The
Neurobiological Impact of Postpartum Maternal Depression: Prevention and
Intervention Approaches
Sumber :
Published in final edited form as:
Child Adolesc Psychiatr
Clin N Am. 2016 April ; 25(2): 179–200. doi:10.1016/j.chc.2015.11.001.
Stacy S. Drury, MD, PhD1, Laura
Scaramella, PhD2, and Charles H. Zeanah, MD1
1Department
of Psychiatry and Behavioral Sciences, Tulane University
2Department
of Psychology, The University of New Orleans
A.
Latar
Belakang
Depresi pasca melahirkan
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang signifikan dengan perkiraan
prevalensi berkisar antara 12-19% dan implikasi negatif yang jelas untuk
kesehatan dan kesehatan ibu dan bayi. Menggunakan
data dari Survei Epidemiologi Nasional, Le
Strat, Dubertret, dan Le Foll (2011) telah
membandingkan wanita yang saat ii atau masa lalu dengan dan tanpa depresi. Ibu
yang depresi cenderung berusia di bawah 25 tahun, pendapatan lebih rendah, dan
kurang berpendidikan, pengangguran, dan perubahan status perkawinan.. Resiko
depresi pasca melahirkan dikaitkan dengan peningkatan tekanan hidup.
Beberapa perkiraan menunjukkan bahwa
hampir 40 persen dengan anak di bawah 3
tahun dan yang tinggal di pekotaan memiliki masa hidup tinggi atau risiko
depresi yang tinggi. Munculnya depresi pasca meahirkan dimulai dengan munculnya
post partum blues. Biasanya terjadi 2 minggu pasca persalinan dengan penurunan
kadar hormone sirkulasi dan dieresis besar setelah melahirkkan. Gejalanya umumnya berumur pendek dan termasuk tangisan,
kebingungan, mood lability, kegelisahan, dan kesedihan.
Kira kira 20 persen ibu bersalin mengaami post partum blues yang kemudian PPD.
Tujuan ideal dari semua upaya
kesehatan masyarakat berpusat pada pencegahan. Dalam kasus dampak PPD yang
langgeng pada perkembangan bayi, upaya pencegahan dapat mencegah depresi ibu
dan efek negatif pada pengembangan dan kesehatan bayi.
Pada bulan Mei 2015 American
College of Obstetricians and Gynecologists merilis sebuah komite mengenai
skrining untuk depresi perinatal. Laporan ini
mencatat bahwa gejala PPD sering tidak dikenali dan kurang dilaporkan karena
kegagalan kedua penyedia dan ibu untuk membedakan antara perubahan fisiologis
normal dan gejala patologis.
B.
Pengertian
Pengertian neurobiologi adalah sebuah
cabang ilmu yang mempelajari tentang kinerja sistem saraf, fisiologi dan
hubungannya dengan perilaku manusia. Neurobiologi merupakan suatu pengetahuan
yang mempelajari tentang sistem saraf.
Depresi adalah salah
satu gangguan kesehatan mental yang terjadi sedikitnya selama dua minggu atau
lebih yang memengaruhi pola pikir, perasaan, suasana hati (mood) dan cara
menghadapi aktivitas sehari-hari.
Depresi pasca-melahirkan atau postpartum depression adalah jenis depresi yang banyak dialami oleh wanita setelah
melahirkan. Depresi yang terjadi setelah melahirkan adalah masalah umum yang
mempengaruhi sekitar 13 persen wanita di seluruh dunia, terlebih di negara
berkembang. Namun banyak wanita yang bahkan tidak menyadari bahwa mereka sedang
mengalami kondisi ini. Depresi yang biasa
terjadi pada enam minggu pertama setelah melahirkan ini berbeda dengan baby blues
yang umumnya dapat mereda dalam hitungan hari atau minggu. Jika tidak ditangani
dengan baik, depresi pasca-melahirkan dapat
berlangsung dalam jangka panjang dengan akibat yang tidak kalah berbahaya
dibandingkan bentuk depresi serius lainnya.
Baby blues adalah salah satu depresi
yang menghampiri ibu pasca persalinan, baby blues terjadi dalam beberapa minggu
dengan perasaan cemas, sedih, perubahan suasana hati, hingga sering menangis. Hubungan antara depresi ibu dan hasil negatif bayi telah
dijelaskan, sebagian, oleh dampak depresi terhadap perilaku interaksi maternal
dan kognisi ibu yang menyimpang tentang bayinya dan tentang mengasuh anak.
