Analisis
Jurnal
Plasenta akreta adalah plasenta yang melekat
secara abnormal pada uterus, dimana villi korionik berhubungan langsung dengan miometrium
tanpa desidua diantaranya. Desidua endometrium merupakan barier atau sawar
untuk mencegah invasi villi plasental ke miometrium uterus. Pada plasenta
akreta, tidak terdapat desidua basalis atau perkembangan tidak sempurna
dari lapisan fibrinoid.
Ketika plasenta menginvasi hingga miometrium maka
disebut sebagai plasenta inkreta. Jika plasenta menginvasi melewati miometrium
dan serosa dan dapat menginvasi organ terdekat seperti kandung kemih maka
disebut sebagai plasenta perkreta.
Penyebab
utama plasenta akreta masih tidak jelas, namun ada beberapa teori yang
diusulkan. Vaskularisasi abnormal akibat proses jaringan parut setelah operasi
dengan hipoksia lokal sekunder yang mengarah pada rusaknya desidualisasi dan
invasi trofoblas berlebihan merupakan teori patogenesis yang paling didukung
sampai saat ini. Ada beberapa penyebab yang sering terjadi yaitu :
1. Konsepsi
dan nidasi terlambat
2. Korpus
luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil konsepsi.
3. Cacat
atau ada jaringan parut pada endometrium oleh bekas pembedahan
4. Kebiasaan
merokok
5. Usia
diatas 35 tahun
Kebanyakan
plasenta akreta tidak menunjukkan gejala. Gejala yang berhubungan dengan
plasenta akreta mungkin perdarahan vaginal dan kram yang sebagian besar
terlihat pada kasus plasenta previa, yang merupakan faktor risiko terkuat untuk
plasenta akreta. Meskipun jarang, kasus nyeri akut abdomen dan hipotensi karena
syok hipovolemik dari ruptur uteri sekunder bisa karena plasenta perkreta; skenario
kritis ini dapat terjadi setiap saat selama kehamilan.
Gejala klinis yang
terjadi pada plasenta previa (akreta), yaitu:
1. Perdarahan
tanpa disertai rasa nyeri
2. Perdarahan
berwarna merah segar
3. Perdarahan
pertama tidak banyak (bercak)
4. Janin
biasanya masih dalam keadaan baik
5. Diagnosis
plasenta akreta dibuat berdasarkan spesimen patologis yang diperoleh setelah
histerektomi. Diagnosis definitif ini tergantung pada visualisasi vili
khorionik yang tertanam dalam miometrium tanpa lapisan desidua di antaranya.
Diagnosis plasenta akreta juga dapat berdasarkan USG (ultrasonography) dan MRI
(magnetic resonance imaging).
6. Sonografi
2-dimensi konvensional adalah alat skrining yang baik untuk mendeteksi plasenta
akreta. Pasien dengan riwayat persalinan sesar sebelumnya dan plasenta previa
diperiksa dengan sonografi antenatal, tetapi diagnosis definitif dibuat setelah
melahirkan. Sonografi grayscale sangat baik untuk diagnosis prenatal plasenta
akreta pada wanita berisiko. Sensitivitasnya sekitar 77%-87% dengan
spesifisitas 96%-98%, nilai prediksi positif (PPV) dari 65% menjadi 93%, dan
nilai prediktif negatif (NPV) dari 98%. Cara ini merupakan alat diagnosis utama
plasenta akreta. Sensitivitas keseluruhan MRI adalah 80% sampai 85% dengan spesifisitas
65% sampai 100%. MRI jarang mengubah manajemen bedah.
7. Dalam
suatu studi, pasien yang menjalani baik MRI dan ultrasonografi masih memiliki
risiko tertinggi menjalani histerektomi. Diagnosis yang didapatkan dari MRI
juga tidak terbebas dari hasil false negative dan false positive. Selain sonografi 2-dimensi dan MRI, sonografi
3-dimensi dengan pencitraan power Doppler telah digunakan untuk menilai
perlekatan plasenta. Evaluasi arsitektur sirkulasi pembuluh darah plasenta
dengan kekuatan 3-dimensi dapat membantu membedakan plasenta akreta dari
plasenta perkreta
Penanganan:
Pasien yang
datang dengan keluhan tidak lahirnya plasenta setelah melahirkan bayi. Tanda
penting dari adanya plasenta akreta ialah pada pemeriksaan luar didapatkan
ikutnya fundus/korpus uteri apabila tali pusat ditarik. Tindakan yang akan
dilakukan adalah tindakan operatif, seperti kolaborasi dengan dokter spesialis
Obstetric Gynecology. Dan jika kasus terjadi di Klinik Mandiri makansegera
rujuk ke pelayanan kesehatan yang lebih memadai.
Komplikasi:
Komplikasi Plasenta
akreta mencakup kerusakan organ lokal, perdarahan pascaoperasi, embolisme
cairan ketuban, koagulopati konsumtif, komplikasi terkait transfusi, sindrom
gangguan pernapasan akut, kejadian tromboemboli pasca-operasi, kegagalan organ
multisistem, dan kematian ibu.14 Komplikasi saluran kemih termasuk cystotomy
pada sekitar 15% kasus dan cedera ureter pada sekitar 2% kasus
Tatalaksana Kebidanan:
Karena kasus ini mengarah pada
patologis dan ranahnya bidan hanya sampai pada fisiologis saja maka jika
terdapat kasus plasenta akreta, dan pasien terdeteksi plasenta akreta maka segera lakukan kolaborasi dengan dokter
spesialis Obstetri Gynekologi untuk segera dilakukan tindakan. Jika kasus
ditemukan di Bidan Praktik Mandiri (BPM) maka segera lakukan rujukan ke tempat
pelayanan kesehatan yang lebih memadai untuk menangani kasus tersebut.
Sumber:
Sharbaf, F. R., A. Jamal, E. Mesdoghinia, M. A. Kalahroudi, S.
Niroomanesh, F. Atoof. 2014. Journal Ultrasound detection of placenta accreta in the first trimester of
pregnancy. Iranian Journal of Reproductive Medicine Vol. 12. No. 6. Di Akses
01 Oktober 2017.
Fauzan, W. A. Iswari, T. U. Pardede, F. Darus, B.
Puspitasari, S. Santana, F. Abidin, J. J.
Endjun. 2017. USG untuk Deteksi Plasenta
Akreta. Kalbemed. Di Akses Tanggal 10 Oktober 2017
Terima kasih telah
membaca, semoga bermanfaat
Dan silahkan bisa
membaca beberapa blog dari situs saya ini
ristianizee.blogspot.com
No comments:
Post a Comment