Materi
Rasionalisasi
Mobilisasi
Dini
Mobilisasi
dini merupakan pengembalian
secara berangsur-angsur ke
tahap mobilisasi sebelumnya untuk mencegah
komplikasi dan sebagai usaha
untuk mengurangi nyeri dan
memperlancar
sirkulasi darah. Dengan sirkulasi yang baik akan mempengaruhi luka karena luka membutuhkan keadaan peredaran darah yang baik untuk
pertumbuhan atau perbaikan sel. Apabila sistem vaskularisasi ini terganggu
maka zat-zat yang dibutuhkan untuk membantu perbaikan sel terhambat,
sehingga penyembuhan
luka akan lama, tetapi jika
sistem vaskularisasi di dalam tubuh
baik maka proses penyembuhan luka
akan cepat dan lebih sempurna.
(Sumarah., Endah, M., Hari, K., dan
Wiworo, H. 2013. Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka Post Sectio Caesarea. Jurnal Involusi
Kebidanan 3(5); 58-69)
Tahap-tahap mobilisasi dini pada ibu
post sectio caesarea:
1. 6
jam pertama ibu post SC
Istirahat tirah baring,
mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan,
menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit,
menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki.
2. 6-10
jam
Ibu diharuskan untuk dapat miring
ke kiri dan ke kanan mencegah trombosis dan trombo emboli
3. Setelah
24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk
4. Setelah
ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belakar berjalan
5. Hari
ke 1
-
Berbaring miring ke kanan dan ke
kiri yang dapat dulai sejak 6-10 jam setelah penderita/ibu sadar
-
Latihan pernafasan dapat
dilakukan ibu sambil tidur terletak sedini mungkin setelah sadar
6. Hari
ke 2
-
Ibu dapat duduk 5 menit dan minta
untuk bernafas dalam dalam lau menghembuskannya disertai batuk-batuk kecil yang
gunanya untuk melonggarkan pernafasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan
pada diri ibu/ penderita bahwa ia mulai pulih
-
Kemudian posisi tidur terlentang
dirubah menjadi setengah duduk
-
Selanjutnya secara
berturut-turut, hari demi hari penderita/ibu yang sudah melahirkan dianjurkan
belajar duduk selama sehari
7. Hari
ke 3 sampai 5
-
Belajar berjalan kemudian
berjalan sendiri pada hari setelah operasi
-
Mobilisasi secara teratur dan
bertahap serta diikuti dengan istirahat dapat membantu penyembuhan ibu
(Sari, K.I.P. 2015. Efektivitas
Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka Post Sectio Caesarea. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan 7(2);
74-80)
Pada ibu post SC mobilisasi
dini
sangat penting untuk mencegah trombosis vena (tromboembolisme) dan mempercepat
pemulihan kekuatan ibu (Bobak dan Perry, 2010)
(Bobak., Lowdermilk.,
Jensen., dan Perry. 2010. Buku Ajar
Keperawatan Maternitas. Edisi 10. Jakarta : EGC)
Mobilisasi setelah melahirkan meliputi senam nifas yang dilakukan secara bertahap. Senam nifas pada ibu post SC agak berbeda dengan senam nifas pada ibu yang bersalin secara normal per vagina.
Setelah persalinan SC, ibu dianjurkan untuk
batuk, bernafas dalam, latihan menggerakkan
kaki setiap 2 jam dan melakukan pergeraan
sampai kondisi ibu stabil untuk
dapat berjalan setelah 24 jam. Adapun tahapan mobilisasi atau senam nifas pada ibu post SC adalah : (1) bernafas dalam dan latihan kaki 2 jam setelah operasi; (2) lakukan pergerakan miring kanan dan kiri setelah 6 jam dan (3) latihan duduk setelah 12 jam dan belajar berdiri dan berjalan setelah 24 jam (Hartati dan Maryunani, 2015)
(Hartati, S dan Maryunani.
