yang tinggal di negera berkembang sangat berisiko mengalami kekurangan gizi selama kehamilan karena kendala sosial ekonomi, kualitas pola makan yang buruk, intensitas kerja yang tinggi dan siklus reproduksi. Penelitian lain di lakukan oleh Sukchan et al. (2010) mengemukakan bahwa prevalensi ketidakcukupan zat gizi berdasarkan Recommended Dietary Allowance (RDA) adalah masing-masing karbohidrat 86,8%, protein 59,2%, lemak 78,0%, kalori 83,5%, kalsium 55,0%, fosfor 29,5%, besi 45,2%, thiamin 85,0%, riboflavin 19,2%, retinol 3,8%, niacin 43,2%, vitamin C 0,8% dan yodium 0,8%. Faktor usia ibu, tingkat pendidikan, usia kehamilan, indeks massa tubuh sebelum hamil dan tingkat kekerasan di daerah Selatan Thailand secara signifkan terkait dengan kekurangan zat gizi tersebut di atas (Naim dkk, 2017).
Adapun masalah gizi yang terjadi sejak bayi baru lahir juga disebabkan oleh kegagalan pemberian ASI secara eksklusif. Dona (2013) mengemukakan faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan pemberian ASI secara eksklusif, yaitu Ibu yang bekerja, pengetahuan ibu yang kurang dan suami yang tidak mendukung. Saleh (2011) mengungkapkan bahwa pengetahuan ibu tentang ASI hanya sebatas mendengar saja sehingga tidak memiliki keterampilan yang baik dalam mempraktikkannya. Hal tersebut menyebabkan timbul rasa kurang percaya diri ibu sehingga mendorong ibu memberikan susu formula kepada bayi. Hidayat (2006) dalam penelitiannya menemukan bahwa ada 67,9% responden di Jawa Barat telah diberikan cairan pralaktal berupa cairan: madu, air gula atau air kelapa kepada bayinya dan 18,4% telah memberikan susu formula dengan alasan karena ASI belum keluar.
Faktor lain yang menjadi penyebab masalah nutrisi pada 1000 HPK adalah praktik pemberian MP-ASI yang tidak tepat. Keyakinan bahwa makanan pendamping akan membantu meningkatkan berat badan bayi dan pola tidurnya serta pengaruh teman sebaya diketahui memengaruhi keputusan ibu memberikan makan lebih awal (Walsh, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh Patel et al (2011) diketahui bahwa prevalensi pengenalan MPASI tepat waktu berdasarkan rekomendasi WHO yaitu 55%, tingkat keberagaman makanan hanya 15,2%, frekuensi makan 41,5% dan diet minimum diterima 9,2%. Adapun faktor-faktor yang memengaruhi yaitu letak geografs, keadaan ekonomi keluarga, pendidikan ibu yang rendah, BMI ibu < 18,5 kg/m2), kurangnya kunjungan ANC, kurangnya kunjungan pasca natal dan kurang terpaparnya terhadap media.

Pendidikan adalah elemen kunci dalam keberhasilan kesehatan layanan perawatan, termasuk edukasi optimalisasi nutrisi pada ibu hamil dan pendekatan terbaik adalah edukasi yang melibatkan keluarga sebagai orang terdekat bagi klien. Edukasi berbasis keluarga merupakan salah satu upaya pemberdayaan untuk memperkuat peran keluarga sebagai lingkungan yang paling berpengaruh terhadap status kesehatan anggota keluarga, khususnya pada ibu hamil (Naim dkk, 2017).
DAFTAR PUSTAKA
Naim, Rosani., Neti, J., dan Ahmad, Y. 2017. Pengaruh Edukasi Berbasis Keluarga Terhadap Intensi Ibu Hamil untuk Optimalisasi Nutrisi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan. JKP 5 (2); 184-196
Achadi, L.E. 2014. Periode Kritis 1000 Hari Pertama Kehidupan Dan Dampak Jangka Panjang Terhadap Kesehatan dan Funginya. Departemen Gizi Kesmas, FKM Universitas Indonesia, Disampaikan Pada “Kursus Penyegar Ilmu Gizi” oleh PERSAGI.
Victoria, C. G., Adair, L., Fall, C., Hallal, P. C., Martorell, R., Richter, L., et al. 2008. Maternal and child undernutrition: consequences for adult health and human capital. [Article]. Lancet, 371(9609), 340–357
Saleh, L Amal. 2011. Studi kualitatif: Faktor-Faktor Yang Menghambat Praktik ASI eksklusif.
Dona, S. 2013. Pengaruh Pekerjaan Ibu, Pengetahuan Ibu dan Dukungan Suami Terhadap Ketidakbehasilan Pemberian ASI eksklusif Di Kotamadya Bandung.
Walsh, A., Kearney, L., & Dennis, N. 2015. Factors influencing frst-time mothers’ introduction of complementary foods: a qualitative exploration. [journal article]. BMC Public Health, 15(1), 1–11 
Patel et al. 2011. Determinants of Inappropriate Complementary Feeding Practices in Young Children in India: Secondary Analysis of National Family Health Survey 2005-2006. Maternal & Child Nutrition, pp.28-44.

No comments:

Post a Comment