Tuesday 23 March 2021

ASUHAN KEBIDANAN PADA GANGGUAN DEPRESI DAN CEMAS SELAMA KEHAMILAN

 

A.    Defenisi Kehamilan

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus kira – kira 280 hari (40 minggu), dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Kehamilan 40 minggu ini disebut kehamilan matur (cukup bulan). Bila kehamilan lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur. Kehamilan antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilan premature. (Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan, 2019).

Kehamilan bagi seorang wanita merupakan hal yang membahagiakan sekaligus menggelisahkan. Kebahagiaan tersebut karena akan memperoleh keturunan sebagai pelengkap dan penyempurnaan sebagai wanita, namun juga menggelisahkan karena penuh dengan perasaan takut dan cemas mengenai hal-hal buruk yang dapat menimpa dirinya terutama pada saat proses persalinan (Nasir, 2015).

 

B.     Perubahan psikologi pada ibu hamil

1.      Perubahan psikologi pada ibu hamil trimester I.

a.       Ibu merasa tidak sehat dan kadang merasa benci dengan kehamilannya

b.      Kadang muncul penolakan, kekecewaan, kecemasan dan kesedihan. Bahkan ibu berharap dirinya tidak hamil

c.       Ibu selalu mencari tanda – tanda apakah ia benar – benar hamil. Hal ini dilakukan hanya sekedar untuk meyakinkan dirinya

d.      Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu mendapat perhatian dengan saksama

e.       Ketidakstabilan emosi dan suasana hati

2.      Perubahan psikologi pada ibu hamil trimester II

a.       Ibu sudah merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormone yang tinggi

b.      Ibu sudah bisa menerima kehamilannya

c.       Ibu sudah dapat merasakan gerakan bayi

d.      Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran

e.       Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan bagian dari dirinya

f.       Hubungan social meningkat dengan wanita hamil lainnya/ pada orang lain.

g.      Ketertarikan dan aktifitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran, dan persiapan untuk peran baru

h.      Perut ibu belum terlalu besar sehingga belum dirasa beban oleh ibu.

3.      Perubahan yang terjadi pada trimester III

a.       Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh dan tidak menarik.

b.      Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu

c.       Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada saat melahirkan, khawatir akan keselamatannya.

d.      Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.

e.       Ibu tidak sabar menunggu kelahiran bayinya

f.       Semakin ingin menyudahi kehamilannya

g.      Aktif mempersiapkan kelahiran bayinya

h.      Bermimpi dan berkhayal tentang bayinya.

 

C.    Depresi dalam kehamilan

1.      Pengertian

Depresi merupakan salah satu gangguan mood yang ditandai oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderita berat. Mood adalah keadaan emosional internal yang meresap dari seseorang, dan bukan efek, yaitu ekspresi dari isi emosional saat itu (Lestari, 2015).

Depresi dalam kehamilan adalah perasaan tertekan, terpuruk, tidak berguna, kehilangan semangat hidup yang dirasakan seseorang ketika sedang menjalani masa kehamilan. (Tati Nurhayati dkk. 2020).

2.      Tanda dan gejala depresi pada ibu hamil

Tanda dan gajala depresi pada ibu hamil antara lain : panik, bingung, takut, cemas, sedih, marah, menangis, menyesali, kurang konsentrasi, gangguan tidur, beban pikiran meningkat, menolak kehamilannya, keinginan menggugurkan kehamilannya, melakukan upaya menggugurkan kehamilan, serta keinginan untuk menyerahkan anaknya kepada keluarga lain/orang lain. Keluhan lain yang dilaporkan ibu adalah keluhan yang berhubungan dengan asupan nutrisi seperti mual, muntah, kurang asupan makanan, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, kurus, pucat, pusing atau sakit kepala, dan penurunan tekanan. (Kusuma, 2019. Hal.100)

