Saturday, 13 January 2018

STUNTING


STUNTING 

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun. Kekurangan gizi pada usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan anak, menyebabkan penderitanya mudah sakit dan memiliki postur tubuh tak maksimal saat dewasa (MCA, 2014).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, istilah 'malnutrisi' mengacu pada sejumlah penyakit, masing-masing memiliki penyebab spesifik yang terkait dengan satu atau lebih nutrisi (misalnya protein, yodium atau kalsium) dan masing-masing ditandai oleh ketidakseimbangan antara suplai nutrisi dan energi dan kebutuhan tubuh akan hal ini untuk memastikan pertumbuhan, perawatan dan fungsi tubuh yang memadai. Berbagai indeks antropometri digunakan untuk menilai malnutrisi energi protein. Tinggi untuk usia menggambarkan pertumbuhan jangka panjang, dan tinggi badan rendah untuk usia menunjukkan ‘stunting’ melalui malnutrisi kronis. Berat badan untuk tinggi badan sangat sensitif terhadap malnutrisi akut dan berat badan rendah untuk usia merupakan indikasi 'pemborosan'. Bobot untuk usia merupakan sintesis yang mudah digunakan untuk pertumbuhan linier dan proporsi tubuh, dan nilai yang rendah menunjukkan 'kurus' (Jeyaseelan et al, 2016).
Stunting adalah hasil dari kekurangan nutrisi kronis selama 1000 hari pertama kehidupan anak-dari konsepsi, sampai kehamilan sampai usia dua tahun. Seorang anak kerdil tidak akan pernah bisa mencapai kapasitas kognitifnya yang penuh, tidak pernah bisa belajar sebanyak atau memperoleh penghasilan sebanyak seumur hidup (Pandey et al, 2016).
Pada penelitian Pandey et al (2016) di India bahwa,  anak-anak pedesaan lebih cenderung mengalami kerdil (50,7%) dibandingkan dengan rekan-rekan mereka di perkotaan (39,9%).Setelah mengendalikan indeks pendidikan dan kekayaan, tidak ada variabel ibu dan rumah tangga lainnya yang terkait secara signifikan dengan stunting untuk sampel pedesaan. Probabilitas terendah(39%) stunting diamati pada anak-anak yang tinggal di daerah perkotaan, yang ibunya memiliki pendidikan menengah / tinggi dan kelompok indeks kekayaan tertinggi. Wanita terdidik lebih cenderung menyadari manfaat kebiasaan makan anak yang sehat.  
Pada penelitian di India, faktor risiko untuk kurus dan stunting, Sebagian besar berhubungan dengan kemiskinan dan kebersihan, yang tercermin dalam jenis bahan bakar yang digunakan untuk memasak dan praktik buang air besar. Kejadian malnutrisi lebih tinggi pada usia pubertas daripada pada usia pra-pubertas. Oleh karena itu, direkomendasikan bahwa penelitian prospektif serupa dilakukan di India dalam waktu dekat, karena konsekuensi malnutrisi untuk perkembangan intelektual anak sangat merugikan selama periode pubertas, dan bahwa anak-anak sekolah harus diskrining secara berkala untuk kekurangan gizi selama masa remaja dan diberikan intervensi gizi jika perlu (Jeyaseelan et al, 2016).
Faktor yang memprediksi stunting parah di antara anak-anak pada usia 2 tahun secara langsung atau tidak langsung dikaitkan dengan ibu anak. Faktor-faktor yang berhubungan dengan ibu anak termasuk tinggi badan, usia perkawinan, usia saat persalinan, kesenjangan interpregnancy, asuhan antenatal, menyusui, makanan tambahan, dan perawatan selama penyakit merupakan faktor penentu stunting paling parah . Dengan demikian, mendidik dan memberdayakan perempuan untuk perawatan diri sebelum, selama, dan setelah kehamilan dan tentang praktik perawatan anak adalah satu-satunya solusi yang mungkin untuk mengurangi prevalensimengerdilkan dan mengamankan masa depan anak-anak (Pandey et al, 2017).
Stunting bisa dicegah (MCA, 2014):
1.      Pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil. Ibu hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi, suplementasi zat gizi (tablet zat besi atau Fe), dan terpantau kesehatannya. Namun, kepatuhan ibu hamil untuk meminum tablet tambah darah hanya 33%. Padahal mereka harus minimal mengkonsumsi 90 tablet selama kehamilan.
