STUNTING
Stunting adalah
masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam
waktu cukup lama akibat pemberian makanan
yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting
terjadi
mulai janin masih dalam kandungan
dan baru nampak saat anak berusia
dua tahun. Kekurangan gizi pada usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan anak,
menyebabkan penderitanya mudah
sakit dan memiliki postur tubuh tak maksimal saat dewasa (MCA, 2014).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, istilah 'malnutrisi'
mengacu pada sejumlah penyakit, masing-masing memiliki penyebab spesifik yang
terkait dengan satu atau lebih nutrisi (misalnya protein, yodium atau kalsium)
dan masing-masing ditandai oleh ketidakseimbangan antara suplai nutrisi dan
energi dan kebutuhan tubuh akan hal ini untuk memastikan pertumbuhan, perawatan
dan fungsi tubuh yang memadai. Berbagai indeks antropometri digunakan untuk
menilai malnutrisi energi protein. Tinggi untuk usia menggambarkan
pertumbuhan jangka panjang, dan tinggi badan rendah untuk usia menunjukkan ‘stunting’
melalui malnutrisi kronis. Berat badan untuk tinggi badan sangat sensitif
terhadap malnutrisi akut dan berat badan rendah untuk usia merupakan indikasi
'pemborosan'. Bobot untuk usia merupakan sintesis yang mudah digunakan
untuk pertumbuhan linier dan proporsi tubuh, dan nilai yang rendah menunjukkan
'kurus' (Jeyaseelan et al, 2016).
Stunting adalah hasil dari kekurangan
nutrisi kronis selama 1000 hari pertama kehidupan anak-dari konsepsi, sampai
kehamilan sampai usia dua tahun. Seorang anak kerdil tidak akan pernah
bisa mencapai kapasitas kognitifnya yang penuh, tidak pernah bisa belajar
sebanyak atau memperoleh penghasilan sebanyak seumur hidup (Pandey et al, 2016).
Pada penelitian Pandey et al (2016) di
India bahwa, anak-anak pedesaan lebih cenderung mengalami kerdil (50,7%)
dibandingkan dengan rekan-rekan mereka di perkotaan (39,9%).Setelah
mengendalikan indeks pendidikan dan kekayaan, tidak ada variabel ibu dan rumah
tangga lainnya yang terkait secara signifikan dengan stunting untuk
sampel pedesaan. Probabilitas terendah(39%) stunting diamati
pada anak-anak yang tinggal di daerah perkotaan, yang ibunya memiliki
pendidikan menengah / tinggi dan kelompok indeks kekayaan
tertinggi. Wanita terdidik lebih cenderung menyadari manfaat kebiasaan
makan anak yang sehat.
Pada penelitian di India, faktor risiko untuk kurus
dan stunting, Sebagian besar berhubungan dengan kemiskinan dan kebersihan,
yang tercermin dalam jenis bahan bakar yang digunakan untuk memasak dan praktik
buang air besar. Kejadian malnutrisi lebih tinggi pada usia pubertas
daripada pada usia pra-pubertas. Oleh karena itu, direkomendasikan bahwa
penelitian prospektif serupa dilakukan di India dalam waktu dekat, karena
konsekuensi malnutrisi untuk perkembangan intelektual anak sangat merugikan
selama periode pubertas, dan bahwa anak-anak sekolah harus diskrining secara
berkala untuk kekurangan gizi selama masa remaja dan diberikan intervensi gizi
jika perlu (Jeyaseelan et al, 2016).
Faktor yang
memprediksi stunting parah di antara anak-anak pada usia 2 tahun
secara langsung atau tidak langsung dikaitkan dengan ibu
anak. Faktor-faktor yang berhubungan dengan ibu anak termasuk tinggi
badan, usia perkawinan, usia saat persalinan, kesenjangan interpregnancy,
asuhan antenatal, menyusui, makanan tambahan, dan perawatan selama penyakit
merupakan faktor penentu stunting paling parah . Dengan
demikian, mendidik dan memberdayakan perempuan untuk perawatan diri sebelum,
selama, dan setelah kehamilan dan tentang praktik perawatan anak adalah
satu-satunya solusi yang mungkin untuk mengurangi prevalensimengerdilkan dan
mengamankan masa depan anak-anak (Pandey et al, 2017).