3.      Etiologi Depresi prenatal

Perubahan hormonal yang mendadak dapat memicu terjadinya depresi biokimia pada ibu hamil. Perubahan hormonal tersebut antara lain yakni penurunan kadar hormon estrogen, progesteron, serta tingginya kadar hormon prolaktin dan hormon glukokortikoid. Kebutuhan hormon estrogen yang meningkat pada ibu hamil namun kemudian mengalami penurunan yang tiba tiba sehingga menyebabkan ibu hamil depresi disebut dengan depresi biokimia. Selain itu, keterlibatan dari endhorpin yang merupakan senyawa morphin alami yang dihasilkan tubuh juga berperan menimbulkan rasa senang, namun jika hormon tersebut menurun, maka ibu akan mengalami depresi atau dysphoria atau kesedihan. (Elfrida Simamora dkk. 2019)

4.      Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya depresi perinatal, menurut . (Ratu Kusuma, 2019) yaitu :

a.       Faktor fisik / biologis

Berupa gangguan mood pada masa kehamilan melibatkan patologi sistim limbic, ganglia basalis, hypothalamus dan penyakit ibu seperti hipertensi, hepatitis, HIV, DMG.

b.      Faktor psikologi

Faktor yang berkontribusi terhadap kejadian depresi dalam kehamilan adalah wanita dengan tingkat ketergantungan tinggi biasanya cenderung memiliki harga diri yang rendah, tidak asertif dan menggunakan ruminative coping. Beberapa pakar mengatakan seseorang merasa tertekan akan cenderung focus pada tekanan yang mereka rasakan dan secara pasif merenung dari pada mengalihkannya atau melakukan aktivitas untuk merubah situasi buruk tersebut. Cenderung berfikir irasional yaitu pemikiran yang salah dalam berpikir seperti menyalahkan diri sendiri atas ketidak beruntungan. Hal ini dapat menyebabkan pesimisme dan apatis pada ibu hamil.

c.       Faktor psikologis

Faktor psikologis berupa kegagalan dalam perkawinan, kurangnya dukungan dari pasangan dan orang terdekat lainnya, hubungan yang buruk dengan suami atau mertua, kekerasan dalam rumah tangga, riwayat gangguan afektif seperti riwayat depresi pada kehamilan sebelumnya, riwayat depresi dalam keluarga, gangguan mood saat menstruasi.

d.      Factor social ekonomi

Menurut Fitelson dkk, 2011 faktor social ekonomi berupa gaya hidup misalnya penggunaan zat – zat yang berbahaya terhadap kehamilan seperti merokok, obat – obatan, alcohol dan narkotika.

e.       Faktor demografi seperti usia ibu, pendidikan, pekerjaan, paritas, budaya atau norma yang berlaku. (Ratu Kusuma, 2019)

5.      Alat ukur

Alat ukur yang digunakan adalah:

a.       Menggunakan EPDS ( Edinburgh postpartum depression scale) alat ini dinyatakan valid dan reliable.

b.      Menggunakan CESD (Center For Epidemiological Studies Depression Scale Revised) yang telah di adaptasi, semakin tinggi skor yang didapatkan subyek, maka semakin tinggi depresi seseorang. Sebaliknya, semakin rendah skor yang di dapatkan subyek, maka semakin rendah tingkat depresinya. (Fitrias Putri Handayani dkk.,2018)

6.      Dampak depresi dalam kehamilan

Dampak depresi dalam kehamilan menurut Stone dkk, 2008 antara lain :

a.       Mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin

b.      Meningkatkan produksi neuraladrenalin, serotonin, dan gotamin

c.       Risiko perdarahan pada masa kehamilan

d.      Risiko terjadinya aborsi, kelahiran premature dan BBLR (Ratu Kusuma, 2019)

D.    Kecemasan dalam kehamilan

1.      Pengertian

Cemas merupakan suatu perasaan yang muncul ketika seseorang dihadapkan pada keadaan yang mengancam jiwa. Cemas yang berlebihan akan menimbulkan gangguan kecemasan. (Dean, 2016)

Kecemasan pada ibu hamil dapat muncul karena masa panjang saat menanti kelahiran penuh ketidakpastian dan juga bayangan tentang hal-hal yang menakutkan saat proses persalinan. Ketakutan ini sering dirasakan pada kehamilan pertama atau primigravida terutama dalam menghadapi persalinan (Ronalen Situmorang dkk. 2020).

