Kasus Psikologi dalam Upaya Agen
Perubahan dalam sosialisasi Peran Gender Pada Perempuan
Penjajahan
cultural membuat perempuan secara psikologis mengidap sesuatu yang oleh Collete
Dowling disebut, Cinderella Complex, suatu jaringan rasa takut yang begitu mencekam,
sehingga kaum perempuan merasa tidak berani dan tidak bisa memanfaatkan potensi
otak dan daya kreativitasnya secara penuh.
Berdasarkan
jurnal berjudul “Pengaruh Sosialisasi Gender Terhadap Pembentukan Pola Pikir
Perempuan Aceh (Studi Kasus di Banda Aceh dan Aceh Besar)” oleh Miskahuddin,
Ar-Raniry: International Journal of Islamic Studies Vol. 1, No. 2, Desember
2014.
Beberapa Materi Mengenai Psikologi
Gender perempuan
Peran jender dibatasi oleh budaya
seseorang yang membentuk pola
daritingkah-laku yang
konstrak dan membatasi individu serta merupakan bentuk
dasar dari struktur
keluarga. Peranan yang berbeda-beda tersebut dilihat dari ras,
usia, golongan,
orientasi, seksual, suku bangsa, dan letak geografis. Masing-masing generasi
disosialisasikan oleh institusi-institusi, orang tua, guru, significant
oersons,
kesamaan, dan lawan
seks, serta media. Jender berkaitan dengan proses keyakinan bagaimana
seharusnya lakilaki dan perempuan diharapkan untuk berpikir dan bertindak
sesuai dengan ketentuan
sosial dan budaya dimana mereka berada, jadi perbedaan tersebut ditentukan oleh aturan masyarakat dan
bukan karena perbedaan biologi (Agustang dkk, 2015).
Sebagai suatu konsepsi jender mengacu
pada pengertian bahwa seseorang
dilahirkan sebagai
laki-laki atau perempuan keberadaannya berbeda-beda dalam
waktu, tempat,
kultur, bangsa maupun peradaban. Keadaan itu berubah-rubah dari
masa ke masa, jender
adalah interpretasi mental dan kultur terhadap perbedaan
kelamin dan hubungan
laki-laki perempuan. Oleh karena itu identitas jender
dimasukkan sebagai
hal yang fundamental, penghayatan tentang diri seseorang
sebagai laki-laki
maupun wanita yang bersifat fundamental dan eksistensial,
sebagai konstruksi
sosial psikologis sejalan dengan penerimaan jenis kelamin
biologis mereka
(Agustang dkk, 2015).
Terdapat beberapa bias dalam psikologi
perempuan dapat dikemukakan, antara lain sebagai berikut (Nurhayati, 2012):
1.
Psikologis
perempuan dipandang dependen, berwatak mengasuh, dan merawat.
2.
Psikologis
perempuan selalu mengalah, menyetujui, menyesuaikan diri, dan menyenangkan
orang lain.
3.
Psikologis
perempuan itu emosional dan mudah menangis.
4.
Psikologis
perempuan yang penakut dan sensitif.
5.
Psikologis
perempuan yang mudah terpengaruh dan mudah dibujuk untuk mengubah keyakinannya.
6.
Psikologis
perempuan lebih sensitif terhadap perilaku non verbal.
7.
Psikologis
perempuan lebih ekspresif.
8.
Psikologis
perempuan itu pasif dalam masalah seks dan hanya menjadi objek seks laki-laki.
Konsep Gender yang Ditawarkan oleh
Aktivis Gender di LSM atau NGO
Kuatnya citra gender sebagai kodrat,
yang melekat pada benak masyarakat, bukanlah merupakan
akibat dari suatu proses sesaat melainkan melalui suatu proses
dialektika, konstruk sosial yang dibentuk, diperkuat,
disosialisasikan secara evolusional
dalam jangka waktu yang
lama, baik melalui ajaran-ajaran agama, negara, keluarga maupun budaya
masyarakat, sehingga perlahan-lahan citra tersebut
mempengaruhi masing-masing jenis kelamin laki-laki dan perempuan secara
biologis dan psikologis.
