A.
Defenisi Kehamilan
Kehamilan adalah
pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine mulai sejak konsepsi dan
berakhir sampai permulaan persalinan. Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai
partus kira – kira 280 hari (40 minggu), dan tidak lebih dari 300 hari (43
minggu). Kehamilan 40 minggu ini disebut kehamilan matur (cukup bulan). Bila
kehamilan lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur. Kehamilan antara 28
dan 36 minggu disebut kehamilan premature. (Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Kehamilan, 2019).
Kehamilan bagi
seorang wanita merupakan hal yang membahagiakan sekaligus menggelisahkan.
Kebahagiaan tersebut karena akan memperoleh keturunan sebagai pelengkap dan
penyempurnaan sebagai wanita, namun juga menggelisahkan karena penuh dengan
perasaan takut dan cemas mengenai hal-hal buruk yang dapat menimpa dirinya
terutama pada saat proses persalinan (Nasir, 2015).
B.
Perubahan psikologi pada ibu hamil
1. Perubahan
psikologi pada ibu hamil trimester I.
a. Ibu merasa tidak
sehat dan kadang merasa benci dengan kehamilannya
b. Kadang muncul
penolakan, kekecewaan, kecemasan dan kesedihan. Bahkan ibu berharap dirinya
tidak hamil
c. Ibu selalu
mencari tanda – tanda apakah ia benar – benar hamil. Hal ini dilakukan hanya sekedar
untuk meyakinkan dirinya
d. Setiap perubahan
yang terjadi dalam dirinya akan selalu mendapat perhatian dengan saksama
e. Ketidakstabilan
emosi dan suasana hati
2. Perubahan
psikologi pada ibu hamil trimester II
a. Ibu sudah merasa
sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormone yang tinggi
b. Ibu sudah bisa
menerima kehamilannya
c. Ibu sudah dapat
merasakan gerakan bayi
d. Merasa terlepas
dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran
e. Merasa bahwa
bayi sebagai individu yang merupakan bagian dari dirinya
f. Hubungan social
meningkat dengan wanita hamil lainnya/ pada orang lain.
g. Ketertarikan dan
aktifitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran, dan persiapan untuk peran baru
h. Perut ibu belum
terlalu besar sehingga belum dirasa beban oleh ibu.
3. Perubahan yang
terjadi pada trimester III
a. Rasa tidak
nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh dan tidak menarik.
b. Merasa tidak
menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu
c. Takut akan rasa
sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada saat melahirkan, khawatir akan
keselamatannya.
d. Khawatir bayi
akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang mencerminkan
perhatian dan kekhawatirannya.
e. Ibu tidak sabar
menunggu kelahiran bayinya
f. Semakin ingin
menyudahi kehamilannya
g. Aktif
mempersiapkan kelahiran bayinya
h. Bermimpi dan
berkhayal tentang bayinya.
C.
Depresi dalam kehamilan
1.
Pengertian
Depresi
merupakan salah satu gangguan mood yang ditandai oleh hilangnya perasaan
kendali dan pengalaman subjektif adanya penderita berat. Mood adalah keadaan
emosional internal yang meresap dari seseorang, dan bukan efek, yaitu ekspresi
dari isi emosional saat itu (Lestari, 2015).
Depresi dalam
kehamilan adalah perasaan tertekan, terpuruk, tidak berguna, kehilangan
semangat hidup yang dirasakan seseorang ketika sedang menjalani masa kehamilan.
(Tati Nurhayati dkk. 2020).
2.
Tanda dan gejala depresi pada ibu hamil
Tanda dan gajala
depresi pada ibu hamil antara lain : panik, bingung, takut, cemas, sedih,
marah, menangis, menyesali, kurang konsentrasi, gangguan tidur, beban pikiran
meningkat, menolak kehamilannya, keinginan menggugurkan kehamilannya, melakukan
upaya menggugurkan kehamilan, serta keinginan untuk menyerahkan anaknya kepada
keluarga lain/orang lain. Keluhan lain yang dilaporkan ibu adalah keluhan yang berhubungan
dengan asupan nutrisi seperti mual, muntah, kurang asupan makanan, penurunan
nafsu makan, penurunan berat badan, kurus, pucat, pusing atau sakit kepala, dan
penurunan tekanan. (Kusuma, 2019. Hal.100)
3.