2.      Gejala kecemasan dalam kehamilan

Keluhan-keluhan yang sering ditemukan pada orang yang mengalami kecemasan antara lain (Lestari, 2015):

a.       Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.

b.      Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.

c.       Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.

d.      Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.

e.       Gangguan konsentrasi dan daya ingat.

f.       Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan dan sakit kepala.

3.      Penyebab kecemasan dalam kehamilan

-          Meningkatnya Hormon

Rasa cemas yang dialami oleh ibu hamil itu disebabkan karena meningkatnya hormon progesteron Selain membuat ibu hamil merasa cemas, peningkatan hormone itu juga menyebabkan gangguan perasaan dan membuat ibu hamil merasa lelah. Hormone lain yang meningkat selama kehamilan adalah hormone adrenalin dapat menimbulkan disregulasi biokimia tubuh sehingga muncul ketegangan fisik pada ibu hamil seperti mudah marah, gelisah, tidak mampu memusatkan pikiran, ragu – ragu bahkan mungkin ingin lari dari kenyataan hidup. (Sri Hadi Sulistiyaningsih, dkk. 2020).

-          Penyebab Kecemasan Menurut Kartono (2006) dalam penelitian

Prasetyani (2016) penyebab kecemasan pada ibu hamil dalam menghadapi persalinan adalah:

a.       Takut mati

Sekalipun peristiwa kelahiran itu adalah fenomena fisiologis yang normal, namun tidak terlepas diri risiko-risiko dan bahaya kematian. Bahkan pada proses kelahiran yang normal sekalipun senantiasa disertai pendarahan dan kesakitan-kesakitan yang hebat. Peristiwa inilah yang menimbulkan ketakutan-ketakutan, khususnya takut mati, baik kematian dirinya sendiri maupun anak bayi yang akan di lahirkan.

b.      Trauma kelahiran

Berkaitan dengan perasaan takut mati yang ada pada wanita pada saat melahirkan bayinya dan ketakutan lahir (takut dilahirkan di dunia ini) pada bayi, yang d kenal sebagai trauma kelahiran. Trauma kelahiran ini berupa ketakutan akan berpisahnya bayi dari rahim ibunya.

c.       Perasaan bersalah

Wanita banyak melakukan identifikasi terhadap ibunya dalam semua aktivitas reproduksinya. Jika identifikasi ini menjadi salah dan wanita tersebut banyak mengembangkan mekanisme rasa bersalah dan rasa berdosa terhadap ibunya. Maka peristiwa tadi membuat dirinya menjadi tidak mampu berfungsi sebagai ibu yang bahagia sebab selalu saja dibebani atau dikejar-kejar rasa berdosa. Perasaan berdosa ini erat hubungannya dengan ketakutan akan mati pada saat ibu melahirkan bayinya.

d.      Ketakutan riil

Pada setiap wanita hamil, kecemasan untuk melahirkan bayinya bisa diperkuat oleh sebab-sebab konkret lainnya. Misalnya, takut bayinya lahir cacat atau lahir dalam kondisi patologis, takut kalau bayinya akan bernasib buruk disebabkan oleh dosa-dosa ibu itu sendiri di masa silam. Takut kalau beban hidupnya akan menjadi semakin berat oleh lahirnya sang bayi, munculnya elemen ketakutan yang sangat mendalam dan tidak disadari, kalau tidak dipisahkan dari bayinya, takut kehilangan bayinya yang sering muncul sejak masa kehamilan sampai waktu melahirkan bayinya.

4.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu (Lestari, 2015) :

a.       Umur

Bahwa umur yang lebih muda lebih mudah menderita stress dan cemas dari pada umur tua.

b.      Keadaan fisik

Penyakit adalah salah satu faktor yang menyebabkan kecemasan. Seseorang yang sedang menderita penyakit akan lebih mudah mengalami kecemasan dibandingkan dengan orang yang tidak sedang menderita penyakit.

c.       Sosial budaya

Cara hidup orang di masyarakat juga sangat memungkinkan timbulnya stress dan cemas. Individu yang mempunyai cara hidup teratur akan mempunyai filsafat hidup yang jelas sehingga umumnya lebih sukar mengalami stress dan cemas. Demikian juga dengan seseorang yang keyakinan agamanya rendah.

