Tuesday, 23 March 2021

METABOLISME ENERGI PADA IBU HAMIL

A.  Defenisi

·      Kehamilan merupakan hal yang membahagiakan sekaligus menggelisahkan. Kebahagiaan tersebut karena akan memperoleh keturunan sebagai pelengkap dan penyempurnaan sebagai wanita, namun juga menggelisahkan karena penuh dengan perasaan takut dan cemas mengenai hal-hal buruk yang dapat menimpa dirinya terutama pada saat proses persalinan.(Nur Fita Romalasari, 2020.)

·      Metabolisme berasal dari bahasa yunani “metabolismos” yang berarti perubahan. Sebagaimana asal namanya, metabolisme semua reaksi kimia yang terjadi dalam organisme termasuk pada tingkat sel.

·      Metabolisme adalah proses mengubah makanan dan minuman yang anda konsumsi menjadi energy dan menggunakan energy tersebut sebagai bahan bakar untuk menjalani berbagai fungsi di tubuh.

·      Energi adalah kemampuan melakukan usaha. Energi disebut juga tenaga. Orang yang energik adalah orang yang penuh tenaga sehingga dapat melakukan lebih banyak pekerjaan. Orang yang loyo kebalikan dari orang energik. Di dalam tubuh, energi disimpan dalam bentuk cadangan energi, yaitu lemak sebanyak 74 persen, protein sebanyak 25 persen dan karbohidrat < 1 persen.

·      Metabolisme energy adalah suatu ukuan dari intensitas dari hidup, suatu statistic ringkasan dari tingkat energy gunakan.

B.  Bentuk – bentuk metabolisme energi

Secara garis besar, proses biokimia yang terjadi dalam tubuh kita dinamakan metabolisme. Reaksi metabolisme sendiri terbagi dua, yaitu katabolisme dan anabolisme. Metabolisme energi merupakan reaksi kimia yang terjadi dalam sel. Metabolisme dapat merupakan:

1.      Anabolisme

Anabolisme adalah proses yang terjadi saat tubuh menggunakan energy yang ada untuk membangun sel dan menyimpan sisanya agar bisa digunakan sewaktu – waktu saat di butuhkan.

Proses ini membutuhkan energi dari luar. Energi yang digunakan dalam reaksi ini dapat berupa energi cahaya ataupun energi kimia. Energi tersebut, selanjutnya digunakan untuk mengikat senyawa-senyawa sederhana tersebut menjadi senyawa yang lebih kompleks. Jadi, dalam proses ini energi yang diperlukan tersebut tidak hilang, tetapi tersimpan dalam bentuk ikatan-ikatan kimia pada senyawa kompleks yang terbentuk.

Selain dua macam energi diatas, reaksi anabolisme juga menggunakan energi dari hasil reaksi katabolisme, yang berupa ATP. Agar asam amino dapat disusun menjadi protein, asam amino tersebut harus diaktifkan terlebih dahulu. Energi untuk aktivasi asam amino tersebut berasal dari ATP. Agar molekul glukosa dapat disusun dalam pati atau selulosa, maka molekul itu juga harus diaktifkan terlebih dahulu, dan energi yang diperlukan juga didapat dari ATP. Proses sintesis lemak juga memerlukan ATP.

Anabolisme meliputi tiga tahapan dasar. Pertama, produksi prekursor seperti asam amino, monosakarida, dan nukleotida. Kedua, pengaktivasian senyawa-senyawa tersebut menjadi bentuk reaktif menggunakan energi dari ATP. Ketiga, penggabungan prekursor tersebut menjadi molekul kompleks, seperti protein, polisakarida, lemak, dan asam nukleat. Anabolisme yang menggunakan energi cahaya dikenal dengan fotosintesis, sedangkan anabolisme yang menggunakan energi kimia dikenal dengan kemosintesis.

Senyawa kompleks yang disintesis organisme tersebut adalah senyawa organik atau senyawa hidrokarbon. Autotrof, seperti tumbuhan, dapat membentuk molekul organik kompleks di sel seperti polisakarida dan protein dari molekul sederhana seperti karbon dioksida dan air. Di lain pihak, heterotrof, seperti manusia dan hewan, tidak dapat menyusun senyawa organik sendiri. Jika organisme yang menyintesis senyawa organik menggunakan energi cahaya disebut fotoautotrof, sementara itu organisme yang menyintesis senyawa organik menggunakan energi kimia disebut kemoautotrof.

