Saturday 24 March 2018

PSIKOLOGI GENDER PEREMPUAN


Kasus Psikologi dalam Upaya Agen Perubahan dalam sosialisasi Peran Gender Pada Perempuan
Penjajahan cultural membuat perempuan secara psikologis mengidap sesuatu yang oleh Collete Dowling disebut, Cinderella Complex, suatu jaringan rasa takut yang begitu mencekam, sehingga kaum perempuan merasa tidak berani dan tidak bisa memanfaatkan potensi otak dan daya kreativitasnya secara penuh.
Berdasarkan jurnal berjudul “Pengaruh Sosialisasi Gender Terhadap Pembentukan Pola Pikir Perempuan Aceh (Studi Kasus di Banda Aceh dan Aceh Besar)” oleh Miskahuddin, Ar-Raniry: International Journal of Islamic Studies Vol. 1, No. 2, Desember 2014.
Beberapa Materi Mengenai Psikologi Gender perempuan
Peran jender dibatasi oleh budaya seseorang yang membentuk pola
daritingkah-laku yang konstrak dan membatasi individu serta merupakan bentuk
dasar dari struktur keluarga. Peranan yang berbeda-beda tersebut dilihat dari ras,
usia, golongan, orientasi, seksual, suku bangsa, dan letak geografis. Masing-masing generasi disosialisasikan oleh institusi-institusi, orang tua, guru, significant
oersons, kesamaan, dan lawan seks, serta media. Jender berkaitan dengan proses keyakinan bagaimana seharusnya lakilaki dan perempuan diharapkan untuk berpikir dan bertindak sesuai dengan ketentuan sosial dan budaya dimana mereka berada, jadi perbedaan tersebut ditentukan oleh aturan masyarakat dan bukan karena perbedaan biologi (Agustang dkk, 2015).

Sebagai suatu konsepsi jender mengacu pada pengertian bahwa seseorang
dilahirkan sebagai laki-laki atau perempuan keberadaannya berbeda-beda dalam
waktu, tempat, kultur, bangsa maupun peradaban. Keadaan itu berubah-rubah dari
masa ke masa, jender adalah interpretasi mental dan kultur terhadap perbedaan
kelamin dan hubungan laki-laki perempuan. Oleh karena itu identitas jender
dimasukkan sebagai hal yang fundamental, penghayatan tentang diri seseorang
sebagai laki-laki maupun wanita yang bersifat fundamental dan eksistensial,
sebagai konstruksi sosial psikologis sejalan dengan penerimaan jenis kelamin
biologis mereka (Agustang dkk, 2015).

Terdapat beberapa bias dalam psikologi perempuan dapat dikemukakan, antara lain sebagai berikut (Nurhayati, 2012):
1.      Psikologis perempuan dipandang dependen, berwatak mengasuh, dan merawat.
2.      Psikologis perempuan selalu mengalah, menyetujui, menyesuaikan diri, dan menyenangkan orang lain.
3.      Psikologis perempuan itu emosional dan mudah menangis.
4.      Psikologis perempuan yang penakut dan sensitif.
5.      Psikologis perempuan yang mudah terpengaruh dan mudah dibujuk untuk mengubah keyakinannya.
6.      Psikologis perempuan lebih sensitif terhadap perilaku non verbal.
7.      Psikologis perempuan lebih ekspresif.
8.      Psikologis perempuan itu pasif dalam masalah seks dan hanya menjadi objek seks laki-laki.


Konsep Gender yang Ditawarkan oleh Aktivis Gender di LSM atau NGO
Kuatnya citra gender sebagai kodrat, yang melekat pada benak masyarakat, bukanlah merupakan akibat dari suatu proses sesaat melainkan melalui suatu proses dialektika, konstruk sosial yang dibentuk, diperkuat, disosialisasikan secara evolusional
dalam jangka waktu yang lama, baik melalui ajaran-ajaran agama, negara, keluarga maupun budaya masyarakat, sehingga perlahan-lahan citra tersebut mempengaruhi masing-masing jenis kelamin laki-laki dan perempuan secara biologis dan psikologis.
Melalui proses sosialisasi, seseorang akan terwarnai cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Dengan proses sosialisasi, seseorang diharapkan menjadi tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan
budayanya, sehingga bisa menjadi manusia masyarakat dan beradap.