d.      Tingkat pendidikan

Orang yang memiliki pendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan mereka yang berpendidikan lebih rendah atau mereka yang tidak berpendidikan. Kecemasan adalah respon yang dapat dipelajari. Dengan demikian faktor pendidikan yang rendah menjadi faktor penunjang terjadinya kecemasan.

e.       Tingkat pengetahuan

Pengetahuan yang rendah mengakibatkan seseorang mudah mengalami stress dan cemas. Ketidaktahuan terhadap suatu hal dianggap sebagai tekanan yang dapat mengakibatkan krisis dan dapat menimbulkan kecemasan. Stress dan kecemasan dapat terjadi pada individu dengan tingkat pengetahuan yang rendah, disebabkan karena kurangnya informasi yang diperoleh.

5.      Alat Ukur Kecemasan Kehamilan

Menurut penelitian Wijayanti, 2014, Pengukuran Kecemasan dengan menggunakan kuesioner DASS yang hanya terlihat berdasarkan kualitas tidur dengan menggunakan metode HRS-A untuk mengetahui tingkat kecemasan keseluruhan. (Sri Hadi Sulistiyaningsih dkk, 2020).

6.      Dampak kecemasan dalam kehamilan

Adanya kecemasan yang terdapat pada saat sedang hamil dapat meningkatkan hormon stres sehingga dapt menyebabkan gangguan aliran darah didalam rahim serta dapat mengakibatkan lemahnya kontraksi otot-otot dalam rahim. Hal ini dapat menyebabkan bahwa makin lamanya proses persalinan (partus lama), risiko sectio caesaria, dan persalinan dengan menggunakan alat seperti Vakum dan Forsep. Sedangkan resiko yang terjadi pada bayi adalah dapat menyebabkan adanya kelainan bawaan berupa kegagalan akan penutupan celah dipalatum, kelahiran dengan prematur, bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), kegawatan (fetal distres) serta dalam jangka panjang dapat berkaitan dengan gangguan prilaku dan emosi pada anak.(Ratu Kusuma, 2019)

E.     Pencegahan / penanganan depresi dan cemas dalam kehamilan

1.      Informasi

Cari informasi seputar kehamilan terutama mengenai perubahan yang terjadi dalam diri ibu termasuk hal-hal yang perlu dihindari saat sedang mengandung agar janin tumbuh sehat. Pengetahuan atau informasi yang tepat akan membuat ibu merasa lebih yakin sekaligus bisa mengurangi rasa cemas yang sering muncul karena ketidaktahuan mengenai perubahan yang terjadi.

2.      Komunikasi dengan suami

Bicarakan perubahan yang terjadi selama hamil dengan suami, sehingga ia juga tahu dan dapat memaklumi perubahan yang terjadi. Apabila sudah dikomunikasikan, sang suami akan memberikan dukungan psikologis yang dibutuhkan.

3.      Dukungan keluarga

Dukungan keluarga dapat membuat ibu merasa nyaman dan merasa di perhatikan sehingga akan mempengaruhi hubungan positif juga antara ibu dan janin.

4.      Rajin memeriksakan kehamilan

Periksakan kehamilan secara teratur. Cari informasi dari dokter atau bidan terpercaya mengenai kehamilan. Jangan lupa, ajaklah suami saat berkonsultasi ke dokter atau bidan.

5.      Mengkonsumsi makanan yang bergizi

Pahami benar pengetahuan mengenai asupan makanan yang sehat bagi perkembangan janin. Hindarilah mengonsumsi bahan yang dapat membahayakan janin, seperti makanan yang mengandung zat-zat aditif, alkohol, rokok, atau obat-obatan yang tidak dianjurkan bagi ibu hamil. Jauhkan juga zat berbahaya seperti gas buang kendaraan yang mengandung timah hitam yang berbahaya bagi perkembangan kecerdasan otak janin.