Etiologi Depresi prenatal
Perubahan
hormonal yang mendadak dapat memicu terjadinya depresi biokimia pada ibu hamil.
Perubahan hormonal tersebut antara lain yakni penurunan kadar hormon estrogen,
progesteron, serta tingginya kadar hormon prolaktin dan hormon glukokortikoid.
Kebutuhan hormon estrogen yang meningkat pada ibu hamil namun kemudian
mengalami penurunan yang tiba tiba sehingga menyebabkan ibu hamil depresi disebut
dengan depresi biokimia. Selain itu, keterlibatan dari endhorpin yang merupakan
senyawa morphin alami yang dihasilkan tubuh juga berperan menimbulkan rasa senang,
namun jika hormon tersebut menurun, maka ibu akan mengalami depresi atau
dysphoria atau kesedihan. (Elfrida Simamora dkk. 2019)
4.
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya depresi
perinatal, menurut . (Ratu Kusuma, 2019) yaitu :
a. Faktor fisik / biologis
Berupa gangguan
mood pada masa kehamilan melibatkan patologi sistim limbic, ganglia basalis,
hypothalamus dan penyakit ibu seperti hipertensi, hepatitis, HIV, DMG.
b. Faktor psikologi
Faktor yang
berkontribusi terhadap kejadian depresi dalam kehamilan adalah wanita dengan
tingkat ketergantungan tinggi biasanya cenderung memiliki harga diri yang
rendah, tidak asertif dan menggunakan ruminative coping. Beberapa pakar
mengatakan seseorang merasa tertekan akan cenderung focus pada tekanan yang mereka
rasakan dan secara pasif merenung dari pada mengalihkannya atau melakukan
aktivitas untuk merubah situasi buruk tersebut. Cenderung berfikir irasional
yaitu pemikiran yang salah dalam berpikir seperti menyalahkan diri sendiri atas
ketidak beruntungan. Hal ini dapat menyebabkan pesimisme dan apatis pada ibu
hamil.
c. Faktor
psikologis
Faktor
psikologis berupa kegagalan dalam perkawinan, kurangnya dukungan dari pasangan
dan orang terdekat lainnya, hubungan yang buruk dengan suami atau mertua,
kekerasan dalam rumah tangga, riwayat gangguan afektif seperti riwayat depresi
pada kehamilan sebelumnya, riwayat depresi dalam keluarga, gangguan mood saat menstruasi.
d. Factor social
ekonomi
Menurut Fitelson
dkk, 2011 faktor social ekonomi berupa gaya hidup misalnya penggunaan zat – zat
yang berbahaya terhadap kehamilan seperti merokok, obat – obatan, alcohol dan
narkotika.
e. Faktor demografi
seperti usia ibu, pendidikan, pekerjaan, paritas, budaya atau norma yang
berlaku. (Ratu Kusuma, 2019)
5.
Alat ukur
Alat ukur yang
digunakan adalah:
a. Menggunakan EPDS
( Edinburgh postpartum depression scale) alat ini dinyatakan valid dan
reliable.
b. Menggunakan CESD
(Center For Epidemiological Studies Depression Scale Revised) yang telah di
adaptasi, semakin tinggi skor yang didapatkan subyek, maka semakin tinggi
depresi seseorang. Sebaliknya, semakin rendah skor yang di dapatkan subyek,
maka semakin rendah tingkat depresinya. (Fitrias Putri Handayani dkk.,2018)
6.
Dampak depresi dalam kehamilan
Dampak depresi
dalam kehamilan menurut Stone dkk, 2008 antara lain :
a.
Mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan janin
b.
Meningkatkan
produksi neuraladrenalin, serotonin, dan gotamin
c.
Risiko
perdarahan pada masa kehamilan
d.
Risiko
terjadinya aborsi, kelahiran premature dan BBLR (Ratu Kusuma, 2019)
D.
Kecemasan dalam kehamilan
1.
Pengertian
Cemas merupakan
suatu perasaan yang muncul ketika seseorang dihadapkan pada keadaan yang
mengancam jiwa. Cemas yang berlebihan akan menimbulkan gangguan kecemasan.
(Dean, 2016)
Kecemasan pada
ibu hamil dapat muncul karena masa panjang saat menanti kelahiran penuh
ketidakpastian dan juga bayangan tentang hal-hal yang menakutkan saat proses
persalinan. Ketakutan ini sering dirasakan pada kehamilan pertama atau
primigravida terutama dalam menghadapi persalinan (Ronalen Situmorang dkk.