Melalui proses sosialisasi,
seseorang akan terwarnai cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Dengan
proses sosialisasi, seseorang diharapkan menjadi tahu
bagaimana ia mesti bertingkah laku di tengah-tengah
masyarakat dan lingkungan
budayanya, sehingga
bisa menjadi manusia masyarakat dan beradap.
Kelahiran LSM di Aceh sejak pertengahan
tahun 1980-an merupakan bagian dari upaya untuk memperkuat partisipasi aktif rakyat
dalam kehidupan bernegara yang demokratis. Dari
beberapa aktifis Aceh
yang sering berkumpul, tercetus keinginan bersama untuk saling mengikat dalam
sebuah wadah, yang memperkuat sinergisasi antar LSM yang
ada di Aceh. Inilah yang menjadi dorongan awal lahirnya Forum LSM
Aceh.
Forum Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Aceh merupakan wadah komunikasi dan informasi antar sesama Organisasi
Masyarakat Sipil (OMS) Aceh yang menempatkan upaya advokasi terhadap berbagai
permasalahan rakyat sebagai
bagian dari gerakan OMS
Aceh dalam kerangka pemberdayaan dan penguatan masyarakat sipil.
Sehingga, Forum LSM Aceh menjadi bagian dari jaringan perjuangan
pemenuhan keadilan, peningkatan kontrol rakyat atas
kebijakan, peradilan yang sehat serta penyelenggaraan negara yang baik,
bersih dan berwibawa. Oleh karena itu seluruh kegiatan dan
program Forum LSM Aceh beserta anggotanya diarahkan pada
upaya–upaya penguatan hak– hak rakyat sebagai bagian dari upaya
menuju masyarakat madani.
Adaupun isu gender yang ditawarkan oleh
masyarakat. Salah satunya, mengenai konsep gender yang ditawarkan oleh
aktivis perempuan lebih kepada isu gender. Dimana mereka lebih
menuntut kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Sehingga terjadi penjajahan cultural membuat perempuan secara
psikologis mengidap sesuatu yang oleh Collete Dowling disebut, Cinderella
Complex, suatu jaringan rasa takut yang begitu mencekam, sehingga kaum
perempuan merasa tidak berani dan tidak bisa memanfaatkan potensi otak dan daya
kreativitasnya secara penuh.
Pengaruh Sosialisasi Gender Terhadap
Pembentukan Pola Pikir
Perempuan Aceh
Ativis perempuan yang bekerja di bidang gender,
memberi pengaruh besar terhadap pembentukkan pola pikir
perempuan Aceh. Dimana banyak terdapat organisasiorganisasi perempuan yang
mengatasnamakan organisasi gender. Sehingga perempuan-perempuan Aceh pada
saat ini, mengartikan konsep gender yang salah, dimana dalam
benak pikiran para aktivis perempuan, bahwa perempuan
setara dengan laki-laki dalam semua hal.
Konsep gender yang ditawarkan
oleh aktivis perempuan yang bergerak di bidang LSM atau
NGO, mempunyai pengaruh besar terhadap pemikiran
masyarakat. Itu semua
tergantung bagaimana aktivis perempuan LSM itu bergerak. Kemudian, ketika LSM
itu dibentuk dalam gerakan perempuan dalam konsep Islam,
tidak merubah pembentukkan pola pikir perempuan aceh terhadap konsep gender
yang ditawarkan oleh barat. Tetapi apabila konsep gender yang
ditawarkan oleh LSM atau NGO tersebut yang mengacu kepada
konsep barat, mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan pola pikir
perempuan Aceh.
DAFTAR PUSTAKA
Agustang,
A.T., Muh, Said., dan Rusman, R. 2015. Revolusi
Mental dan Kemandirian Bangsa Melalui Pendidikan Ilmuilmu Sosial dalam
Menghadapi MEA 2015. Makassar; 116-123
Miskahuddin.
2014. Pengaruh Sosialisasi Gender Terhadap Pembentukan Pola Pikir Perempuan
Aceh (Studi Kasus di Banda Aceh dan Aceh Besar). Ar-Raniry: International Journal of Islamic Studies 1(2)
Nurhayati,
Eti. 2012. Psikologi Perempuan dalam
Berbagai Perspektif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
No comments:
Post a Comment