Perkembangan
Manusia
Terkait dengan perkembangan
anak, berikut ini akan diuraikan secara khusus
perkembangan anak dari masa pranatal hingga remaja
(Berk, 2009, Santrock, 2009, Papalia dkk., 2009):
- Periode Pranatal: dari konsepsi hingga lahir. Periode ini berlangsung kurang lebih sembilan bulan di dalam kandungan. Pada periode ini, perkembangan berlangsung paling cepat, diawali dari satu sel organisme hingga berkembang menjadi janin dengan kapasitas-kapasitas yang penting untuk menyesuaikan diri dengan dunia di sekitarnya.
- Periode bayi dan toddler: dari lahir hingga usia 18 – 24 bulan. Periode bayi adalah masa ketika seseorang tergantung secara ekstrim pada orang dewasa untuk pemenuhan kebutuhan dasarnya, seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, dan afeksi. Pada masa ini ikatan yang erat dengan orang lain terbentuk untuk pertama kali. Periode bayi berlangsung kurang lebih selama satu tahun pertama kehidupan. Masa selanjutnya, disebut sebagai rentang periode toddler. Pada periode ini, seorang anak mulai mengembangkan otonomi sejalan dengan kemampuannya untuk berbicara dan melakukan mobilitas. Bagaimanapun mereka tetap membutuhkan orang tua dan pengasuh untuk menyediakan lingkungan yang aman bagi mereka dalam melakukan berbagai hal.
- Periode kanak-kanak awal: berlangsung sekitar usia 2 hingga 6 tahun. Periode kanak-kanak awal sering pula disebut sebagai periode prasekolah. Pada periode ini tubuh menjadi lebih panjang dan lebih ramping. Keterampilan motor juga menjadi lebih baik. Anak-anak pada periode ini lebih mampu mengontrol diri dan mengurus dirinya sendiri. Mereka juga mengembangkan keterampilan kesiapan sekolah (seperti kemampuan mengikuti instruksi, mengenal huruf), dan menghabiskan banyak waktunya untuk bermain bersama teman. Hal tersebut didukung pula oleh perkembangan berpikir dan bahasa yang luar biasa pada masa ini.
- Periode usia sekolah: berlangsung sekitar usia 6 hingga 11 tahun. Pada periode ini anak-anak belajar tentang lingkungan yang lebih luas dan menguasai tanggung jawab baru yang menyerupai tanggung jawab orang dewasa. Keutamaan dari periode ini adalah meningkatnya kemampuan atletik, partisipasi dalam permainan yang memiliki aturan, proses berpikir yang lebih logis, penguasaan keterampilan dasar membaca, menulis, dan berhitung serta kemajuan dalam pemahaman diri, moralitas, dan hubungan persahabatan.
- Periode remaja: berlangsung sekitar usia 11 hingga 18 tahun. Periode ini mengawali transisi ke masa dewasa. Pubertas mengarah pada ukuran tubuh orang dewasa dan kematangan seksual. Perubahan fisik berlangsung pesat. Berpikir menjadi lebih abstrak dan idealis. Sekolah mengarah pada persiapan pendidikan di bangku kuliah dan dunia kerja. Remaja juga mulai membangun kemandirian dari keluarga dan mulai menetapkan nilai-nilai dan tujuan pribadi. Tugas perkembangan utama pada masa ini adalah pencapaian identitas.
Pengaruh
Stimulai Terhadap Perkembangan Sosial Anak Usia Toddler (2 – 6 tahun)
Usia
toddler merupakan masa emas perkembangan seorang anak, sehingga penyimpangan
sekecil apapun apabila tidak terdeteksi dan ditangani dengan baik, akan
mengurangi kualitas sumber daya manusia pada kemudian hari dan akan
mengakibatkan hambatan dalam perkembangan pada usia selanjutnya (Cahyono,
2014).