2020).
2.
Gejala kecemasan dalam kehamilan
Keluhan-keluhan
yang sering ditemukan pada orang yang mengalami kecemasan antara lain (Lestari,
2015):
a.
Cemas,
khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.
b.
Merasa
tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
c.
Takut
sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
d.
Gangguan
pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
e.
Gangguan
konsentrasi dan daya ingat.
f.
Keluhan-keluhan
somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, berdebar-debar, sesak nafas,
gangguan pencernaan, gangguan perkemihan dan sakit kepala.
3.
Penyebab kecemasan dalam kehamilan
-
Meningkatnya
Hormon
Rasa cemas yang
dialami oleh ibu hamil itu disebabkan karena meningkatnya hormon progesteron
Selain membuat ibu hamil merasa cemas, peningkatan hormone itu juga menyebabkan
gangguan perasaan dan membuat ibu hamil merasa lelah. Hormone lain yang
meningkat selama kehamilan adalah hormone adrenalin dapat menimbulkan disregulasi
biokimia tubuh sehingga muncul ketegangan fisik pada ibu hamil seperti mudah
marah, gelisah, tidak mampu memusatkan pikiran, ragu – ragu bahkan mungkin
ingin lari dari kenyataan hidup. (Sri Hadi Sulistiyaningsih, dkk. 2020).
-
Penyebab
Kecemasan Menurut Kartono (2006) dalam penelitian
Prasetyani
(2016) penyebab kecemasan pada ibu hamil dalam menghadapi persalinan adalah:
a.
Takut
mati
Sekalipun
peristiwa kelahiran itu adalah fenomena fisiologis yang normal, namun tidak
terlepas diri risiko-risiko dan bahaya kematian. Bahkan pada proses kelahiran
yang normal sekalipun senantiasa disertai pendarahan dan kesakitan-kesakitan
yang hebat. Peristiwa inilah yang menimbulkan ketakutan-ketakutan, khususnya
takut mati, baik kematian dirinya sendiri maupun anak bayi yang akan di lahirkan.
b.
Trauma
kelahiran
Berkaitan dengan
perasaan takut mati yang ada pada wanita pada saat melahirkan bayinya dan
ketakutan lahir (takut dilahirkan di dunia ini) pada bayi, yang d kenal sebagai
trauma kelahiran. Trauma kelahiran ini berupa ketakutan akan berpisahnya bayi dari
rahim ibunya.
c.
Perasaan
bersalah
Wanita banyak
melakukan identifikasi terhadap ibunya dalam semua aktivitas reproduksinya.
Jika identifikasi ini menjadi salah dan wanita tersebut banyak mengembangkan
mekanisme rasa bersalah dan rasa berdosa terhadap ibunya. Maka peristiwa tadi
membuat dirinya menjadi tidak mampu berfungsi sebagai ibu yang bahagia sebab
selalu saja dibebani atau dikejar-kejar rasa berdosa. Perasaan berdosa ini erat
hubungannya dengan ketakutan akan mati pada saat ibu melahirkan bayinya.
d.
Ketakutan
riil
Pada setiap
wanita hamil, kecemasan untuk melahirkan bayinya bisa diperkuat oleh
sebab-sebab konkret lainnya. Misalnya, takut bayinya lahir cacat atau lahir
dalam kondisi patologis, takut kalau bayinya akan bernasib buruk disebabkan oleh
dosa-dosa ibu itu sendiri di masa silam. Takut kalau beban hidupnya akan
menjadi semakin berat oleh lahirnya sang bayi, munculnya elemen ketakutan yang
sangat mendalam dan tidak disadari, kalau tidak dipisahkan dari bayinya, takut
kehilangan bayinya yang sering muncul sejak masa kehamilan sampai waktu
melahirkan bayinya.
4.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kecemasan yaitu (Lestari, 2015) :
a.
Umur
Bahwa umur yang
lebih muda lebih mudah menderita stress dan cemas dari pada umur tua.
b.
Keadaan
fisik
Penyakit adalah
salah satu faktor yang menyebabkan kecemasan. Seseorang yang sedang menderita
penyakit akan lebih mudah mengalami kecemasan dibandingkan dengan orang yang
tidak sedang menderita penyakit.
c.
