Plasenta Previa
1.
Defenisi
Plasenta previa yaitu plasenta yang berimplantasi di
atas mendekati ostium serviks interna (Kemenkes RI, 2013). Plasenta previa
adalah kelainan letak plasenta dimana plasenta menutupi jalan lahir (Purnama,
2014).
Terdapat 4 macam plasenta previa berdasarkan
lokasinya, yaitu (Kemenkes RI, 2013):
1) Plasenta previa totalis yaitu ostium internal
ditutupi seluruhnya oleh plasenta
2) Plasenta parsialis yaitu ostium interal ditutupi
sebagian oleh plasenta
3) Plasenta marginalis yaitu tepi plasenta terletak di
tepi ostium internal
4) Plasenta letak rendah yaitu plasenta berimplantasi
di segmen bawah uterus tepi plasenta terletak dekat ostium
2.
Faktor
Predisposisi
Faktor predisposisi plasenta previa yaitu (Kemenkes
RI, 2013):
1) Kehamilan dengan ibu berusia lanjut
2) Multiparitas
3) Riwayat seksio sesarea sebelumnya.
3.
Diagnosis
Diagnosis plasenta previa yaitu (Kemenkes RI, 2013):
1)
Perdarahan tanpa
nyeri, usia kehamilan >22 minggu
2)
Darah segar yang
keluar sesuai dengan beratnya anemia
3)
Syok
4)
Tidak ada
kontaksi uterus
5)
Bagian terendah
janin tidak masuk pintu panggul
6)
Kondisi janin
normal atau terjadi gawat janin
Penegakkan diagnosis dibantu dengan pemeriksaan USG
4.
Tatalaksana
Tingkat
invasi miometrium vili korionis pada plasenta previa yaitu plasenta akreta,
plasenta increta dan plasenta perkerta. Plasenta akreta adalah persatuan yang
abnormal antara plasenta dan otot uterus yang mendasarinya tanpa adanya desidua
basalis, yang normalnya persatuan antara plasenta dan desidua endometrium yang
mendasarinya. Kasus plsenta previa inkreta yang didiagnosis antenatal dengan
Ultrasound (US) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) (Guler, et al, 2013).
Jika
sudah dipastikan diagnosisnya adalah plasenta previa, maka persalinan harus
dilakukan secara seksio sesarea, karena janin tidak dapat melewati jalan lahir
yang tertutup plasenta. Pada kasus plasenta letak rendah, kadang masih dapat
dipertimbangkan persalinan per vaginam jika diperkirakan kepala janin dapat
turun dan menekan tepi plasenta sehingga tidak akan terjadi perdarahan banyak
(Purnama, 2014).
1) Tatalaksana Umum
a. Tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan dalam sebelum
tersedia kesiapan untuk seksio sesarea. Pemeriksaan inspekulo dilakukan secara
hati-hati, untuk menentukan sumber perdarahan.
b. Memperbaiki kekurangan cairan/darah dengan infus
cairan intravena (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat).
c. Melakukan penilaian jumlah perdarahan.
d. Jika perdarahan banyak dan berlangsung,
mempersiapkan seksio sesarea tanpa memperhitungkan usia kehamilan.
e. Jika perdarahan sedikit dan berhenti, dan janin
hidup terapi prematur, mempertimbangkan terapi ekspektatif (Kemenkes RI, 2013).
2) Tatalaksana Khusus
Terapi Konservatif
Agar janin tidak terlahir prematur dan upaya
diagnosis dilakukan secara non-invasif, yaitu (Kemenkes RI, 2013):
-
Syarat terapi
ekspetatif:
a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang
kemudian berhenti dengan atau tanpa pengbatan tokolitik
b. Belum ada inpartu
c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar Hb dalam batas
normal)
d. Janin masih hidup dan kondisi janin baik
-
Rwat inap, tirah
baring dan berikan antibiotika profilaksis
-
Lakukan
pemeriksaan USG utuk memastikan letak plasenta
-
Berikan
tokolitik bila ada kontraksi:
a.
MgSO4 4 g IV dosis
awal dilanjutkan 4 g setiap 6 jam, atau
b.
Nifedipin 3 x 20
mg/hari
Pemberian
tokolitik dikombinasikan dengan betamethason 12 mg IV dosis tunggal untuk
pematangn paru janin
-
Perbaiki anemia
dengan sulfas ferosus furamat per oral 60 mg selama 1 bulan
-
Pastikan
tersedianya sarana transfusi
-
Jika perdarahan
berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama, ibu dapat dirawat jalan
dengan pesan segera kembali ke rumah sakit jika terjadi perdarahan.