Reaksi anabolisme menghasilkan senyawa-senyawa yang sangat dibutuhkan oleh banyak organisme, baik organisme produsen (tumbuhan) maupun organisme konsumen (hewan, manusia). Beberapa contoh hasil anabolisme adalah glikogen, lemak, dan protein berguna sebagai bahan bakar cadangan untuk katabolisme, serta molekul protein, protein-karbohidrat, dan protein lipid yang merupakan komponen struktural yang esensial dari organisme, baik ekstrasel maupun intrasel.

2.      Katabolisme

Katabolisme adalah proses memecah molekul-molekul besar dan kompleks menjadi bentuk yang lebih sederhana, kebanyakan diubah menjadi energi. Bentuk sederhana ini kemudian akan menjadi bahan bakar untuk terjadinya reaksi anabolisme, yaitu molekul-molekul kecil dibangun menjadi molekul yang lebih besar.

C6H12O6 + 6 O2 ----> 6 CO2 + 6 H2O + 36 ATP

36 ATP setara dengan 674 kkal

1 ATP   = 1 ADP + 7kkal

= 36 ATP × 7 kkal

= 252 kkal (40% dari 674 kkal)

Sisanya 60% (422 kkal) dilepas dalam bentuk panas untuk proses homeostasis.

·      Reaksi Katabolisme di Tubuh

Makanan yang sudah dikonsumsi dan masuk ke organ pencernaan akan dipecah oleh enzim yang ada di dalam sistem pencernaan kita. Melalui reaksi katabolisme, protein dipecah menjadi asam amino. Asam amino ini bisa digunakan sebagai sumber energi ketika tubuh membutuhkannya. Asam amino juga bisa didaur ulang untuk membuat protein atau dioksidasi menjadi urea.

Selain memecah protein, katabolisme juga bisa memecah glikogen menjadi glukosa. Karbohidrat sederhana ini kemudian akan melalui proses oksidasi yang dinamakan glikolisis. Dari reaksi inilah energi dihasilkan.

Sedangkan lemak akan melalui proses pemecahan yang disebut hidrolisis. Proses ini menghasilkan asam lemak dan gliserol, yang selanjutnya akan melalui reaksi glikolisis dan reaksi biokimiawi lainnya hingga terbentuklah energi.

Energi yang dihasilkan dari proses-proses di atas disimpan sebagai molekul adenosine triphospate (ATP). Banyak aspek dari metabolisme sel, baik anabolisme maupun katabolisme, berkaitan erat dengan produksi dan konsumsi ATP sebagai sumber energi, yang juga berperan sebagai bahan bakar dalam seluruh proses metabolisme.

Olahraga seperti berlari, berenang, dan bersepeda adalah jenis kegiatan yang merupakan latihan katabolis atau kardio. Ketika melakukan aktivitas ini, detak jantung, tekanan darah, dan pernapasan akan meningkat. Latihan katabolis dapat membantu Anda menjaga kesehatan jantung dan paru-paru. Namun sebelum melakukan olahraga kardio, sebaiknya berkonsultasi terlebih dulu dengan dokter jika Anda memiliki kondisi kesehatan tertentu.

·      Hormon-hormon yang Terlibat di Dalam Reaksi Katabolisme antara lain:

Pada proses katabolisme, tubuh membutuhkan bantuan hormon dan zat tertentu. Sejumlah hormon yang berperan dalam katabolisme antara lain:

1)   Kortisol.

Hormon ini membantu mengatur metabolisme protein, lemak dan karbohidrat. Hormon yang dikenal sebagai hormon ‘stres’ ini dihasilkan oleh kelenjar adrenal.

2)   Sitokin.

Ini adalah zat yang mengatur interaksi antar sel dan berperan dalam mengatur sistem kekebalan tubuh. Beberapa jenis sitokin berfungsi merangsang sistem kekebalan tubuh, sedangkan beberapa jenis sitokin lainnya berfungsi dalam menekan aktivitas sistem kekebalan tubuh.

3)   Glukagon.

Hormon ini dihasilkan oleh pankreas, dan bersama dengan insulin berfungsi menjaga kadar gula dalam darah.

4)   Adrenalin.