Sosial
budaya
Cara hidup orang
di masyarakat juga sangat memungkinkan timbulnya stress dan cemas. Individu
yang mempunyai cara hidup teratur akan mempunyai filsafat hidup yang jelas
sehingga umumnya lebih sukar mengalami stress dan cemas. Demikian juga dengan
seseorang yang keyakinan agamanya rendah.
d.
Tingkat
pendidikan
Orang yang
memiliki pendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional
dibandingkan mereka yang berpendidikan lebih rendah atau mereka yang tidak
berpendidikan. Kecemasan adalah respon yang dapat dipelajari. Dengan demikian
faktor pendidikan yang rendah menjadi faktor penunjang terjadinya kecemasan.
e.
Tingkat
pengetahuan
Pengetahuan yang
rendah mengakibatkan seseorang mudah mengalami stress dan cemas. Ketidaktahuan
terhadap suatu hal dianggap sebagai tekanan yang dapat mengakibatkan krisis dan
dapat menimbulkan kecemasan. Stress dan kecemasan dapat terjadi pada individu
dengan tingkat pengetahuan yang rendah, disebabkan karena kurangnya informasi
yang diperoleh.
5.
Alat Ukur Kecemasan Kehamilan
Menurut
penelitian Wijayanti, 2014, Pengukuran Kecemasan dengan menggunakan kuesioner
DASS yang hanya terlihat berdasarkan kualitas tidur dengan menggunakan metode
HRS-A untuk mengetahui tingkat kecemasan keseluruhan. (Sri Hadi
Sulistiyaningsih dkk, 2020).
6.
Dampak kecemasan dalam kehamilan
Adanya kecemasan
yang terdapat pada saat sedang hamil dapat meningkatkan hormon stres sehingga
dapt menyebabkan gangguan aliran darah didalam rahim serta dapat mengakibatkan
lemahnya kontraksi otot-otot dalam rahim. Hal ini dapat menyebabkan bahwa makin
lamanya proses persalinan (partus lama), risiko sectio caesaria, dan persalinan
dengan menggunakan alat seperti Vakum dan Forsep. Sedangkan resiko yang terjadi
pada bayi adalah dapat menyebabkan adanya kelainan bawaan berupa kegagalan akan
penutupan celah dipalatum, kelahiran dengan prematur, bayi dengan Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR), kegawatan (fetal distres) serta dalam jangka panjang dapat
berkaitan dengan gangguan prilaku dan emosi pada anak.(Ratu Kusuma, 2019)
E.
Pencegahan / penanganan depresi dan cemas dalam
kehamilan
1.
Informasi
Cari informasi
seputar kehamilan terutama mengenai perubahan yang terjadi dalam diri ibu
termasuk hal-hal yang perlu dihindari saat sedang mengandung agar janin tumbuh
sehat. Pengetahuan atau informasi yang tepat akan membuat ibu merasa lebih
yakin sekaligus bisa mengurangi rasa cemas yang sering muncul karena
ketidaktahuan mengenai perubahan yang terjadi.
2.
Komunikasi
dengan suami
Bicarakan
perubahan yang terjadi selama hamil dengan suami, sehingga ia juga tahu dan
dapat memaklumi perubahan yang terjadi. Apabila sudah dikomunikasikan, sang
suami akan memberikan dukungan psikologis yang dibutuhkan.
3.
Dukungan
keluarga
Dukungan
keluarga dapat membuat ibu merasa nyaman dan merasa di perhatikan sehingga akan
mempengaruhi hubungan positif juga antara ibu dan janin.
4.
Rajin
memeriksakan kehamilan
Periksakan
kehamilan secara teratur. Cari informasi dari dokter atau bidan terpercaya
mengenai kehamilan. Jangan lupa, ajaklah suami saat berkonsultasi ke dokter
atau bidan.
5.
Mengkonsumsi
makanan yang bergizi
Pahami benar
pengetahuan mengenai asupan makanan yang sehat bagi perkembangan janin.
Hindarilah mengonsumsi bahan yang dapat membahayakan janin, seperti makanan
yang mengandung zat-zat aditif, alkohol, rokok, atau obat-obatan yang tidak
dianjurkan bagi ibu hamil. Jauhkan juga zat berbahaya seperti gas buang
kendaraan yang mengandung timah hitam yang berbahaya bagi perkembangan
kecerdasan otak janin.
6.