Meta-analisis penelitian yang melaporkan dampak depresi ibu pada perilaku ibu
mencatat bahwa ibu yang depresi lebih mudah tersinggung dan bermusuhan, kurang
terlibat dengan bayi mereka, kurang berinteraksi bayi mereka dan menunjukkan penurunan emosi positif dan
kehangatan. Ibu yang depresi juga mungkin lebih agresif dalam strategi mengasuh
anak mereka dan kurang responsif terhadap keturunan mereka.
C.
Penyebab
Sebelum ibu pasca melahirkan mengalami
deprsi setelah melahirkan, awalnya dimulai dengan munculnya post partum blues.
Gejala umumnya ibu pasca melahirkan akan lebih sering menangis, kebingungan,
mood lability, kegelisahan, dan kesedihan. Saat ini tidak ada hubungannya post
partum blues meningkat ke postpartum depression terhadap efek buruk pada anak.
Mengingat karena post partum blues hanya bersifat sekilas sedangkan post partum
depression terjadi dalam jangka panjang.
Gejala Post Partum Deprssion (PPD) atau
depresi pasca melahirkan, berbeda dengan gejala pada post partum blues. Gejala
PPD sesuai dengan depresi mayor dan meliputi kesedihan, kehilangan minat pada
aktivotas yang sebellumnya menyenangkan,gangguan tidur, kehilangan energy,
perubahan berat badan, kurangnya konsentrasi, memiliki perasaan tidak berharga
atau bersalah, dan faktor pikiran untuk mengahiri hidup. Jika ibu sudah mengalami
post partum depresi yang parah dikenal dengan istilah psikosis pasca melahirkan
yang melibatkan delusi, halusinasi dan kerusakan fungsional. Gejala Psikosis
sering kali konsisten dengan gangguan bipolar. Psikosis pasca melahirkan
merupakan bentuk paling langka dari tiga gangguan post partum utama, dengan
tingkat kejadian 1-2 kasus per 1000 kelahiran.
Tingkat gejala eksternalisasi
yang meningkat, termasuk agresi fisik, juga telah dilaporkan di masa
kanak-kanak, menunjukkan bahwa PPD mempengaruhi banyak jalur saraf. Konsekuensi
neurobiologis lainnya dari PPD telah dilaporkan termasuk penurunan kortisol
diurnal, perubahan kortisol stres, ketidakpercayaan, pelepasan sosial, IQ
rendah, dan penundaan bahasa.
Bayi
dengan PPD dilaporkan menunjukkan ekspresi wajah dan vokal yang kurang positif
dan mudah tersinggung .Selain itu, ada bukti hubungan antara PPD dan
pertumbuhan fisik bayi yang buruk sepanjang tahun pertama kehidupan, sebuah
efek yang lebih kuat daripada status sosial ekonomi dan tetap ada bahkan setelah
mengendalikan berat lahir bayi.
D.
Penatalaksanaan
Intervensi berbasis rumah untuk
ibu berisiko telah dievaluasi, dan sementara beberapa penelitian telah
menunjukkan efek positif pada depresi, belum bersifat universal. Sebuah studi tentang ibu berpendapatan rendah yang
menerima dukungan berbasis rumah, Intervensi
dengan pendidikan tentang interaksi ibu-bayi menemukan bahwa kelompok kontrol
menunjukkan penurunan gejala depresi yang lebih besar dan interaksi bayi ibu
yang lebih baik, kebalikan dari hasil yang diharapkan. Dalam program kunjungan
ke rumah yang berjenjang, dengan pengunjung rumah yang terlatih khusus,
kunjungan ke rumah tampaknya bersifat protektif terhadap PPD sampai usia 18
bulan, namun dampak dari intervensi ini terhadap hasil bayi tidak dievaluasi.
Dampak pencegahan pendampingan telepon untuk ibu berisiko juga telah
dieksplorasi. Sementara khasiat penurunan risiko depresi dilaporkan, sampai
saat ini dampak pada hasil bayi belum dilaporkan. Bayi Rewel, intervensi
individual berjenjang, 135 telah menunjukkan efek positif pada kesehatan ibu,
depresi dan tekanan orangtua di kalangan wanita yang menerima Namun, intervensi
dibandingkan dengan daftar tunggu, bagaimanapun, sampai saat ini, dampak pada
hasil neurobiologis atau kesehatan bayi belum dievaluasi (komunikasi
personalia).