Hormon yang dikenal sebagai epinefrin ini dapat meningkatkan detak jantung, menguatkan kontraksi jantung, dan meningkatkan aliran darah ke otot .

Proses katabolisme yang dapat menghasilkan energi sangat penting bagi tubuh. Dengan energi, jantung bisa berdetak sehingga seluruh jaringan tubuh mendapat suplai darah. Fungsi paru-paru, ginjal, pencernaan, dan metabolisme sel juga bisa bekerja dengan optimal, untuk memelihara kelangsungan hidup dan kesehatan tubuh.

Perhatikan skema gambar berikut.

 

Salah satu proses anabolisme yaitu sintesis atau pembentukan karbohidrat melalui fotosintesis yang terjadi pada tumbuh-tumbuhan. CO2 dan H2O, dalam reaksi ini, dengan bantuan energi cahaya diubah menjadi karbohidrat yang di dalamnya mengandung energi dalam bentuk ikatan kimia.Sementara itu dalam sel-sel makhluk hidup, karbohidrat (dalam hal ini glukosa) akan mengalami serangkaian reaksi respirasi sehingga dihasilkan energi. Selain dibebaskan energi, reaksi pemecahan (katabolisme) glukosa ini juga menghasilkan CO2 dan H2O, apabila digambarkan seperti gambar di atas.

C.    Fungsi Energi

Energi dalam tubuh berfungsi untuk metabolisme basal, yaitu energi yang dibutuhkan pada waktu seseorang beristirahat, kemudian spesific dynamic acton (SDA), yaitu energi yang diperlukan untuk mengolah makanan itu sendiri: untuk aktivitas jasmani, berpikir, pertumbuhan, dan pembuangan sistem makanan.

D.    Dampak kekurangan dan kelebihan energy

Kekurangan energi akan menghambat semua aktivitas jasmani, berpikir dan aktivitas yang terjadi di dalam tubuh. Kekurangan energi artinya kekurangan konsumsi karbohidrat dan sebagai penggantinya lemak akan terpakai dan protein akan digunakan sebagai sumber energi. Apabila hal ini terus berlanjut, akan terjadi Kurang Energi Protein (KEP) yang ditandai dengan marasmus dan kwaksiorkor.

Gejala klinis kwaksiorkor adalah penampilan seperti anak gemuk bilamana diet energi cukup tapi kurang protein, gangguan pertumbuhan, perubahan mental, edema, lemah, anoreksia (hilang nafsu makan), perubahan warna rambut, kulit bintik merah/hitam, hati membesar, dan anemia.

Gejala klinis marasmus adalah wajah menyerupai orang tua, sangat kurus karena hilangnya lemak dan otot-ototnya, perubahan mental, anak menangis terus, kulit kering dan kendur, rambut rontok, lemak bawah kulit berkurang, otot atrofi sehingga tulang terlihat lebih jelas, diare atau konstipasi, kelainan jantung, tekanan darah rendah, frekuensi nafas berkurang, serta anemia.

Telah tersedia dalam tubuh tidak terpakai untuk energi. Akibatnya, penimbunan lemak terus terjadi dan mengakibatkan kegemukan atau obesitas. Efek dari obesitas adalah timbulnya penyakit degenratif, seperti hipertensi, jantung koroner, diabetes, dan stroke.

Energi dibutuhkan untuk otak, aktivitas fisik, dan semua fungsi organ tubuh, seperti jantung dan paru-paru.

E.     Kebutuhan energi pada ibu hamil

Status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Status gizi pada trimester pertama akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan embrio pada masa perkembangan dan pembentukan organorgan tubuh. Pada trimester II dan III kebutuhan janin terhadap zat-zat gizi semakin meningkat. Jika zat gizi tidak terpenuhi, maka plasenta akan kekurangan zat makanan sehingga bisa mengurangi kemampuannya dalam memproses zat-zat yang dibutuhkan oleh janin.

Ibu yang kekurangan asupan energy dapat menyebabkan KEK (Kekurangan Energi Kronis), tubuh yang mengalami kekurangan asupan energy akan mengalami keseimbangan energy negative (asupan energy yang masuk ke dalam tubuh tidak sama dengan energy yang keluar), akibatnya berat badan ibu berkurang dan menyebabkan ibu menjadi lemah, gelisah, kurang bersemangat dan penurunan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi.