2015. Asuhan Keperawatan Ibu Post
Partum Seksio Sesarea. Jakarta : Trans Info Media)
Pemberian ASI
Pada kelahiran normal per vagina, dua jam pertama setelah melahirkan
adalah waktu yang sangat baik untuk mendorong ibu
agar menyusui bayinya. Bayi berada dalam
keadaan sadar dan siap disusui. Hal ini
membantu kontraksi uterus dan
mencegah pendarahan maternal. Pada ibu post SC, pemberian ASI
diberikan setelah ibu dapat melakukan mobilisasi
dini. Ibu dapat memberikan ASI sesuai
kebutuhan bayi (on demand). Apabila payudara ibu
terdapat masalah seperti bengkak, maka perawatan payudara dapat dilakukan untuk mengurangi ketidaknyamanan dan memperlancar pengeluaran ASI dan apabila payudara lecet, maka puting susu dioleskan dengan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu, setiap selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan pada payudara
yang tidak lecet (Hartati dan Maryunani, 2015)
(Hartati, S dan Maryunani.
2015. Asuhan Keperawatan Ibu Post
Partum Seksio Sesarea. Jakarta : Trans Info Media)
Nutrisi
Pada pasien postcaesarea ada
beberapa perubahan sistem tubuh salah satunya adalah sistem pencernaan. Dalam perubahan sistem
pencernaan diperlukan
waktu 3 samapi 4 hari pemulihan nafsu makan sebelum faal usus kembali normal.
Meskipun kadar estrogen dan progresteron menurun
setelah melahirkan, asupan makanan juga
mengalami penurunan 1 sampai 2 hari. Nutrisi merupakan salah satu kebutuhan dasar nifas yang
harus dipenuhi.
Pada ibu dengan post caesarea di butuhkan lebih banyak nutrisi dari pada ibu yang
sehat. Rata – rata ibu pasca melahirkan harus mengkonsumsi 2300 – 2700 kalori. Nutrisi sendiri digunakan untuk melakukan aktivitas,
metabolisme, cadangan dalam tubuh, mempercepat
penyembuhan luka dan proses produksi
ASI. Kebutuhan energi dan protein pada ibu post partum lebih besar bila dibandingkan
dengan ibu hamil.
Sedangkan vitamin dan mineral kebutuhannya bisa lebih besar atau sama dengan kebutahan
ibu hamil, hanya saja untuk besi dan folat kebutuhannya sudah mulai mengalami penurunan dibandingkan ketika masa kehamilan (Proverawati
dan Kusuma, 2011)
Kebutuhan akan masa air bagi
ibu menyusui juga lebih besar karena untuk menghindari terjadinya dehidrasi. Ibu post partum sebaiknya menghindari konsumsi
alkohol, minuman keras, rokok, dan kafein yang
berlebihan karena dapat mempengaruhi
kadar ASI yang dihasilkan dan mempengaruhi perkembangan si bayi. Ibu post partum juga
sebaiknya tidak
mengkonsumsi makanan yang beraroma tajam ataupun pedas karena sebagian bayi alergi
terhadap makanan tertentu yang dikonsumsi ibunya. Sebaiknya ibu post partum
mengkonsumsi makanan yang mengandung asam lemak omega 3 yang akan diubah jadi DHA (sumber bahan makanan yang diperoleh dari
ikan laut seperti kakap, tongkol, lemuru), kalsium sumber makanan yang
diperoleh dari keju, susu, teri, kacang-kacangan dan sebagainya, Besi
sumber makanan yang diperoleh dari daging, hati,
golongan seefod, bayam, zink : makanan
dari laut, vitamin C: buah-buahan berasa kecut dan asam (jeruk, sirsak, apel,
tomat), vitamin B1 dan B2: padi, kacang-kacangan, hati, telur, ikan dan sebagainya.
Selain itu dapat
mengkonsumsi sayuran yang dapat memperbanyak produksi ASI seperti daun turi
(katuk) dan kacang-kacangan (Siwi dan Purwoastuti, 2015).
(Siwi, Walyani dan Purwoastuti, E. 2015.
Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan
Maternal dan Neonatal. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Proverawati, A dan Kusuma, W. 2011. Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika)
Kebutuhan paling utama yang
harus dipenuhi oleh ibu post partum dengan luka sectio
cesarea adalah nutrisi yang baik untuk sistem imun dan penyembuhan luka. Hal ini dikarenakan
ada beberapa zat gizi yang sangat diperlukan untuk mendukung sistem imun tubuh dan berperan penting dalam
proses penyembuhan
luka. Pemenuhan kebutuhan akan gizi pada pasien post operasi dan trauma dimulai dari
pemenuhan farmakologisnya hingga dietnya. Pasien yang mengalami persalinan
dengan caraoperasi sesarea perlu diperhatikan
tentang nutrisi diet tinggi kalori
tinggi proteinnya untuk menunjang proses penyembuhan. Nutrisi yang baik sangat penting untuk mencapai keberhasilan
penyembuhan luka.Namun, nutrisi di sini harus mematuhi rekomendasi diet
seimbang dan bergizi tinggi. Bahan makanan yang terdiri dari empat golongan
utama, yaitu protein, lemak, karbohidrat, dan mikronutrien (vitamin dan mineral) penting untuk proses biokimia
normal. Asupan
nutrisi berupa protein dan vitamin A dan C, tembaga, zinkum, dan zat besi yang
adekuat.Protein mensuplai asam amino yang dibutuhkan untuk perbaikan
jaringan dan regenerasi. Vitamin A dan zinkum
dibutuhkan untuk epitelialisasi, dan
vitamin C serta zinkum diperlukan untuk sistesis kolagen dan integrasi kapiler. Zat besi digunakan
untuk sintesis
hemoglobin yang bersama oksigen diperlukan untuk
menghantarkan oksigen keseluruh tubuh.
Nutrisi sendiri juga dapat membantu tubuh dalam meningkatkan mekanisme pertahanan tubuh (sistem imun), dan
pada akhirnya akan membantu proses penyembuhan
luka. Zat – zat yang mengandung berbagai
gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh ini biasanya terkandung pada ikan, telur, daging dan
sebagainya (Anggraeni, 2012).
(Anggraeni, Adisty Cynthia. 2012. Asuhan Gizi; Nutritional Care Process. Edisi
Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu)
Diet yang diberikan pada
pasien post sectio caesarea adalah diit Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP). Protein
mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi
lain yaitu membangun serta memelihara tubuh. Setiap sel di dalam tubuh
mengandung
protein, baik sebagai suatu bagian membran sel itu sendiri maupun dalam
sitoplasma sel.
Protein merupakan zat penting untuk sintesis dan pembelahan sel yang sangat
vital untuk
penyembuhan luka (Wirjatmadi dan Elok, 2013).
(Wirjatmadi, B dan Elok, W.
2013. Hubungan Tingkat Konsumsi Gizi dengan Proses Penyembuhan Luka Pasca
Operasi Sectio Caesarea. Media gizi
Indonesia 9(1):1-5)
Personal
Hygiene
Penyembuhan luka SC secara fisiologis berkisar
antara 10 hari-14 hari Penyembuhan luka SC
juga angat dipengaruhi oleh asupan gizi, umur, berat badan dan personal higiene. Hygiene personal atau kebersihan diri adalah upaya seseorang dalam memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya untuk memperoleh kesejahteraan fisik dan psikologis. Kurangnya personal
hygiene mengakibatkan seseorang rentan terhadap penyakit karena kuman-kuman
menumpuk dibadan merupakan sumber penyakit (Nirwana dkk, 2014).
juga angat dipengaruhi oleh asupan gizi, umur, berat badan dan personal higiene. Hygiene personal atau kebersihan diri adalah upaya seseorang dalam memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya untuk memperoleh kesejahteraan fisik dan psikologis. Kurangnya personal
hygiene mengakibatkan seseorang rentan terhadap penyakit karena kuman-kuman
menumpuk dibadan merupakan sumber penyakit (Nirwana dkk, 2014).
(Nirwana, P., Isnaniah., dan
Ahmad, R. 2014. Proses Penyembuhan Luka Post Operasi Sectio Caesarea di RSUD
Ratu Zalecha Martapura. Jurnal Skala
Kesehatan 5(1) )
Kebutuhan perawatan diri
pada
ibu nifas selain pemenuhan istirahat dan tidur juga pemenuhan kebersihan diri (personal hygiene). Kebersihan
diri
setelah melahirkan secara SC terutama meliputi kebersihan dalam perawatan SC dan kebersihan dalam perawatan perineum.
Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
responden (62%) mengetahui kebersihan diri
dalam perawatan luka SC yaitu sebelum dan sesudah
merawat luka SC di rumah, ibu harus membilas tangan
yang sudah disabuni dibawah air
mengalir kemudian
keringkan. Perawatan luka SC bertujuan untuk mencegah timbulnya infeksi, menjaga luka dari trauma, meningkatkan proses penyembuhan luka dan mencegah masuknya bakteri. Perawatan luka SC di rumah dapat dilakukan oleh ibu dengan cara mencuci tangan dengan benar, mengkaji kondisi luka, membersihkan luka dengan cairan Na CL 0,9% (jika perlu) dan menjaga kondisi luka agar tetap kering setiap hari (Hartati dan Maryunani,
2015)
(Hartati, S dan Maryunani.
2015. Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum Seksio Sesarea. Jakarta
: Trans Info Media)
Perawatan perineum setelah melahirkan membantu untuk mengurangi terjadinya infeksi. Sebanyak 28 % responden mengetahui untuk selalu mengganti pembalut yang sudah penuh
darah dan bersihkan daerah antara anus dengan kemaluan (vagina) minimal dua kali sehari. Setelah ibu dengan SC mampu mandi sendiri ibu dapat melakukan perawatan perineum sendiri idealnya minimal dua kali sehari. Perawatan perineum pada ibu post SC berkaitan
dengan keluarnya darah atau lochea yang mengandung darah, jaringan desidua dan
hasil pembuahan yang masih tertahan. Jumlah dan warna lochea akan berkurang secara progresif sampai hari ke-14 dimana pada saat itu, dari vagina hanya keluar sedikit sekret yang berwarna putih atau hampir tidak berwarna. Perawatan perineum yang benar perlu dilakukan
untuk mencegah infeksi karena darah merupakan media yang ideal bagi pertumbuhan mikroorganisme
penyebab infeksi sendiri (Sambas,
2016)
(Sambas, Etty Komariah.
2016. Pengetahuan Ibu Postpartum dengan Seksio Sesarea Mengenai Perawatan Ibu
Nifas di Ruang I RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada 16(1); 38-41)
Tanda Bahaya Ibu Nifas
Ibu nifas yang mengetahui adaptasi fisik dan psikis serta tanda dan gejala tidak normal yang terjadi pada masa nifas akan dapat merawat dirinya dengan lebih baik dan dapat mendeteksi keabnormalan yang terjadi dalam sistem tubuhnya sehingga dapat segera memeriksakan dirinya ke tempat pelayanan kesehatan dan mencegah
komplikasi post partum (Collin et al, 2015).
(Collins F.Z., Gibson &
Albert,N.D. 2015. The role of the
parents’ perception of the postpartum
period and knowledge of maternal mortality in uptake of postnatal care: a qualitative exploration in Malawi. International Journal Womens Health. 7: 587–594)
Istirahat Cukup
Gangguan istirahat dan tidur dapat terjadi pada masa nifas terutama pada minggu pertama setelah melahirkan. Hal tersebut berkaitan dengan kelelahan paska persalinan, ketidaknyamanan
pada perineum, kandung kemih, tuntutan dari
bayi atau pengaruh lingkungan. Pola
tidur kembali normal dalam 2 – 3 minggu
setelah bersalin. Apabila istirahat
dan tidur tidak terpenuhi secara adekuat
maka dapat berpengaruh terhadap produksi
air susu
ibu, involusi uterus, dan dapat menyebabkan depresi serta ketidakmampuan
untuk merawat bayi dan dirinya sendiri (Sambas,
2016)
(Sambas, Etty Komariah.
2016. Pengetahuan Ibu Postpartum dengan Seksio Sesarea Mengenai Perawatan Ibu
Nifas di Ruang I RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada 16(1); 38-41)
Kebutuhan Nutrisi dan Eliminasi
Pada persalinan normal, ibu harus dapat berkemih secara spontan dalam 6 dampai 8 jam. Masalah dalam berkemih setelah melahirkan dapat terjadi karena menurunnya tonus kandung kemih, adanya edema akibat trauma, atau rasa takut akan timbulnya nyeri. Ibu dengan post SC dapat berkemih secara spontan setelah 24 jam atau setelah ibu dapat mobilisasi dan kateter urin nya dicabut. Urin yang keluar perlu diukur untuk melihat keadekuatan fungsi ginjal. Diharapkan setiap kali berkemih urin yang keluar adalah 150 ml. konstipasi sebagai efek samping dari anestesi yang diberikan semasa persalinan SC. Buang air besar
secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan.