6.      Jaga Penampilan

Perhatikanlah penampilan fisik dengan menjaga kebersihan dan berpakaian yang sesuai dengan kondisi badan yang sedang berbadan dua. Jangan lupa untuk melakukan latihan fisik ringan, seperti berenang atau jalan kaki ringan untuk memperlancar sirkulasi darah dan membuat ibu menjadi lebih rileks sehingga keadaan emosinal dapat terjaga.

7.      Mendengarkan music klasik

Music dapat memberikan energy dan perintah melalui irama sehingga musik dengan tempo yang tepat dapat membantu wanita mengatur pernafasannya sehingga di samping dapat mengurangi kecemasan juga dapat mengurangi nyeri yang dirasakan pasien. (Rusfiani, 2016)

8.      Senam hamil

Senam hamil bertujuan sebagai pengalihan perhatian, mengurangi kecemasan dan tekanan, menenangkan pikiran, meningkatkan kualitas tidur, membantu mengurangi kontipasi dan merangsang nafsu makan.seperti jalan pagi, aerobic, senam air.

9.      Prenatal yoga

Prenatal yoga adalah suatu olah tubuh, pikiran dan mental yang sangat membantu ibu hamil dalam melenturkan persendian dan menenangkan pikiran terutama pada ibu hamil trimester II dan III. Relaksasi yang dihasilkan dari latihan yoga dapat membuat ibu hamil menjalani hari-harinya dengan tenang, juga mampu mengurangi rasa takut akan proses persalinan. (Sri Hadi Sulistiyaningsih, dkk. 2020)

10.  Hypnobirthing

Hypnobirthing adalah kombinasi pernapasan, relaksasi yang mendalam dan teknik visualisasi yang digunakan bersama pemikiran dan bahasa positif. ( Zatika, 2018).

Hypnobirthing akan membantu ibu hamil untuk mencapai kondisi yang senantiasa rileks dan tenang, dimana efek dari kondisi ini akan berpengaruh pada ibu hamil dan lingkungannya hingga proses persalinan. Dengan kondisi rileks, gelombang otak akan menjadi lebih tenang sehingga dapat menerima masukan baru yang kemudian akan menimbulkan reaksi positif pada tubuh, dan sangat memungkinkan jika tubuh ibu akan mengikuti masukan baru yang diniatkan. Wanita hamil yang terlatih relaksasi akan mampu “merasakan” dan ber”komunikasi” dengan seluruh organ perangkat proses persalinannya, seperti otot-otot rahim dengan kontraksinya, mulut rahim dengan proses pembukaannya, sehingga terbentuk kerjasama yang manis, yang bisa membuat proses keluarnya bayi berjalan lancar tanpa rasa sakit (Aprillia, 2019).

F.     Asuhan Kebidanan yang dapat diberikan kepada ibu hamil dengan depresi dan cemas dalam kehamilan.

1.      Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan ANC secara rutin

2.      Jalin komunikasi yang baik dengan ibu sehingga ibu merasa diperhatikan dan terbuka dalam mengkomunikasikan permasalahan yang sedang dialaminya.

3.      Memberitahu tahu ibu tentang perubahan-perubahan psikologis yang mungkin terjadi selama kehamilan

4.      Memberitahu ibu dampak masalah psikologis yang dihadapi oleh ibu terhadap janin yang dikandungnya

5.      Rencana jangka panjang menganjurkan ibu untuk menggunakan kontrasepsi, jika terkait masalah ekonomi beritahu ibu beberapa alternative metode kontrasepsi yang dapat digunakan oleh ibu.

6.      Menganjurkan ibu untuk mencari pihak ketiga sebagai penengah seperti keluarga atau orang tua sehingga diharapkan permasalahan dapat terselesaikan dengan baik secara kekeluargaan

7.      Menganjurkan ibu untuk komunikasikan permasalahan yang dialami dalam rumah tangga nya dengan suami secara baik dan terbuka, diharapkan suami dapat memahami dan memberikan dukungan psikologis terhadap kehamilan ibu.

8.      Anjurkan ibu untuk mengikut sertakan suami ketika melakukan kunjungan antenatal sehingga bidan lebih mudah dalam menyampaikan konseling .

