A.
Pengertian
Gizi pada Ibu Hamil
Gizi ibu
hamil adalah makanan yang mengandung zat-zat yang dibutuhkan ibu selama
kehamilan dalam susunan yang seimbang dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan
gizi ibu hamil. Tujuan pelaksanaan gizi pada ibu hamil adalah
untuk mencapai status gizi ibu yang optimal sehingga ibu menjalani kehamilan
dengan aman, melahirkan bayi dengan potensi fisik dan mental yang baik.
Sehingga untuk mengantisipasi terjadinya hal yang tidak diinginkan maka diperlukan
adanya status diit dan nutrisi pada ibu hamil. Apabila didalam masa awal
kehamilan terjadi malnutrisi maka akan sangat mempengaruhi perkembangan dan
kapasitas embrio untuk mempertahankan hidupnya, dan nutrisi yang buruk pada masa kehamilan lanjut
akan mempengaruhi pertumbuhan janin (Asfuah, 2009).
Di
Indonesia, masalah gizi merupakan penyebab kematian ibu dan anak secara tidak
langsung yang sebenarnya masih dapat dicegah. Ibu hamil merupakan salah satu
kelompok rawan kekurangan gizi karena terjadi peningkatan kebutuhan gizi untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan janin yang dikandung. Rendahnya status gizi dan pola
makan yang salah pada ibu hamil dapat mengakibatkan terjadinya gangguan gizi
antara lain anemia, pertambahan berat badan yang kurang pada ibu hamil, dan
gangguan pertumbuhan janin (Hariadi, 2016).
Pengukuran LiLA hanya
dilakukan pada kontak pertama untuk skrining ibu hamil berisiko kurang energi
kronis (KEK). Kurang energy kronis disini maksudnya ibu hamil yang mengalami
kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa bulan/tahun) dimana LiLA
kurang dari 23,5cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir
rendah (BBLR) (Wagiyono dan putrono, 2016).
Tujuan pelaksanaan gizi pada ibu hamil adalah
untuk mencapai status gizi ibu yang optimal sehingga ibu menjalani kehamilan
dengan aman, melahirkan bayi dengan potensi fisik dan mental yang baik. Bayi
yang akan dilahirkan dan perjalanan suatu penyakit pada ibu hamil perlu
mendapatkan perhatian yang lebih. Sehingga untuk mengantisipasi terjadinya hal
yang tidak diinginkan maka diperlukan adanya status diit dan nutrisi pada ibu
hamil. Apabila didalam masa awal kehamilan terjadi malnutrisi maka akan sangat
mempengaruhi perkembangan dan kapasitas embrio untuk mempertahankan hidupnya,
dan nutrisi yang buruk pada masa
kehamilan lanjut akan mempengaruhipertumbuhan janin. Sedangkan perrumbuhan
seorang anak sangat dipengaruhi oleh banyak hal yaitu makanan, lingkungan dan
juga keturunan. Usia kehamilan sangat menentukan kebutuhan gizi tersebut tidak
tercukupi dengan baik, maka anak akan menyebabkan terjadinya kelainan cacat
bawaan pada anak (Wagiyono dan Putrono, 2016).
Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme
energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama
kehamilan. Bila status gizi ibu kurang maka ibu hamil akan mengalami masalah
gizi seperti Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan anemia gizi. Kekurangan Energi
Kronis ditandai dengan lingkar lengan atas (LiLA) ibu hamil kurang dari 23,5 cm
atau dibagian merah pita LiLA, artinya wanita tersebut mempunyai resiko Kekurangan
Energi Kronis. Kekurangan energi dan kalori (KEK) pada Wanita Usia Subur (WUS)
dan ibu hamil beresiko melahirkan Berat Bayi Lahir Rendah (Budianingrum, 2011)
Wanita
hamil dan menyusuhi harus mendapat perhatian susunan dietnya, terutama mengenai
jumlah kalori , protein yang berguna untuk pertumbuhan janin dan kesehatan ibu.
Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia, abortus partus prematurus, inertia
uteri, perdarahan pasca persalinan, sepsis puerperalis, dan lain-lain.
Sedangkan makan berlebihan karena dianggap untuk 2 orang ibu dan janin dapat
mengakibatkan komplikasi seperti gemuk, preeklamsi, janin besar, dan
sebagainya. Zat-zat yang diperlukan; protein, karbohidrat, zat lemak, mineral
atau bermacam-macam garam, terutama kalsium, fosfor dan zat besi (fe), vitamin
dan air.
Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat
mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu
normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi
yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Dengan kata lain, kualitas
bayi yang dilahirkan sangat bergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama
hamil. Status gizi ibu sebelum hamil mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap
kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Ibu dengan status gizi kurang (kurus)
sebelum hamil mempunyai resiko 4,27 kali untuk melahirkan bayi BBLR
dibandingkan dengan ibu yang mempunyai status gizi baik (normal). Sayangnya,
masih banyak ibu hamil yang mengalami masalah gizi yaitu Kekurangan Energi
Kronik (KEK) dan Anemia. Hal tersebut dapat terjadi apabila ibu hamil kurang mengetahuitentang pengetahuan gizi pada
saat hamil,maka akan menyebabkan atau menimbulkan resiko kesakitan yang lebihbesar
pada saat trimester III kehamilan,yaitu resiko melahirkan bayi dengan BBLR,
kematian sesaat, perdarahan, dangangguan kesehatan (Mustika, 2011).
B.
Perubahan
dan Kenaikan Berat Badan Ibu Selama Kehamilan
Perubahan kebutuhan gizi ibu hamil tergantung dari
kondisi kesehatan si ibu. Kusmiyati (2009) mengungkapkan dasar pengaturan gizi
ibu hamil adalah adanya penyesuaian faali selama kehamilan, yaitu sebagai
berikut :
a. Peningkatan basal metabolisme dan kebutuhan kalori. Metabolisme
basal pada masa 4 bulan pertama mengalami peningkatanan kemudian menurun 20-25%
pada 20 minggu terakhir.
b. Perubahan fungsi alat pencernaan karena perubahan hormonal,
peningkatan HCG, estrogen, progesteron menimbulkan berbagai perubahan seperti
mual muntah, motilitas lambung sehingga penyerapan makanan lebih lama,
peningkatan absorbsi nutrien, dan motilitas usus sehingga timbul masalah
obstipasi.
c. Peningkatan fungsi ginjal sehingga banyak cairan yang dieksresi
pada pertengahan kehamilan dan sedikit cairan dieksresi pada bulan-bulan terakhir
kehamilan.
d. Peningkatan volume dan plasma darah hingga 50%, jumlah erytrosit
20-30% sehingga terjadi penurunan hemodilusi dan konsentrasi hemoglobin.
Menurut
Kusmiyati (2009) proporsi kenaikan berat badan selama hamil adalah sebagai
berikut :
a. Pada trimester I kenaikan berat badan ibu lebih kurang 1 kg yang
hampir seluruhnya merupakan kenaikan berat badan ibu.
b. Pada trimester II sekitar 3 kg atau 0,3 kg/minggu. Sebesar 60% dari
kenaikan berat badan ini disebabkan pertumbuhan jaringan ibu.
c. Pada Trimester III sekitar 6 kg atau 0,3-0,5 kg/minggu. Sebesar 60%
dari kenaikan berat badan ini karen a pertumbuhan jaringan.
Peningkatan berat badan selama kehamilan menurut Sumber :
Linda, 2007
IMT (kg/m2)
|
Total kenaikan berat badan yang disarankan
|
Selama trimester 2 dn 3
|
Kurus (IMT<18,5)
|
12,7-18,1 kg
|
0,5 kg/minggu
|
Normal (IMT 18,5-22,9)
|
11,3-15,9 kg
|
0,4 kg/minggu
|
Overweight (IMT 23-29,9)
|
6,8-11,3 kg
|
0,3 kg/minggu
|
Obesitas (IMT>30)
|
-
|
0,2 kg/minggu
|
Bayi kembar
|
15,9-20,4 kg
|
0,7 kg/minggu
|
C.
Kebutuhan
Gizi Ibu Hamil
Beberapa hal yang perlu diperhatikan selama
kehamilan, yaitu diantarana kebutuhan selama hamil yang berebda-beda untuk
setiap individu dan juga dipengaruhi oleh riwayat kesehatan dan status gizi
sebelumnya, kekurangan asupan pada salah satu zat akan mengakibatkan kebutuhan
nutrisi yang tidak konstan selama kehamilan (Andriani dan
Wirjatmadi, 2012).
Saat hamil seorang
calon ibu membutuhkan gizi untuk dirinya sendiri dan janin dalam kandungannya.
Oleh karena itu tentu perlu makan yang lebih banyak dan makan makanan yang
bergizi. Tidak ada pantangan bagi ibu hamil. Makanlah makanan yang bervariasi
agar terpenuhi segala kebutuhan akan zat gizi dari karbohidrat, lemak, protein,
berbagai vitamin dan mineral (Andriani
dan Wirjatmadi, 2012).
Menurut (Andriani
dan Wirjatmadi, 2012) sumber bahan makanan yang harus di konsumsi ibu hamil
sebagai berikut :
a. Energi
Umumnya seorang ibu hamil akan
bertambah berat badannya sampai 12,5 kg, tergantung dari berat badan sebelum
hamil. Fungsi energi atau kalori untuk pertumbuhan
dan perkembangan janin, plasenta, jaringan peyudara dan cadangan lemak. Rata-rata ibu hamil memerlukan tambahan 300 kkal/hari. Sumber energi bisa didapat
dengan mengkonsumsi beras, jagung, gandum, kentang, ubi jaar,ubi kayu, dan
sagu.
b. Protein
Protein diperlukan sebagai zat
pembangun alias yang membangun jaringan tubuh janin ibu hamil memerlukan asupan
protein 60 gr per hari, yang berasal dari daging, ikan, susu, telur, tahu,
tempe, dan kacang-kacangan. Sumber protein bisa didapat melalui protein hewani dan nabati.