Perkembangan sosial yaitu
aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi
dengan lingkungan. Hurlock menjelaskan bahwa pada anak usia 2-5 tahun adalah
masa penting dari keseluruhan tahap perkembangan. Pada tahap ini terjadi proses
peletakan dasar struktur perilaku kompleks yang dibangun sepanjang dalam
kehidupan anak. Hal inilah menyebabkan anak mampu mengadakan penyesuaian diri
terhadap lingkungan sosial di sekelilingnya. Keluarga sebagai lingkungan
pertama bagi anak memegang peran penting dalam meningkatkan perkembangan sosial
anak usia dini. Hal ini disebabkan, karena hampir 80% waktu dalam kehidupan
sehari-hari anak digunakan untuk bermain, bersosialisasi, dan berinteraksi
dengan orang-orang dilingkungan keluarga (Cahyono,
2014).
Perkembangan sosial dan dasar – dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini, sehingga setiap
kelainan atau penyimpangan sekecil apapun bila tidak terdeteksi, apalagi tidak
ditangani dengan baik akan mengurangi kualitas sumber daya manusia kelak. Perkembangan
sosial anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan
kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya. Sementara itu, lingkungan
yang tidak mendukung akan menghambat
perkembangan anak. Sementara dampak yang bisa terjadi apabila perkembangan
sosial
anak tidak berkembang sesuai dengan tahapan umurnya akan berpengaruh pada
emosional anak, yang memicu anak untuk bersikap introvert, sikap tersebut akan
membentuk anak yang bersifat individualis dan tidak percaya diri serta mengarah
ke sikap menutup diri. Pada saat ini salah satu tugas yang dihadapi orang tua
adalah memperkenalkan anak kepada kelompok teman sebayanya. Orang tua
menginginkan anaknya berinteraksi sedini mungkin dengan teman-teman sebayanya
agar memperoleh kemampuan untuk dapat bergaul dengan mereka (Cahyono, 2014).
Untuk mendukung perkembangan sosial anak, tindakan yang harus
dilakukan oleh perawat adalah memberikam motivasi kepada para orang tua atau pengasuh
agar memperhatikan tumbuh kembang anaknya, khususnya perkembangan sosial
misalnya dengan memberikan penyuluhan kepada para orang tua atau pengasuh
tentang dampak yang akan terjadi bila tidak memperhatikan tumbuh kembang anak.
Ada beberapa stimulasi yang dapat dilakukan oleh orang tua antara lain :
mengajak anak saat melakukan kegiatan rumah tangga seperti menyapu, mengepel,
atau mengelap kaca dan ajak anak untuk melakukannya bersama, ajarkan anak unutk
menggunakan sendok dan belajar untuk makan sendiri, bebaskan anak untuk memilih
dan menggunakan baju yang ia inginkan, dan ajarkan anak untuk bermain dengan
teman sebaya untuk membina rasa kebersamaan dan bersosialisasi dengan lingkungan selain keluarganya (Cahyono,
2014).
Pengaruh
Pemberian Stimulasi Terhadap Perkembangan Anak Usia 12-36 Tahun
Periode penting dalam proses
tumbuh kembang anak adalah masa lima tahun pertama kehidupan individu (the golden
period). Stimulasi mempunyai peran penting untuk meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan anak, terutama fungsi kognitif,
afektif dan psikomotor. Kurangnya stimulasi akan mengakibatkan hilangnya
fungsi
sel-sel otak ini. Stimulasi dari orang tua serta status gizi merupakan dua
faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak (Hati dan
Prasetya, 2016).
Perkembangan
anak akan berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan, terutama pada
masa kanak- kanak. Pada usia ini anak mulai mengalami perkembangan yang cukup
pesat karena anak diusia ini menunjukkan kemampuan aktivitas lebih banyak
bergerak, mengembangkan rasa ingin tahu, dan eksplorasi terhadap benda yang ada
di sekelilingnya (Soedjatmiko, 2011).