Keadaan ini disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan
dan pada awal masa post partum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan serta dehidrasi. Pemberian makanan yang berserat kasar dan cukup minum serta latihan atau senam nifas yang dilakukan dapat mengurangi risiko konstipasi.
Pelunak tinja dan obat laksatif sering diberikan pada awal periode postpartumberkaitan dengan efek
pembiusan untuk mempermudah buang air besar (Bobak
dan Perry, 2010)
(Bobak., Lowdermilk.,
Jensen., dan Perry. 2010. Buku Ajar
Keperawatan Maternitas. Edisi 10. Jakarta : EGC)
Nutrisi yang mencukupi dan berkualitas setelah melahirkan sangat diperlukan selain untuk menunjang produksi air susu juga untuk mempercepat penyembuhan luka operasi. Pada masa post partum ibu memerlukan 450 hingga 550 kalori eksta setiap harinya. Bahan nutrisi yang diperlukan untuk peningkatan produksi air susu seperti makanan atau minuman tinggi kalsium, sayuran berdaun gelap seperti bayam, biji-bijian, makanan dari kedelai,roti whole grain, dan makanan kaya (Sambas, 2016)
(Sambas, Etty Komariah.
2016. Pengetahuan Ibu Postpartum dengan Seksio Sesarea Mengenai Perawatan Ibu
Nifas di Ruang I RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada 16(1); 38-41)
Lavender
Ketika menghirup
aromaterapi lavender yang diteteskan
pada tissue responden merasakan lebih nyaman, tenang, dan nyeri yang
dirasa terlupakan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang menyatakan bahwa dalam
lavender terkandung senyawa linalyl asetat dan linanolol (C10H18O)
yang berperan dalam relaksasi (Dwijayanti dkk, 2014).
(Dwijayanti, Wening., Sri,
Sumarni., dan Ida, Ariyanti. 2014. Efek Aromaterapi Lavender Inhalasi Terhadap
Intensitas Nyeri Pasca Sectio Scaesaria.
Medica Hospitalia 2 (2); 120-125)
Pemberian aromaterapi lavender,
dengan cara menyiapkan tungku pemanas, kemudian tuang 3 tetes minyak lavender
dicampur air 1 cc ke mangkuk yang berada di bagian atas tungku. Nyalakan lilin,
biarkan selama 15-30 menit. Nyeri Post Sectio Caesarea, yaitu parameter yang
digunakan untuk menilai pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan
yang berhubungan dengan kerusakan jaringan yang didapatkan pada ibu post operasi
SC. Cara ukur menggunakan Skala Nyeri Numeric Rating Scale (Haniyah dan Martyarini, 2017).
(Haniyah,
Siti dan Martyarini, Budi Setyawati. 2017. Efektifitas Teknik Aromaterapi
Lavender Terhadap Nyeri Post Sectio Caesarea di RSUD Ajibarang. Viva
Medika 10 (18); 1-8)
Rencana Asuhan
Rencana asuhan kebidanan yang dilakukan oleh peneliti pada ibu nifas Post SC
didasarkan pada masalah-masalah yang timbul dari hasil
pengkajian
data dasar. Adapun rencana asuhan yang dilakukan yaitu dengan membantu ibu untuk melakukan mobilisasi, memberikan ibu
konseling mengenai breast care payudara, manfaat ASI, pengertian ASI
eksklusif dan teknik menyusui yang benar, memberitahu ibu
tanda bahaya pada masa nifas, tanda bahaya pada bayi baru lahir, perawatan bayi sehari-hari, konseling mengenai KB, jadwal imunisasi bayi
dan juga jadwal kontrol ibu.
Saran yang dapat diberikan yaitu diharapkan bagi semua ibu nifas
post section caesaria tidak perlu takut untuk sedini
mungkin untuk memulai mobilisasi dini sehingga dapat dengan segera melakukan aktivitas untuk merawat anaknya
dan ibu juga diharapkan mampu merawat luka agar
tetap bersih dan kering sehingga tidak terjadi
infeksi
No comments:
Post a Comment