Konsekuensi depresi ibu
perinatal untuk perkembangan bayi sangat luas, mendorong upaya untuk
memperbaiki upaya skrining dan pengobatan, termasuk rekomendasi ACOG untuk
implementasi sistem untuk memastikan tindak lanjut untuk diagnosis dan
perawatan diperlukan. Upaya penyaringan menggunakan berbagai metode yang telah
ditetapkan. Langkah-langkah (CES-D, EDS, dan BDI) telah berhasil
mengidentifikasi depresi mayor dan minor selama kehamilan dan menawarkan
langkah-langkah mapan dan relatif sederhana untuk dimasukkan ke dalam perawatan
rutin pranatal untuk penyedia layanan medis, termasuk dokter kandungan dan
dokter anak. Alat skrining umumnya lebih akurat dalam mendeteksi depresi berat
dibandingkan dengan depresi ringan. Terlepas dari risiko yang ada yang terkait
dengan PPD dan ketersediaan tindakan skrining praktis, penggunaan alat yang
divalidasi untuk mengidentifikasi PPD jarang terjadi pada praktik kebidanan.
Tingkat skrining keseluruhan seringkali turun di bawah 50 persen dan persentase
ibu yang benar-benar memasuki pengobatan, setelah diidentifikasi, bahkan lebih
rendah.
Meskipun sejumlah besar pendekatan psikoterapi dan pendidikan telah
dipelajari sebagai intervensi yang dipilih untuk PPD, intervensi alternatif
yang menargetkan perilaku bayi atau faktor pengasuhan yang terkait dengan
risiko PPD yang meningkat juga telah diajukan. Masalah tidur bayi, misalnya,
tampaknya memiliki hubungan bi-directional dengan PPD ibu, dengan bukti praktik
tidur yang buruk di antara ibu-ibu dengan PPD dan juga meningkatnya risiko PPD
di antara ibu-bayi dengan bayi yang mengalami masalah tidur.
E.
Rekomendasi
Postpartum
Depresion merupakan masalah yang harus ditindaklanjuti dan ditangani dengan
tepat oleh para ahli kesehatan yang dapat membantu ibu setelah melahirkan yang
didiagnosa PPD. PPD biasanya diawali dengan post partum blues, sehingga
diharapkan baik petugas kesehatan maupun keluarga memberikan dukungan secara
emosional maupun spritiual. Selain dukungan tersebut diharapkan juga memberi
kebebasan kepada ibu yang baru melahirkan untuk beristirahat cukup, tidak
terlalu membebani dengan pekerjaan (mencuci, mengurus bayi sendiri, memakan
makanan yang bukan keinginannya dan lain
lain) yang dapat memicu ibu menjadi bertingkah tidak sesuai kemauannya.
Pencegahan
PPD telah dibahas dalam penelitian ini .
Dalam kasus dampak PPD yang langgeng pada perkembangan bayi, upaya pencegahan
dapat mencegah depresi ibu dan efek negatif pada pengembangan dan kesehatan
bayi. Dengan bukti yang mendukung risiko depresi inter generasi.
Pencegahan terseebut secara umum, mencegah
tidak ada ketegangan finansial yang
meningkat (misalnya, status pengangguran, kesulitan keuangan, dan kemiskinan), menurunkan tekanan dan ketegangan perkawinan (misalnya, konflik
perkawinan, pemisahan, dan perceraian), dan
meningkatan dukungan sosial.
ayo segera bergabung dengan kami hanya dengan minimal deposit 20.000
ReplyDeletedapatkan bonus rollingan dana refferal ditunggu apa lagi
segera bergabung dengan kami di i*o*n*n*q*q
Your Affiliate Money Making Machine is ready -
ReplyDeleteAnd making profit with it is as simple as 1...2...3!
Here are the steps to make it work...
STEP 1. Choose affiliate products you intend to promote
STEP 2. Add some PUSH button traffic (this LITERALLY takes 2 minutes)
STEP 3. Watch the system explode your list and sell your affiliate products all by itself!
Do you want to start making profits??
Get the full details here