Bahaya kehamilan dengan status gizi kurang pada janin adalah pertumbuhan, pembentukan, dan perkembangan organ janin kurang optimal, fungsi organ janin kurang optimal, di khawatirkan akan terjadi cacat bawaan pada bayi yang dilahir, ukuran kepala bayi kecil sehingga perkembangan otak tidak optimal, bayi lahir premature, berat bayi lahir rendah yaitu kurang dari 2500 gram, dan ini memungkinkan terjadinya kematian pada bayi. Dampak lain gizi kurang saat hamil juga terjadi ketika ibu menjalani persalinan. Seperti persalinan sulit, prematur, pendarahan setelah persalinan, dan persalinan dengan operasi (SC) karena kondisi ibu yang cenderung lemah dan kurang bertenaga untuk melahirkan normal.

Risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana status gizi seseorang buruk yang disebabkan karena kurang konsumsi makanan sumber energi yang mengandung zat gizi makro. Ibu hamil dengan status gizi buruk atau mengalami KEK (Kurang Energi Kronis) cenderung melahirkan bayi BBLR dan memiliki resiko kematian yang lebih besar dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan ibu dengan status gizi baik. Beberapa cara digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil antara lain: memantau pertambahan berat badan ibu selama kehamilan, mengukur LILA (Lingkar Lengan Atas), dan mengukur kadar HB. Pemeriksaan antropometrik digunakan untuk menentukan status gizi ibu yaitu dengan cara mengukur berat badan sebelum hamil, tinggi badan, indekz massa tubuh, dan Lingkar Lengan Atas (LILA).

Angka Kecukupan Energi pada Ibu Hamil

(Permenkes RI No.28 Tahun 2019. AKG.)

Angka kecukupan Gizi untuk energi bagi Orang Indonesia adalah 2000 kalori.

F.     Sumber energi makanan

Energi yang berasal dari makanan dapat diperoleh dari beberapa zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein dan lemak. Jadi vitamin, mineral, dan air tidak menghasilkan energi dalam tubuh. Di dalam tubuh, karbohidrat, lemak, dan protein dipecah menjadi energi dan energi yang dihasilkan dari setiap satu gram karbohidrat adalah sebanyak empat kalori, lemak sembilan kalori dan protein empat kalori.Karbohidrat sebagai sumber energi utama bagi manusia harus dikonsumsi sebanyak 50 persen – 65 persen dari energi total. Adapun lemak sebanyak 25 persen – 35 persen dari energi total dan protein sebanyak 10 persen—15 persen dari energi total.Sumber Makanan Padi-padian, mie, roti, umbi-umbian Daging, ikan,telur, kacang-kacangan, tahu, tempe Susu, ikan teri, kacang-kacangan, sayuran hijau Daging, hati, sayuran hijau Hati, kuning telur, sayur dan buah berwarna hijau dan kuning kemerahan Biji-bijian, kacang-kacangan, padipadian, daging Hati, telur, sayuran dan kacang-kacangan Hati, daging, ikan, biji-bijian, kacangkacangan Buah-buahan dan sayuran

 

Sumber :

Ayu Sri Pratiwi. 2020. Risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) Pada Ibu Hamil.Ensiklopedia of Journal.Vol. 2 No.2 Edisi 2 Januari 2020.

Chaudhry, R. & Bhimji, S. NCBI .2018. Biochemistry, Carbohydrate, Glycolysis.

Healthdirect Australia .2016. The role of cortisol in the body.

Marcin, A. & Bubnis, D. Healthline .2018. Catabolism vs. Anabolism: What’s the Difference?

Nur Fita Romalasari. 2020. Hubungan Antara Dukungan Suami Dan Partisipasi Mengikuti Kelas Ibu Hamil Dengan Kecemasan Menghadapi Persalinan Pada Ibu Hamil Primigravida Trimester III. Jurnal Bimbingan dan Konseling. Vol4 No.2

Panawala, L. Research Gate.2017. Difference Between Anabolism and Catabolism.

Redaksi.2015. Seimbangkan Karbohidrat Agar Tak Kurang Energi.

Shafira Roshmita Diniyyah.2017. Asupan Energi, Protein dan Lemak dengan Kejadian Gizi Kurang pada Balita Usia 24-59 Bulan.DOI : 10.2473/amnt.v1i4.2017.341-350


No comments:

Post a Comment