Aspek
perkembangan yang dapat dinilai dalam pemantauan perkembangan terbagi menjadi 4
bagian yaitu perkembangan personal sosial, motorik halus dan kasar serta bahasa.
Perkembanganperkembangan ini saling berhubungan satu sama lain, apabila ada
gangguan perkembangan pada salah satu aspek perkembangan maka dapat
mempengaruhi aspek perkembangan lainnya. Untuk itu, pemantauan perkembangan
perlu dilakukan sejak dini agar dapat segera mengenali gangguan perkembangan
anak sehingga perkembangan kemampuan gerak, bicara dan bahasa, sosialisasi dan
kemandirian pada anak berlangsung optimal sesuai umur anak (Wang et al, 2014).
Selain
itu, adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak yaitu faktor
internal dan faktor eksternal, faktor internal meliputi genetik dan pengaruh
hormon sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan. Orang tua termasuk dalam
faktor lingkungan, yaitu lingkungan keluarga karena disinilah orang tua
melakukan interaksi pertama kali dengan anak untuk mengembangkan kemampuan anak
sesuai dengan usia perkembangannya. Stimulasi harus diberikan secara rutin dan
berkesinambungan dengan kasih sayang, metode bermain, dan lain-lain. Sehingga
perkembangan anak akan berjalan optimal. Korelasi kemampuan bahasa dengan
stimulasi ini juga berkaitan dengan periode emas (golden period), jendela kesempatan
(window opportunity), serta masa kritis (critical
period) perkembangan otak pada
masa anak usia 1-4 tahun. Adanya kemampuan plastisitas otak pada masa ini
menyebabkan anak lebih mudah menerima proses belajar serta stimulasi, tetapi
juga lebih peka terhadap lingkungan yang mendukung, seperti status gizi, stimulasi,
serta status kesehatan (Kemenkes RI, 2010).
Semakin
dini stimulasi yang diberikan, maka perkembangan anak akan semakin baik.
Semakin banyak stimulasi yang diberikan maka pengetahuan anak akan menjadi luas
sehingga perkembangan anak semakin optimal. Disebutkan juga bahwa jaringan otak
anak yang banyak mendapat stimulasi akan berkembang mencapai 80% pada usia
kurang dari 4 tahun. Sebaliknya, jika anak tidak pernah diberi stimulasi maka
jaringan otak akan mengecil sehingga fungsi otak akan menurun. Hal inilah yang
menyebabkan perkembangan anak menjadi terhambat (Herawati, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Berk,
L.E. 2009. Child Development. 8th ed. New York: Pearson.
Cahyono,
A.D. 2014. Pengaruh Stimulasi Orang Tua Terhadap Perkembangan Sosial Anak Usia
Toddler. Jurnal AKP 5 (1)
Hati,
F.S dan Prasetya, L. 2016. Pengaruh Pemberian Stimulasi pada Perkembangan Anak
Usia 12-36 Bulan di Kecamatan Sedayu Bantul. Journal Ners and Midwifery Indonesia 4(1); 44-48
Herawati.
2012. Psikologi Perkembangan III.
Bandung: PGTK UPI
Kemenkes RI. 2010. Instrumen
Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. Jakarta
Papalia,
D.E., Olds, S.W., & Feldman, R.D. 2009. Human Development. 11th Ed. New York:
McGraw-Hill Companies, Inc.
Soedjatmiko,
S. 2011. Deteksi Dini Gangguan Tumbuh Kembang Balita. Sari Pediatr 3(3):175–88
Wang,
M.V., Lekhal, R., Aaro, L.E., Holte, A., dan Schjolberg, S. 2014. The
developmental relationship between language and motor performance from 3 to 5
years of age: a prospective longitudinal population study. BMC Psychol [Internet].Dec 28;2(1):34. Available from: http://www. biomedcentral.com/2050-7283/2/34
No comments:
Post a Comment