9.      Memberikan pendampingan psikologis dan pelayanan pengobatan fisik korban jika diketahui ibu mengalami kekerasan fisik

10.  Jika terjadi permasalahan yang lebih berat pada ibu sampai menyebabkan depresi berat pada ibu segera fasilitasi ibu untuk berkonsultasi dengan psikiater, karena sudah tidak menjadi wewenang seorang bidan lagi. (Ayu Nurdiyan, 2016)

 

Sumber :

ADAA (Anxiety and Depression Association of 36 Jurnal Kebidanan, Vol. XII, No. 01, Juni 2020 America) Antenatal terhadap Tingkat Kecemasan pada Ibu Hamil Tw III dalam Menghadapi Proses Persalinan Di Klinik Yayasan Bumi Sehat. Jurnal Kesehatan Terpadu, 1(1). Hal.469

Ayu Nurdiyan, Yulizawati, Lusiana Elsinta B, Detty Iryani, Aldina Ayunda Insani. 2016. Implementation Of Cambridge Worry Scale As A Psychological Assesment In Antenatal Care Routine. Hal.31-37.

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan, 2019 Dean, E. 2016. Anxiety. Clinic alupdate . nursing standard .com (www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2740 6490)

Estimates, G. H. (2017). World Health Organization Report - Depression and Other Common Mental Disorders: Global Health Estimates.

Elfrida Simamora dkk. 2019. Penggunaan M-Health Dalam Melakukan Implementasi Skrining Gejala Depresi Ibu Hamil Pada Kunjungan Antenatal Care (ANC): A Literature Review. Jurnal Mitra Kesehatan Vol 2 No.2

Fitrias Putri Handayani dkk.,2018. Depresi dan Kesejahteraan Spritual pada Ibu Hamil Resiko Tinggi. Jurnal Psikologi Teori dan Terapan. Vol.8, No.2, 145-153.

Kesehatan, K. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018.

Kusuma, R. (2018). Studi kualitatif: Pengalaman adaptasi ibu hamil. Jurnal Akademika Baiturrahim, 7 (2), 148-164).

Lestari, T. (2015). Kumpulan Teori Untuk Kajian Puataka Penelitian Kesehatan (Cetakan 1). yogyakarta: nuha medika

Nur Fita Romalasari. 2020. Hubungan Antara Dukungan Suami Dan Partisipasi Mengikuti Kelas Ibu Hamil Dengan Kecemasan Menghadapi Persalinan Pada Ibu Hamil Primigravida Trimester III. Jurnal Bimbingan dan Konseling. Vol4 No.2

Ratu Kusuma. (2019). Karakteristik Ibu yang mengalami Depresi dalam Kehamilan. Jurnal Akademika Baiturrahim. Vol.8. No.1. hal. 99-106.

Ronalen.Vitrilina.2020. Kehamilan dan Prenatal Yoga.Elmarkazi.Bengkulu

Rusfiani, A.Rodiani (2016). Hubungan Premenstrual Syndrome (PMS) terhadap Faktor Psikologis pada Remaja. Jurnal, 5(1), 19.

Silva, M. M. de J. et al. (2017) „Anxiety in pregnancy: prevalence and associated

Aswitami, N. G. A. P. (2017). Pengaruh Yoga

Siti Tyastuti. 2016. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan.hal.82-84

Sri Hadi Sulistiyaningsih, dkk. 2020. Pengaruh Prenatal Gentle Yoga Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Primigravida Trimester III. Jurnal Kebidanan. 12(01) 1-110.

Tati Nurhayati, Yulmaida Amid. 2020. Analisis Kesehatan Mental Ibu Hamil, Faktor Penyebab dan Kebutuhan Dukungan Sosial Kota Bekasi.

Prasetyani, I. 2016. Hubungan Pendampingan Suami dengan Tingkat Kecemasan pasien pre Operasi Sectio Caesarea di Bangsal Melati RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Skripsi. Program S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada (STIKESKH).

Yulinda Y, Purwaningsih D, Sudarta CM. Latihan Yoga Dapat Menurunkan Tingkat Kecemasan pada Siklus Mentruasi Remaja Puteri. J Ners dan Kebidanan Indones. 2017;5(1):20. doi:10.21927/jnki.2017.5(1).20-2 6

No comments:

Post a Comment