Kelahiran LSM di Aceh sejak pertengahan tahun 1980-an merupakan bagian dari upaya untuk memperkuat partisipasi aktif rakyat dalam kehidupan bernegara yang demokratis. Dari beberapa aktifis Aceh yang sering berkumpul, tercetus keinginan bersama untuk saling mengikat dalam sebuah wadah, yang memperkuat sinergisasi antar LSM yang ada di Aceh. Inilah yang menjadi dorongan awal lahirnya Forum LSM Aceh.
Forum Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Aceh merupakan wadah komunikasi dan informasi antar sesama Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) Aceh yang menempatkan upaya advokasi terhadap berbagai permasalahan rakyat sebagai
bagian dari gerakan OMS Aceh dalam kerangka pemberdayaan dan penguatan masyarakat sipil. Sehingga, Forum LSM Aceh menjadi bagian dari jaringan perjuangan pemenuhan keadilan, peningkatan kontrol rakyat atas kebijakan, peradilan yang sehat serta penyelenggaraan negara yang baik, bersih dan berwibawa. Oleh karena itu seluruh kegiatan dan program Forum LSM Aceh beserta anggotanya diarahkan pada upaya–upaya penguatan hak– hak rakyat sebagai bagian dari upaya menuju masyarakat madani.

Adaupun isu gender yang ditawarkan oleh masyarakat. Salah satunya, mengenai konsep gender yang ditawarkan oleh aktivis perempuan lebih kepada isu gender. Dimana mereka lebih menuntut kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Sehingga terjadi penjajahan cultural membuat perempuan secara psikologis mengidap sesuatu yang oleh Collete Dowling disebut, Cinderella Complex, suatu jaringan rasa takut yang begitu mencekam, sehingga kaum perempuan merasa tidak berani dan tidak bisa memanfaatkan potensi otak dan daya kreativitasnya secara penuh.
Pengaruh Sosialisasi Gender Terhadap Pembentukan Pola Pikir Perempuan Aceh
Ativis perempuan yang bekerja di bidang gender, memberi pengaruh besar terhadap pembentukkan pola pikir perempuan Aceh. Dimana banyak terdapat organisasiorganisasi perempuan yang mengatasnamakan organisasi gender. Sehingga perempuan-perempuan Aceh pada saat ini, mengartikan konsep gender yang salah, dimana dalam benak pikiran para aktivis perempuan, bahwa perempuan setara dengan laki-laki dalam semua hal.
Konsep gender yang ditawarkan oleh aktivis perempuan yang bergerak di bidang LSM atau NGO, mempunyai pengaruh besar terhadap pemikiran masyarakat. Itu semua tergantung bagaimana aktivis perempuan LSM itu bergerak. Kemudian, ketika LSM itu dibentuk dalam gerakan perempuan dalam konsep Islam, tidak merubah pembentukkan pola pikir perempuan aceh terhadap konsep gender yang ditawarkan oleh barat. Tetapi apabila konsep gender yang ditawarkan oleh LSM atau NGO tersebut yang mengacu kepada konsep barat, mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan pola pikir perempuan Aceh.

DAFTAR PUSTAKA


Agustang, A.T., Muh, Said., dan Rusman, R. 2015. Revolusi Mental dan Kemandirian Bangsa Melalui Pendidikan Ilmuilmu Sosial dalam Menghadapi MEA 2015. Makassar; 116-123

Miskahuddin. 2014. Pengaruh Sosialisasi Gender Terhadap Pembentukan Pola Pikir Perempuan Aceh (Studi Kasus di Banda Aceh dan Aceh Besar). Ar-Raniry: International Journal of Islamic Studies 1(2)

Nurhayati, Eti. 2012. Psikologi Perempuan dalam Berbagai Perspektif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar






No comments:

Post a Comment