Jaga
Penampilan
Perhatikanlah
penampilan fisik dengan menjaga kebersihan dan berpakaian yang sesuai dengan
kondisi badan yang sedang berbadan dua. Jangan lupa untuk melakukan latihan
fisik ringan, seperti berenang atau jalan kaki ringan untuk memperlancar
sirkulasi darah dan membuat ibu menjadi lebih rileks sehingga keadaan emosinal
dapat terjaga.
7.
Mendengarkan
music klasik
Music dapat
memberikan energy dan perintah melalui irama sehingga musik dengan tempo yang
tepat dapat membantu wanita mengatur pernafasannya sehingga di samping dapat
mengurangi kecemasan juga dapat mengurangi nyeri yang dirasakan pasien.
(Rusfiani, 2016)
8.
Senam
hamil
Senam hamil
bertujuan sebagai pengalihan perhatian, mengurangi kecemasan dan tekanan,
menenangkan pikiran, meningkatkan kualitas tidur, membantu mengurangi kontipasi
dan merangsang nafsu makan.seperti jalan pagi, aerobic, senam air.
9.
Prenatal
yoga
Prenatal yoga
adalah suatu olah tubuh, pikiran dan mental yang sangat membantu ibu hamil
dalam melenturkan persendian dan menenangkan pikiran terutama pada ibu hamil
trimester II dan III. Relaksasi yang dihasilkan dari latihan yoga dapat membuat
ibu hamil menjalani hari-harinya dengan tenang, juga mampu mengurangi rasa
takut akan proses persalinan. (Sri Hadi Sulistiyaningsih, dkk. 2020)
10. Hypnobirthing
Hypnobirthing
adalah kombinasi pernapasan, relaksasi yang mendalam dan teknik visualisasi
yang digunakan bersama pemikiran dan bahasa positif. ( Zatika, 2018).
Hypnobirthing
akan membantu ibu hamil untuk mencapai kondisi yang senantiasa rileks dan tenang,
dimana efek dari kondisi ini akan berpengaruh pada ibu hamil dan lingkungannya
hingga proses persalinan. Dengan kondisi rileks, gelombang otak akan menjadi
lebih tenang sehingga dapat menerima masukan baru yang kemudian akan menimbulkan
reaksi positif pada tubuh, dan sangat memungkinkan jika tubuh ibu akan
mengikuti masukan baru yang diniatkan. Wanita hamil yang terlatih relaksasi
akan mampu “merasakan” dan ber”komunikasi” dengan seluruh organ perangkat
proses persalinannya, seperti otot-otot rahim dengan kontraksinya, mulut rahim
dengan proses pembukaannya, sehingga terbentuk kerjasama yang manis, yang bisa
membuat proses keluarnya bayi berjalan lancar tanpa rasa sakit (Aprillia,
2019).
F.
Asuhan Kebidanan yang dapat diberikan kepada ibu
hamil dengan depresi dan cemas dalam kehamilan.
1.
Menganjurkan
ibu untuk melakukan pemeriksaan ANC secara rutin
2.
Jalin
komunikasi yang baik dengan ibu sehingga ibu merasa diperhatikan dan terbuka
dalam mengkomunikasikan permasalahan yang sedang dialaminya.
3.
Memberitahu
tahu ibu tentang perubahan-perubahan psikologis yang mungkin terjadi selama
kehamilan
4.
Memberitahu
ibu dampak masalah psikologis yang dihadapi oleh ibu terhadap janin yang
dikandungnya
5.
Rencana
jangka panjang menganjurkan ibu untuk menggunakan kontrasepsi, jika terkait
masalah ekonomi beritahu ibu beberapa alternative metode kontrasepsi yang dapat
digunakan oleh ibu.
6.
Menganjurkan
ibu untuk mencari pihak ketiga sebagai penengah seperti keluarga atau orang tua
sehingga diharapkan permasalahan dapat terselesaikan dengan baik secara
kekeluargaan
7.
Menganjurkan
ibu untuk komunikasikan permasalahan yang dialami dalam rumah tangga nya dengan
suami secara baik dan terbuka, diharapkan suami dapat memahami dan memberikan
dukungan psikologis terhadap kehamilan ibu.
8.
Anjurkan
ibu untuk mengikut sertakan suami ketika melakukan kunjungan antenatal sehingga
bidan lebih mudah dalam menyampaikan konseling .
9.