Stunting bisa dicegah (MCA, 2014):
1. Pemenuhan
kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil. Ibu hamil harus mendapatkan makanan yang
cukup gizi, suplementasi zat gizi (tablet zat besi atau Fe), dan terpantau kesehatannya.
Namun, kepatuhan ibu hamil untuk meminum tablet tambah darah hanya 33%. Padahal
mereka harus minimal mengkonsumsi 90 tablet selama kehamilan.
2. ASI
eksklusif sampai umur 6 bulan dan setelah umur 6 bulan diberi makanan pendamping
ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya.
3. Memantau
pertumbuhan balita di posyandu merupakan upaya yang sangat strategis untuk
mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan.
4. Meningkatkan
akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi, serta menjaga kebersihan
lingkungan.
Upaya
perbaikan harus meliputi upaya untuk mencegah dan mengurangi gangguan secara langsung
(intervensi gizi spesifik) dan upaya untuk mencegah dan mengurangi gangguan secara
tidak langsung (intervensi gizi sensitif). Upaya
intervensi gizi spesifik untuk balita pendek difokuskan pada kelompok 1.000
Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu Ibu Hamil, Ibu Menyusui, dan Anak 0-23
bulan, karena penanggulangan balita pendek yang paling efektif dilakukan pada
1.000 HPK. Periode 1.000 HPK meliputi yang 270 hari selama
kehamilan dan 730 hari pertama setelah bayi yang dilahirkan telah dibuktikan
secara ilmiah merupakan periode yang menentukan kualitas kehidupan (Kemenkes RI,
2016).
Upaya intervensi tersebut meliputi (Kemenkes RI, 2016):
1. Pada ibu hamil
-
Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara terbaik
dalam mengatasi stunting. Ibu hamil perlu
mendapat makanan yang baik, sehingga apabila ibu hamil dalam keadaan sangat
kurus
atau telah mengalami Kurang Energi Kronis (KEK), maka perlu
diberikan makanan tambahan kepada ibu hamil tersebut.
-
Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet tambah darah, minimal 90
tablet selama kehamilan.
-
Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakit
2. Pada
saat bayi lahir
-
Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu
bayi lahir melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
-
Bayi sampai dengan usia 6 bulan diberi Air Susu Ibu (ASI) saja
(ASI Eksklusif)
3. Bayi
berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun
-
Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping
ASI (MP-ASI). Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih.
-
Bayi dan anak memperoleh kapsul vitamin A, imunisasi dasar
lengkap.
4. Memantau
pertumbuhan Balita di posyandu merupakan upaya yang sangat strategis untuk mendeteksi
dini terjadinya gangguan pertumbuhan
5. Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) harus diupayakan oleh setiap rumah tangga
termasuk meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi,
serta menjaga kebersihan lingkungan. PHBS menurunkan kejadian sakit terutama penyakit infeksi yang
dapat membuat energi untuk pertumbuhan teralihkan kepada perlawanan tubuh menghadapi
infeksi, gizi sulit diserap oleh tubuh dan terhambatnya pertumbuhan.
Walaupun remaja putri secara eksplisit tidak disebutkan dalam
1.000 HPK , namun status gizi remaja putri atau pra nikah memiliki kontribusi besar pada kesehatan
dan keselamatan kehamilan dan kelahiran, apabila remaja putri menjadi ibu (Kemenkes
RI, 2016).
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. 2016. Situasi Balita Pendek. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Millenium
Challenge Account – Indonesia. 2014. Stunting
dan Masa Depan Indonesia. Jakarta.
Jeyaseelan,
Visalakshi., Jeyaseelan, Lakshmanan., dan Yadav, B. 2016. Incidence of, and
Risk Factors for Malnutrition among Children Aged 5-7 Years in South India. Journal of Biosocial Science 48(3):
289-305. Cambridge
Pandey,
K.K., Singh, M.P., dan Singh, R.D. 2016. A Study of Maternal Status, Household
Structure and Children’s Nutritional Status in India. Romanian Journal of Population Studies 10(1): 77-90: Napoca
Pandey,
Pavan., Bajpai, P., Jain, S., dan Sharma, A. 2017. Maternal Empowerment Holds
The Key to Reducing Stunting During First 1000 days of Life: Evidence from a
Case-Controlled a Study. Annals of
Topical Medicine and Public Health 10(3): Accra
No comments:
Post a Comment