Terapi Aktif
1)
Rencana
terminasi kehamilan jika:
-
Usia kehamilan
cukup bulan
-
Janin mati atau
menderita anomali atau keadaan yang mengurangi kelangsungan hidupnya (misalnya
anensefali)
-
Pada perdarahan
aktf dan banyak, segera dilakukan terapi aktif tanpa memandang usia kehamilan.
2)
Jika terdapat
plasenta letak rendah, perdarahan sangat sedikit, dan presentasi kepala, maka
dapat dilakukan pemecahan selaput ketuban dan persalinan pervaginam masih
dimungkinkan. Jika tidak, lahirkan dengan seksio sesarea.
3)
Jika persalinan dilakukan dengan seksio
sesarea dan terjadi perdarahan dari tempat plasenta:
a.
Jahit lokasi
perdarahan dengan benang
b.
Pasang infus
oksitosin 10 unit 500 ml cairan IV (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat) dengan
kecepatan 60 tetes/menit
c.
Jika perdarahan
terjadi pascasalin, segera lakukan penanganan yang sesuai, seperti ligasi
arteri dan histerektomi (Kemenkes RI, 2013).
ANALISIS JURNAL
Jurnal Ilmiah:
“Frequency, Risk
Faktors, and Adverse Fetomaternal Outcomes of Placenta Previa in Nothern
Tanzania”
Nama Peneliti:
Elizabeth Eliet Senkoro, Amasha H. Hwanamsangu, Fransisca Seraphin Chuwa, Sia
Emmanuel Msuya, Oresta Peter Mnali, Benjamin G. Brown, dan Michael Johnson
Mahande.
Penerbit :
Hindawi Publishing Coorparation
Jurnal
Kehamilan, Volume 2017, halaman 7
Sebuah
penelitian mengenai frekuensi, faktor resiko, dan hasil fetomaternal yang menghasilkan
plasenta previa yang dilakukan di Tanzania Utara, New York. Subspesialis
fetomaternal adalah spesialis obstetri dan ginekologi yang memperdalam
keilmuannya di bidang kehamian dan segala permasalahan kehamilan, termasuk
dalam keahlian melakukan pemeriksaan USG (Purnama, 2014). Dengan tujuan
penelitian dengan harapan bahwa akan membantu memperbaiki diagnosis dini dari
plasenta previa dan memungkinkan pengelolaan dan pencegahan hasil buruk menjadi
lebih baik.
Metode
Metode
yang digunakan dengan melakukan studi kohort retrospektif dengan menggunakan
data terkait maternal dari regitrasi kelahiran medis di Kilimanjaro Christian
Medical Centre (KMCK) yang terletak di Moshi Municipality, Tanzania.
Menggunakan
sampel terdiri dari 47.686 yang dianalisis yaitu semua data register kelahiran
dengan pengecualian ibu yang didiagnosis dengan absupsi plasenta dan ibu dengan
kehamilan multipel. Waktu yang digunakan selama dari Januari 2000 hingga
Desember 2015. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner. Kuesioner standar
setelah bidan terlatih mengerjakan standarilasasi kuesioner. Ibu diwawancarai
setiap hari, dalam waktu 24 jam setelah melahirkan atau sesegera setellah
sembuh jika ibu melahirkan dengan komplikasi persalinan. Analisis data
menggunakan Statistical Package for The Social Sciences (SPSS) versi 20.
Penelitian telah disetujui oleh komite etika yaitu Kilimanjaro Christian
Medical University College Research Ethics Committee.
Hasil
Faktor
risiko plasenta previa yang signifikan yaitu penyakit ginekologi (OR 2,44),
penggunaan alkohol selama kehamilan (OR 1,61), grande multipara (OR 3,46),
multigravida >5 (OR 4,85). Di sisi lain perawatan antenatal >4 kunjungan
(OR 0,45) dan usia ibu >35 tahun (0,56).
Komplikasi
pada ibu dengan plasenta previa adalah peningkatan mengalami perdarahan
antepartum (OR 9,21), Perdarahan postpartum (OR 17,6), rawat inap rumah sakit
>4 hari (OR5,62), melahirkan melalui seksio sesarea (OR 9,68), dan transfusi
darah (OR 2,91).
Komplikasi
pada bayi si ibu dengan plasenta previa yaitu memiliki skor apgar <7 (OR
2,68), skor 5 (OR3,83), skor 10 (OR 3,07) menit setelah melahirkan, BBLR (OR
5,62), masuk NICU (OR 2,53), malpresentasi janin (OR 4,3), lahir mati (OR 2,58)
dan kematian neonatal dini (OR 3,75).