Memberikan
pendampingan psikologis dan pelayanan pengobatan fisik korban jika diketahui
ibu mengalami kekerasan fisik
10. Jika terjadi
permasalahan yang lebih berat pada ibu sampai menyebabkan depresi berat pada
ibu segera fasilitasi ibu untuk berkonsultasi dengan psikiater, karena sudah
tidak menjadi wewenang seorang bidan lagi. (Ayu Nurdiyan,
2016)
Sumber :
ADAA
(Anxiety and Depression Association of 36 Jurnal Kebidanan, Vol. XII, No. 01,
Juni 2020 America) Antenatal terhadap Tingkat Kecemasan pada Ibu Hamil Tw III
dalam Menghadapi Proses Persalinan Di Klinik Yayasan Bumi Sehat. Jurnal
Kesehatan Terpadu, 1(1). Hal.469
Ayu
Nurdiyan, Yulizawati, Lusiana Elsinta B, Detty Iryani, Aldina Ayunda Insani.
2016. Implementation Of Cambridge Worry Scale As A Psychological Assesment In
Antenatal Care Routine. Hal.31-37.
Buku
Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan, 2019 Dean, E. 2016. Anxiety. Clinic alupdate .
nursing standard .com (www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2740
6490)
Estimates,
G. H. (2017). World Health Organization Report - Depression and Other Common
Mental Disorders: Global Health Estimates.
Elfrida
Simamora dkk. 2019. Penggunaan M-Health Dalam Melakukan Implementasi Skrining
Gejala Depresi Ibu Hamil Pada Kunjungan Antenatal Care (ANC): A Literature
Review. Jurnal Mitra Kesehatan Vol 2 No.2
Fitrias
Putri Handayani dkk.,2018. Depresi dan Kesejahteraan Spritual pada Ibu Hamil
Resiko Tinggi. Jurnal Psikologi Teori dan Terapan. Vol.8, No.2, 145-153.
Kesehatan,
K. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018.
Kusuma,
R. (2018). Studi kualitatif: Pengalaman adaptasi ibu hamil. Jurnal Akademika
Baiturrahim, 7 (2), 148-164).
Lestari,
T. (2015). Kumpulan Teori Untuk Kajian Puataka Penelitian Kesehatan (Cetakan
1). yogyakarta: nuha medika
Nur
Fita Romalasari. 2020. Hubungan Antara Dukungan Suami Dan Partisipasi Mengikuti
Kelas Ibu Hamil Dengan Kecemasan Menghadapi Persalinan Pada Ibu Hamil
Primigravida Trimester III. Jurnal Bimbingan dan Konseling. Vol4
No.2
Ratu
Kusuma. (2019). Karakteristik Ibu yang mengalami Depresi dalam Kehamilan.
Jurnal Akademika Baiturrahim. Vol.8. No.1. hal. 99-106.
Ronalen.Vitrilina.2020.
Kehamilan dan Prenatal Yoga.Elmarkazi.Bengkulu
Rusfiani,
A.Rodiani (2016). Hubungan Premenstrual Syndrome (PMS) terhadap Faktor
Psikologis pada Remaja. Jurnal, 5(1), 19.
Silva,
M. M. de J. et al. (2017) „Anxiety in pregnancy: prevalence and associated
Aswitami,
N. G. A. P. (2017). Pengaruh Yoga
Siti
Tyastuti. 2016. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan.hal.82-84
Sri
Hadi Sulistiyaningsih, dkk. 2020. Pengaruh Prenatal Gentle Yoga Terhadap Tingkat
Kecemasan Ibu Hamil Primigravida Trimester III. Jurnal Kebidanan.
12(01) 1-110.
Tati
Nurhayati, Yulmaida Amid. 2020. Analisis Kesehatan Mental Ibu Hamil, Faktor
Penyebab dan Kebutuhan Dukungan Sosial Kota Bekasi.
Prasetyani,
I. 2016. Hubungan Pendampingan Suami dengan Tingkat Kecemasan pasien pre
Operasi Sectio Caesarea di Bangsal Melati RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso
Wonogiri. Skripsi. Program S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma
Husada (STIKESKH).
Yulinda
Y, Purwaningsih D, Sudarta CM. Latihan Yoga Dapat Menurunkan Tingkat Kecemasan
pada Siklus Mentruasi Remaja Puteri. J Ners dan Kebidanan Indones.
2017;5(1):20. doi:10.21927/jnki.2017.5(1).20-2 6
No comments:
Post a Comment