2.      ASI eksklusif sampai umur 6 bulan dan setelah umur 6 bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya.
3.      Memantau pertumbuhan balita di posyandu merupakan upaya yang sangat strategis untuk mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan.
4.      Meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi, serta menjaga kebersihan lingkungan.
Upaya perbaikan harus meliputi upaya untuk mencegah dan mengurangi gangguan secara langsung (intervensi gizi spesifik) dan upaya untuk mencegah dan mengurangi gangguan secara tidak langsung (intervensi gizi sensitif). Upaya intervensi gizi spesifik untuk balita pendek difokuskan pada kelompok 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu Ibu Hamil, Ibu Menyusui, dan Anak 0-23 bulan, karena penanggulangan balita pendek yang paling efektif dilakukan pada 1.000 HPK. Periode 1.000 HPK meliputi yang 270 hari selama kehamilan dan 730 hari pertama setelah bayi yang dilahirkan telah dibuktikan secara ilmiah merupakan periode yang menentukan kualitas kehidupan (Kemenkes RI, 2016).
Upaya intervensi tersebut meliputi (Kemenkes RI, 2016):
1.      Pada ibu hamil
-          Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara terbaik dalam mengatasi stunting. Ibu hamil perlu mendapat makanan yang baik, sehingga apabila ibu hamil dalam keadaan sangat kurus atau telah mengalami Kurang Energi Kronis (KEK), maka perlu diberikan makanan tambahan kepada ibu hamil tersebut.
-          Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet tambah darah, minimal 90 tablet selama kehamilan.
-          Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakit
2.      Pada saat bayi lahir
-          Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi lahir melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
-          Bayi sampai dengan usia 6 bulan diberi Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI Eksklusif)
3.      Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun
-          Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih.
-          Bayi dan anak memperoleh kapsul vitamin A, imunisasi dasar lengkap.
4.      Memantau pertumbuhan Balita di posyandu merupakan upaya yang sangat strategis untuk mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan
5.      Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) harus diupayakan oleh setiap rumah tangga termasuk meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi, serta menjaga kebersihan lingkungan. PHBS menurunkan kejadian sakit terutama penyakit infeksi yang dapat membuat energi untuk pertumbuhan teralihkan kepada perlawanan tubuh menghadapi infeksi, gizi sulit diserap oleh tubuh dan terhambatnya pertumbuhan.
Walaupun remaja putri secara eksplisit tidak disebutkan dalam 1.000 HPK , namun status gizi remaja putri atau pra nikah memiliki kontribusi besar pada kesehatan dan keselamatan kehamilan dan kelahiran, apabila remaja putri menjadi ibu (Kemenkes RI, 2016).



DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2016. Situasi Balita Pendek. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Millenium Challenge Account – Indonesia. 2014. Stunting dan Masa Depan Indonesia. Jakarta.
Jeyaseelan, Visalakshi., Jeyaseelan, Lakshmanan., dan Yadav, B. 2016. Incidence of, and Risk Factors for Malnutrition among Children Aged 5-7 Years in South India. Journal of Biosocial Science 48(3): 289-305. Cambridge
Pandey, K.K., Singh, M.P., dan Singh, R.D. 2016. A Study of Maternal Status, Household Structure and Children’s Nutritional Status in India. Romanian Journal of Population Studies 10(1): 77-90: Napoca
Pandey, Pavan., Bajpai, P., Jain, S., dan Sharma, A. 2017. Maternal Empowerment Holds The Key to Reducing Stunting During First 1000 days of Life: Evidence from a Case-Controlled a Study. Annals of Topical Medicine and Public Health 10(3): Accra




No comments:

Post a Comment