Kesimpulan
Faktor
risiko plasenta previa yaitu multigravida, penyakit genetik, perawatan
antenatal yang tidak adekuat dan penggunaan alkohol merupakan faktor risiko
utama. Faktor risiko ini berguna untuk melakukan skrining dengan fetomaternal
pada ibu berisiko. Plasenta previa juga mengandung risiko signifikan terhadap
ibu dan janin yang parah dan buruk. Penelitian ini mengutamakan kebutuhan akan
perawatan kebidanan komprehensif untuk menangani kasus plasenta previa dan
komplikasinya secara tepat.
Analisis Jurnal:
Ibu
yang yang memiliki riwayat placenta previa sebelumnya berisiko 6,7 kali untuk
mengalami placenta previa dibanding ibu yang tidak memiliki riwayat placenta
previa sebelumnya. Untuk itu perlu diberikan penyuluhan atau konseling usia
reproduksi sehat termasuk konseling KB pada pasutri. Disamping itu Tenaga
Kesehatan hendaknya melaksanakan pemeriksaan Antenatal Care yang intensif pada
ibuibu hamil dengan usia dan paritas berisiko, yang memiliki riwayat kureatage,
riwayat SC, dan riwayat placenta previa sebelumnya (Trianingsih dkk, 2015).
REKOMENDASI
Rekomendasi Asuhan Kebidanan
Melakukan
asuhan kebidanan komprehensif untuk menangani kasus plasenta previa dan
komplikasinya secara tepat. Wanita hamil memiliki hak untuk mendapatkan
pelayanan komprehensif, bermutu, terjangkau dan berhak memutuskan tentang
kehamilannya Tyastuti & Wahyuningsih, 2016). Filosofi dan defenisi
kebidanan mencakup dukungan saat masa kehamilan dan persalinan secara
fisiologis (normal) serta pengelolaan atau rujukan jika terjadi komplikasi.
Kebidanan menyediakan akses ke layanan yang dekat dengan tempat tinggal ibu dan
kelangsungan asuhan serta asuhan komprehensif yaitu dari sebelum konsepsi
(yaitu keluarga berencana) sampai masa pascapersalinan dan masa pascakelahiran,
dan atara rumah tangga dan rumah sakit. Sistem kesehatan yang membuat asuhan
kebidanan yang tersedia bagi semua wanita akan memberikan layanan yang tepat
kepada wanita (Petra, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) & TIM. 2013. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
2012. Melalui http://chnrl.org/pelatihan-demografi/SDKI-2012.pdf
diakses 08 Oktober 2017
Direktorat
Kesehatan Keluarga. 2016. Laporan Tahunan
Direktorat Kesehatan Kelurga. Melalui http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/Laptah%20TA%202016%20Dit%20Kesga.pdf diakses 08 Oktober 2017
Guler,
Ayse et al. Antenatal Diagnosis of
Placenta Increta dan Its Successful Conservative Management with Methotrexate. Melalui
https://search.proquest.com/pqrl/docview/1399279831/fulltextPDF/EAF8852BEA344299PQ/4?accountid=188397 diakses 08 Oktober 2017
Kemenkes
RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan
Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Melalui http://www.searo.who.int/indonesia/documents/976-602-235-265-5-buku-saku-pelayanan-kesehatan-ibu.pdf?ua=1 diakses 08 Oktober 2017
Petra,
Ten H, B. 2013. Continuity of Maternity
Carer for All Women. Melalui https://search.proquest.com/pqrl/docview/1464981141/7A6FEF0B97DF4AF0PQ/5?accountid=188397 diakses 08 Oktober 2017
Purnama,
Dian Indah. 2014. 100 Hal Penting yang
Wajib Diketahui Bumil. Jakarta Selatan: PT Kawan Pustaka
Senkoro,
E. Eliet, et al. 2016. Frequency, Risk
Factors, and Adverse Fetomaternal Outcomes of Placenta Previa in Northern
Tanzania Journal of Pregnancy Volume 2017. Melalui https://search.proquest.com/pqrl/docview/1874439818/EAF8852BEA344299PQ/11?accountid=188397 diakses 08 Oktober 2017
Trianingsih,
Indah, dkk. 2015. Faktor-Faktor yang
Berpengaruh pada Timbulnya Kejadian Placenta Previa Jurnal Kedokteran Yarsi 23
(2) : 103-113. Melalui https://media.neliti.com/media/publications/104049-ID-faktor-faktor-yang-berpengaruh-pada-timb.pdf diakses 15 Oktober 2017
Tyastuti,
Siti & Wahyuningsih, Heni Puji. 2016. Asuhan
Kebidanan Kehamilan. Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan.
No comments:
Post a Comment