Protein hewani meliputi daging, ikan, unggas, telur, dan kerang. Sedang untuk
protein hewani bisa didapat dari daging sapi, ikan, unggas. Bahan makannan
sumber protein nabati adalah kacang-kacangan seperti tahu, tempe, oncom dan selai
kacang. Selain itu, karena protein yang berasal dari ternak juga kaya dengan
lemak, maka seimbang asupan protein hewani dan nabati. Pilih bahan makanan
protein hewani yang berlemak rendah.
c. Vitamin dan mineral
Berfungsi sebagai membantu
pertumbuhan kulit, tulang, gigi, dan pembentukan jaringan tubuh janin,
sumbernya berasal dari sayuran, buah-buahan dan susu.
d. Asam folat
Asam folat termasuk kelompok
vitamin B yang bermanfaat untuk mengurangi NTD (Nueral Tubes Defects)
atau kelainan susunan saraf pusat. Sangat disarankan untuk dikonsumsi ibu hamil
karena pembentukan susunan saraf pusat akan dimulai di awal kehamilan.
Sumbernya antara lain brokoli, gandum, kacang-kacangan, jeruk, strowberi, dan
bayam.
e. Zat besi
Kekurangan zat besi pada ibu
hamil dapat mengganggu metabolisme energi sehingga dapat menurunkan kemampuan
kerja organ tubuh. Yang pada akhirnya akan mempengaruhi perkembangan janin.
Sumber makanan yang mengandung zat besi antara lain daging, hati, telur,
kacang-kacangan dan sayuran hijau.
f. Kalsium
Kalsium semakin dibutuhkan ibu
hamil saat memasuki trimester kedua dan ketiga kehamilan. Pada masa ini lah
proses pembentukan tulang dan giginya. Kebutuhannya sekitar 1.200 mg per hari.
Ada banyak sumber kalsium diantaranya telur, susu, ikan teri, ikan salmon, sarden,
sayuran bewarna hijau, kacang-kacangan, dan wijen.
Perbedaan kebutuhan gizi antara ibu hamil
dan wanita tidak hamil (Andriani dan Wirjatmadi, 2012):
Zat gizi
|
Kebutuhan wanita dewasa
|
Kebutuhan wanita hamil
|
Sumber makanan
|
Energi (kalori)
|
2500
|
+300
|
Padi-padian, jagung, umbi-umbian, mi,
roti
|
Protein (gram)
|
40
|
+10
|
Daging, ikan, telur, kacang-kacangan,
tahu, tempe
|
Kalsium (mg)
|
0,5
|
+0,6
|
Susu, ikan teri, kacang-kacangan, sayuran
hijau
|
Zat besi (mg)
|
28
|
+2
|
Daging, hati, sayuran, hijau
|
Vit A (SI)
|
3500
|
+500
|
Hati, kuning telur, sayur dan buah
berwarna hijau dan kuning kemerahan
|
Vit B1 ( mg)
|
0,8
|
+0,2
|
Biji-bijian, padi-padian,
kacang-kacangan, daging
|
Vit B2 (mg)
|
1,3
|
+0,2
|
Hati, telur, sayur, kacang-kacangan
|
Vit B6 (mg)
|
12,4
|
+2
|
Hati, daging, ikan, biji-bijian,
kacang-kacangan
|
Vit C (mg)
|
20
|
+20
|
Buah dan sayur
|
DAFTAR PUSTAKA
Asfuah,S.
Proverawati,A. 2009. Gizi Untuk Kebidanan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Hariadi,
I. Kusumastuty, I. Harti, L. (2016). Hubungan Status Gizi Dan Pola Makan Terhadap
Penambahan Berat Badan Ibu Hamil. Indonesian
Journal of Human Nutrition, Juni 2016, Vol.3 No.1 Suplemen : 54 –57
Wagiyono
dan Putrono. 2016. Asuhan Kebidanan
Antenatal, Intranatal dan Bayi Baru Lahir. Yogyakara : CV. ANDI
Budianingrum,
S. Handayani, S. (2011). Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kekurangan Energi Kronis Pada Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas
Wedi Klaten, Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 1, No. 1, Januari 2011, 42-60.
Mustika. 2011.
Bahan Pangan, Gizi, dan Kesehatan.
Bandung : Alfabeta.
Kusmiyati, Yuni, dkk. 2009.
Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta :
Fitramaya.
Adriani, M dan Wirjatmadi, B. 2012. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Prenadamedia Group
No comments:
Post a Comment